Quantcast
Channel: Features – Jagat Review
Viewing all 1759 articles
Browse latest View live

Review Shovel Knight: Mesin Waktu ke Tahun 1990!

$
0
0
Shovel Knight (117)

Shovel Knight (117)

Shovel Knight (1)

Mengejar kualitas visual yang kian mendekati dunia nyata, kehadiran konsol generasi terbaru dengan performa yang lebih kuat di industri game memang selalu diasosiasikan dengan hal yang satu ini. Beragam engine terbaru dirilis dengan presentasi yang tampil kian menawan, dengan cita rasa sinematik yang mulai mendekati film-film besar dari Hollywood. Namun dengan hadirnya kekuatan developer indie dan situs donasi ala Kickstarter, formula yang satu ini memang menjadi bukan lagi satu-satunya alternatif. Developer dengan visi dan kreativitas yang berbeda dengan developer mainstream punya ruang besar untuk membuktikan diri. Dan hasilnya? Begitu banyak game dengann konsep luar biasa menghiasi industri gaming saat ini. Salah satu yang tidak boleh terlewatkan? Dua kata: Shovel Knight!

Dikembangkan oleh Yacht Club Games, secara sepintas Shovel Knight mungkin terlihat seperti sebuah game yang sudah tertinggal zaman, sebuah proyek yang seharusnya dirilis dua atau tiga generasi konsol yang lalu. Dikembangkan lewat dana donasi Kickstarter, cita rasa klasik ini merupakan pendekatan yang diimpikan oleh sang developer untuk proyek yang ambisius yang satu ini. Mereka memang mengejar sensasi sebuah game NES 8 bit dengan semua detail kecil yang mungkin tidak lagi asing untuk mereka yang sempat mencicipi masa keemasannya di akhir tahun 1980-an atau sekitar awal-awal tahun 1990-an. Hal inilah yang ingin dikejar oleh Shovel Knight sendiri.

Lantas, apa yang sebenarnya ia tawarkan? Mengapa kami menyebutnya sebagai sebuah mesin waktu untuk kembali ke era 20 tahun yang lalu? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda!

Plot

Seperti nama yang ia usung, Shovel Knight - sang karakter utama adalah seorang ksatria dengan sekop sebagai senjata utama.

Seperti nama yang ia usung, Shovel Knight – sang karakter utama adalah seorang ksatria dengan sekop sebagai senjata utama.

Shovel Knight mungkin adalah kombinasi dua kata yang selama ini mungkin tidak pernah Anda pikirkan akan bisa bersanding. Percaya atau tidak, Shovel Knight adalah seorang karakter utama, dan ia akan menjadi kunci Anda untuk menikmati game yang satu ini. Sesuai dengan namanya, ia adalah seorang Ksatria gagah berani yang menjadikan sekop sebagai senjata utama. Sebuah sekop yang akan membantunya menemukan harta paling berharga yang hilang begitu saja.

Berpetualang bersama dengan Shield Knight dan saling bahu-membahu untuk menaklukkan tantangan di seluruh dunia, Shovel Knight ternyata harus berhadapan dengan mimpi buruk terbesarnya. Benar sekali, ia harus kehilangan Shield Knight untuk selamanya. Perjalanan epik di Tower of Fate ternyata harus berujung malapetaka dimana keduanya jatuh dalam pelukan kekuatan kegelapan dari sebuah jimat yang terkutuk. Berhasil menyadarikan diri, Shovel Knight sama sekali tidak melihat dan menemukan kembali Shield Knight setelah event mematikan tersebut. Ia terus mencari, hingga Tower of Fate terkunci.

Menaklukkan dunia bersama Shield Knight, Shovel Knight justru harus berhadapan dengan mimpi terburuknya.

Menaklukkan dunia bersama Shield Knight, Shovel Knight justru harus berhadapan dengan mimpi terburuknya.

Event di Tower of Fate memisahkan keduanya, membawa Shovel Knight dalam depresi.

Event di Tower of Fate memisahkan keduanya, membawa Shovel Knight dalam depresi.

Dengan berita dibukanya kembali Tower of Fate oleh penyihir jahat - The Enchantress, Shovel Knight kembali mengangkat sekopnya untuk mencari si cinta sejati.

Dengan berita dibukanya kembali Tower of Fate oleh penyihir jahat – The Enchantress, Shovel Knight kembali mengangkat sekopnya untuk mencari si cinta sejati.

Jatuh ke dalam perasaan depresi yang teramat besar dan tidak lagi menjalankan hidup Ksatria-nya, harapan Shovel Knight kembali tumbuh ketika salah satu penyihir kegelapan bernama The Enchantress dikabarkan telah berhasil membuka kembali Tower of Fate untuk menebarkan kekuasaan kegelapan yang lebih luas di dunia. Hal ini tentu saja mendorong Shovel Knight untuk mengangkat kembali sekop saktinya, dan berpetualang. Tidak untuk menyelamatkan dunia, tetapi untuk sebuah kesempatan melihat dan bertemu dengan Shield Knight kembali. Perjalanan yang tentu saja tidak mudah, apalagi dengan 8 anggota Ksatria Kegelapan – The Order of No Quarter yang siap menghadang aksi Shovel Knight ini.

Mampukah ia menemukan kembali Shield Knight? Pertempuran seperti apa yang harus ia jalani?

Mampukah ia menemukan kembali Shield Knight? Pertempuran seperti apa yang harus ia jalani?

Lantas, bagaimana akhir dari perjalanan Shovel Knight ini? Mampukah ia mengalahkan The Enchantress?  Apakah ia akan bertemu kembali dengan Shield Knight? Semua misteri dari pertanyaan ini tentu saja bisa Anda jawab dengan memainkan Shovel Knight ini.


Menjajal Destiny BETA: Kesan Pertama yang Menggoda!

$
0
0
Destiny Beta_20140719174737

Destiny Beta_20140719174737

Destiny Beta_20140718005511

Destiny, judul game yang satu ini tampaknya tengah menjadi pusat perhatian tersendiri di industri game. Satu nama yang mengandung potensi kesuksesan yang luar biasa, terutama jika melihat ambisi dan nama besar developer yang bertanggung jawab atas proses kreatif game yang akan meluncur dalam beberapa bulan ke depan ini. Satu nama yang sudah masuk dalam list game yang paling diantisipasi di tahun 2014 ini.

Bagaimana tidak? Menjadi proyek perdana terbaru Bungie Studios setelah kesuksesan seri HALO di masa lalu, Destiny juga disokong dengan kekuatan dana Activision yang kabarnya, sudah menggelontorkan uang hingga ratusan juta USD untuk menjamin kualitas yang ditawarkan. Direncanakan dirilis pada September 2014 mendatang, kesempatan untuk menjajal Destiny akhirnya hadir. Bungie Studios membuka masa beta terlebih dahulu untuk gamer yang mengandalkan Playstation 3 dan Playstation 4 sebagai konsol utama.

Bagaimana kesan pertama yang ditawarkan oleh Destiny BETA ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai sebuah game yang menggoda?

Visualisasi yang Ciamik

Sebagai sebuah game yang dirilis untuk platform gaming generasi terbaru, Destiny memperlihatkan kualitas visual yang memanjakan mata.

Sebagai sebuah game yang dirilis untuk platform gaming generasi terbaru, Destiny memperlihatkan kualitas visual yang memanjakan mata.

Visualisasi memang bukan satu-satunya indikator utama untuk menentukan kualitas sebuah game, namun tetap esensial untuk menjamin apakah sebuah game memang mampu merepresentasikan tema utama yang hendak diusung. Sebagai sebuah game yang dikembangkan untuk konsol generasi ini dan sebelumnya, dan beragam klaim yang sempat menyebutkan bahwa Bungie Studios mengembangkan setiap versi platform ini dengan tangan dingin mereka sendiri, antisipasi tentu saja begitu besar. Pertempuran luar angkasa dengan para alien dan dunia yang belum pernah kita singgahi sebelumnya, kreativitas tentu saja berperan sangat besar. Satu yang pasti, Bungie Studios menjalankan tugas ini dengan sangat baik.

Kita tidak hanya sekedar membicarakan kualitas tekstur, tetapi juga desain dunia dan karakter yang ditawarkan.

Kita tidak hanya sekedar membicarakan kualitas tekstur, tetapi juga desain dunia dan karakter yang ditawarkan.

Kualitas tata cahaya yang juga memanjakan mata.

Kualitas tata cahaya yang juga memanjakan mata.

Untuk sebuah game yang menjadikan Playstation 4 dan Xbox One sebagai platform utama pengembangan, Destiny tampil memesona  bahkan di versi betanya. Kita tidak hanya sekedar membicarakan kualitas tekstur yang pantas disebut sebagai game generasi terbaru, tetapi juga representasi desain karakter dan dunia yang pantas untuk diacungi jempol. Kelompok karakter utama yang digunakan – Guardians didesain dengan baik, menggabungkan cita rasa futuristik, namun tetap meninggalkan kesan penjelajah yang kental. Variasi musuh yang akan hadapi juga meninggalkan kesan yang cukup kuat, walaupun harus diakui, cukup terasa familiar untuk Anda yang sudah mengenal HALO sebelumnya. Jika ada satu hal yang pantas untuk diacungi jempol, adalah kemampuannya membangun dunia yang terasa misterius tetapi juga indah di saat yang sama. Efek cahaya dan serangan yang keren juga disematkan di dalamnya.

20 Game Klasik Asyik untuk Teman Mudik!

$
0
0
20-game-klasik-asyik-jagatp

20-game-klasik-asyik-jagatp

20-game-klasik-asyik-jagatp

Setelah perjuangan untuk menahan gelombang nafsu, rasa haus, dan lapar selama hampir satu bulan terakhir ini, hari kemenangan yang dinanti akhirnya tinggal menghitung hari. Antisipasi yang penuh dengan rasa gembira tentu saja mulai dirasakan, apalagi dengan segudang hal yang perlu dipersiapkan untuk memastikan perayaan besar ini berjalan dengan lancar. Namun mereka yang menjadikan kota besar sebagai tempat mengadu nasib, momen Lebaran adalah saat terbaik untuk kembali ke kampung halaman, berkumpul bersama dengan keluarga, dan berusaha kembali menemukan identitas diri yang mungkin mulai terkikis kehidupan kota besar yang bergerak terlalu cepat. Namun tentu saja, bergerak melintasi kota, dengan media kendaraan apapun bukanlah pekerjaan yang mudah. Salah satu musuh terbesarnya? Lelah dan bosan.

Teknologi saat ini memang menyediakan alternatif pilihan solusi untuk membuat perjalanan mudik menjadi jauh lebih mudah untuk dinikmati. Salah satunya, tentu saja dengan memanfaatkan perangkat genggam cerdas dengan basis sistem operasi Android untuk menjalankan beragam konten multimedia yang menarik, terutama untuk bermain video game. Sayangnya, jika hanya mengandalkan PlayStore semata, perangkat mobile seperti smartphone dan tablet tidak akan tampil maksimal. Solusi terbaik adalah dengan menyuntikkan software emulator dan membuka kesempatan lebih besar untuk menjajal game-game klasik terbaik di masa lalu. Game-game yang tidak hanya menarik dan menantang, tetapi juga efektif untuk menghabiskan waktu.

Game klasik mana saja yang terbaik untuk menjalankan fungsi ini? Indikatornya tentu saja jelas. Pertama, ia harus dapat berjalan dengan sangat baik di sebuah perangkat yang menjadikan touch screen sebagai alat navigasi utama. Ini berarti, semua game klasik dengan mekanisme kontrol super kompleks menjadi tidak relevan, apalagi jika game-game ini menuntut Anda untuk senantiasa menggerakkan kamera atau bergerak dalam format kontrol yang unik. Semakin sederhana, semakin baik. List ini juga dibangun dengan asumsi bahwa Anda memainkannya tanpa kontroler fisik.  Indikator kedua adalah bahwa game-game ini tidak hanya sekedar menyenangkan, tetapi juga adiktif di saat yang sama. Hal yang pantas juga diperhatikan adalah fakta bahwa kami membangun list ini dari kacamata seorang penumpang, dan bukannya pengendara. Anda yang bertindak sebagai supir kendaraan utama tentu sangat tidak disarankan untuk menyuntikkan game-game ini karena perhatian yang dengan mudah dapat terbagi.

Lantas game-game klasik apa yang menurut kami pantas untuk disuntikkan di perangkat smartphone atau tablet Android Anda via emulator, untuk menemani perjalanan mudik? Perlu diketahui, untuk sementara ini, Android sudah mendukung emulator beberapa platform klasik seperti Playstation 1, PSP, Nintendo 64, GBA, NES, SNES, dan SEGA Genesis. Berikut adalah list yang kami bangun:

20. Aladdin [NES]

aladdin

Hampir semua proyek game adaptasi film saat ini memang seringkali berujung menjadi mimpi buruk, dengan gameplay asal-asalan yang seolah didesain hanya sekedar sebagai game kelas dua yang memanfaatkan hype versi film yang dirilis. Di masa lalu, developer memberikan perhatian yang sangat serius untuk memastikan hal ini tidak terjadi. Hasilnya? Ada begitu banyak game adaptasi film yang tampil luar biasa. Salah satu yang memesona di masa lalu? Tidak lain dan tidak bukan adalah Aladdin yang membawa platformer sebagai genre utama. Menantang dengan tema yang memang mewakili veris filmnya, Aladdin menjadi alternatif yang tentu saja sayang untuk dilewatkan.

19. Metal Slug [Playstation]

metal slug

 

Melewati perjalanan yang panjang, Anda tentu saja butuh game yang memang bisa membuat Anda melupakan betapa membosankannya duduk di tempat yang sama untuk waktu yang cukup lama. Alternatif terbaik adalah mencari sebuah game yang tidak membutuhkan proses berpikir yang kompleks dan memang didesain untuk bersenang-senang. Dan tidak ada yang lebih tepat untuk melakukan tugas tersebut selain game shoot’em up klasik – Metal Slug.

18. Megaman Battle Network [GBA]

megaman battle network

Memainkan Megaman di perangkat berbasis touch screen tentu saja menjadi mimpi buruk tersendiri, apalagi mengingat game originalnya membutuhkan kecekatan dan eksekusi gerakan yang tepat. Walaupun demikian, tidak berarti Anda tidak bisa menikmati aksi sang robot biru yang satu ini. Megaman Battle Network menjadi salah satu alternatif yang cukup menarik, apalagi mengingat genrenya sendiri yang memang berbeda. Sistem kontrol sederhana, gameplay yang adiktif, dan visualisasi yang cukup ciamik menjadi nilai jual tersendiri.

17. Tomba [Playstation]

tomba

Beberapa dari Anda, termasuk yang sempat mencicipi masa keemasan Playstation di masa lalu, mungkin tidak terlalu familiar dengan nama Tomba sendiri. Dengan model tiga dimensi yang diusung untuk membangun dunianya, Tomba bukanlah sekedar sebuah game platformer seperti yang kita kenal. Ia lebih difokuskan untuk menyelesaikan setiap side mission kecil, yang masing-masing, membutukan solusi unik tersendiri. Jadi tidak hanya sekedar bergerak dari titik A ke titik B sembari menghancurkan setiap musuh yang ditemui di sepanjang perjalanan, Tomba juga menuntut Anda untuk memerhatikan clue dan sedikit berpikir untuk mencari hubungan antara quest dan item tertentu.

Review Gamdias Hades: Garang dan Mematikan!

$
0
0
Gamdias Hades

Gamdias Hades

Mouse Gaming Gamdias Hades

Mouse Gaming Gamdias Hades

Perlahan namun pasti, dengan semakin hebohnya game-game kompetitif yang ditawarkan secara cuma-cuma lewat beragam portal distribusi yang ada, kebutuhan untuk sebuah perangkat gaming yang memang dapat menghasilkan performa gaming yang bisa diandalkan menjadi sesuatu yang esensial. Tidak hanya sekedar beragam fitur, tetapi juga kemampuan untuk menawarkan presisi gerakan yang minim resiko kesalahan. Para produsen pun berlomba-lomba untuk merancang perangkat yang memang benar-benar mampu menjalankan tugas tersebut, sekaligus menawarkan identitas tersendiri. Salah satu yang cukup gencar adalah Gamdias, lewat peripheral gaming mereka yang kesemuanya, mengambil nama dari mitologi Yunani. Kali ini, JagatPlay kedatangan sang dewa kematian – Hades.

Desain dan Fitur

Tampil bak melambangkan Hades - sang dewa alam baka yang cukup ditakuti di mitologi Yunani, mouse ini tampil elegan.

Tampil bak melambangkan Hades – sang dewa alam baka yang cukup ditakuti di mitologi Yunani, mouse ini tampil elegan.

Hades adalah salah satu sosok dewa yang paling ditakuti di mitologi Yunani, tidak hanya karena statusnya sebagai salah satu dewa utama, tetapi juga fakta bahwa ia menguasai alam baka. Dinginnya sosok Hades tampaknya tercermin kuat lewat desain mouse teranyar dari Gamdias ini. Didominasi dengan warna hitam pekat sebagai elemen utama, ia hadir dengan bentuk konvensional yang tetap garang, terutama lewat garis tegas yang mengalir di kedua sisi mouse itu sendiri. Anda juga akan menemukan beberapa tombol ekstra yang tersebar di sekitar mouse dalam jarak yang tetap nyaman untuk mengakses beberapa fungsi secara instan.

Plastik menjadi bahan utama yang menyelimuti mouse ini, tanpa suntikan bahan karet di kedua sisi yang memang tengah menjadi tren tersendiri di mouse gaming.

Plastik menjadi bahan utama yang menyelimuti mouse ini, tanpa suntikan bahan karet di kedua sisi yang memang tengah menjadi tren tersendiri di mouse gaming.

Diperkuat garis yang tegas di bagian sisi dan beberapa ekstra tombol.

Diperkuat garis yang tegas di bagian sisi dan beberapa ekstra tombol.

Lampu LED yang menerangi logo di bagian belakang.

Lampu LED yang menerangi logo di bagian belakang.

Gamdias Hades ini sendiri menggunakan bahan plastik sebagai utama dan dibungkus di keseluruhan mouse, tanpa variasi di kedua sisi. Dengan absennya bahan karet yang biasanya digunakan oleh produk kompetitor, mouse ini memang menjadi rentan untuk memastikan grip yang lebih optimal, terutama ketika tangan Anda mulai berkeringat lebih saat menjajal game-game favorit dalam waktu yang cukup lama. Dari sisi estetika, Gamdias Hades juga hadir elegan tanpa menyuntikkan kosmetik yang justru terkesan berlebihan. Ada dua lampu LED yang menerangi perjalanan Anda menaklukkan game-game favorit, satu di mouse wheel dan satu lagi menerangi logo kecil di bagian belakang mouse. Semuanya diletakkan secara proporsional.

Lantas, spesifikasi lengkap seperti apa yang ditawarkan oleh Gamdias Hades ini? Berikut adalah spesifikasi lengkap yang diusung:

  • Weight System: N/A
  • Cable Length: 2m (Braided Cable with Gold-plated USB Connector)
  • Keys: 7+1 keys
  • Resolution: up to 8200 DPI
  • Polling Rate: 125 / 250 / 500 /1000 Hz
  • Onboard Memory: 256K
  • Dimension(LxWxH): 124.5 x 66 x 40 mm
  • Tracking Method Advanced Gaming Laser Sensor
  • Switch Lifecycle: 10 Million
  • Graphical UI: Yes

Gamdias Hades, Seberapa Nyaman?

Penempatan tombol yang tidak terasa canggung untuk diakses.

Penempatan tombol yang tidak terasa canggung untuk diakses.

Pertanyaan terbesar dan yang paling utama yang harus diperhatikan dari sebuah mouse gaming tentu saja tingkat kenyamanan yang ia tawarkan. Akan menjadi sesuatu yang percuma dan sekedar gimmick jika mouse hadir dengan desain non-konvensional nan futuristik dan segudang fitur, namun berakhir tidak bisa digunakan untuk waktu yang lama. Untungnya, hal ini tidak terjadi di Gamdias Hades. Terlepas dari desainnya yang cukup unik, Gamdias Hades yang mengusung bentuk yang cukup konvensional bukanlah mouse yang sulit untuk dikuasai. Ia akan memfasilitasi Anda, baik yang memiliki ukuran tangan besar ataupun kecil, yang lebih mengandalkan palm atau claw grip dengan sangat baik. Lokasi tombol yang digunakan untuk mengakses beragam fungsi juga disematkan dalam jarak yang proporisonal, sehingga tetap nyaman diakses tanpa meninggalkan rasa canggung sama sekali.

Di sisi penggunaan, tidak perlu khawatir bahwa apa yang ingin Anda capai justru dikhianati oleh ketidakmampuan Gamdias Hades untuk menerjemahkan perintah tersebut dengan baik. Walaupun ia tidak hadir dengan klaim implementasi teknologi switch mutakhir atau sejenisnya, ia mampu memberikan jawaban untuk semua kebutuhan Anda, baik dari sisi klik ataupun sensitivitas sendiri. Setiap klik yang Anda lontarkan akan dibalas dengan feedback yang mumpuni, memastikan bahwa perintah Anda memang dieksekusi sesuai dengan apa yang Anda inginkan. Modifikasi beragam tingkat sensitivitas untuk mengakomodasi variasi genre dengan tuntutan permainan yang berbeda juga dapat dilakukan dengan mudah, sesederhana menekan satu tombol kecil di bagian tengah mouse. Teknologi laser yang diusung juga membuatnya bisa diandalkan di sebagian besar permukaan dimana ia mendarat.

Mengubah sensitivitas semudah menekan tombol kecil di bagian tengah.

Mengubah sensitivitas semudah menekan tombol kecil di bagian tengah.

Bentuk konvensional yang sama besar di kedua sisi, Gamdias Hades adalah sebuah mouse ambidextrous - yang bisa digunakan oleh gamer yang menjadikan tangan kanan maupun tangan kiri sebagai tangan utama.

Bentuk konvensional yang sama besar di kedua sisi, Gamdias Hades adalah sebuah mouse ambidextrous – yang bisa digunakan oleh gamer yang menjadikan tangan kanan maupun tangan kiri sebagai tangan utama.

Anda bisa membuka bagian sisi mouse ini dan menggantinya dengan varian yang sudah disediakan dalam paket penjualan.  Menggunakan sistem magnet, hal ini sangat mudah untuk dilakukan.

Anda bisa membuka bagian sisi mouse ini dan menggantinya dengan varian yang sudah disediakan dalam paket penjualan. Menggunakan sistem magnet, hal ini sangat mudah untuk dilakukan.

Mengubah ukuran lebar secara langsung, modifikasi ditujukan untuk memastikan grip Anda lebih baik.

Mengubah ukuran lebar secara langsung, modifikasi ditujukan untuk memastikan grip Anda lebih baik.

Namun bagian terbaik dari mouse ini? Bahwa Anda diberikan kesempatan untuk melakukan modifikasi bentuk fisik, terutama dari kedua bagian sisi Gamdias Hades ini sendiri. Intinya tentu saja untuk memastikan bahwa Anda mendapatkan grip yang lebih bisa diandalkan, terlepas dari bahan plastik yang sama. Variasi sisi ini akan berpengaruh langsung pada lebar akhir mouse dan berpengaruh langsung pada seberapa nyaman Anda menggunakan teknik claw atau palm grip Anda. Caranya untuk memodifikasi ini juga sangat mudah. Menggunakan sistem magnet sebagai pengait, Anda bisa melepas dan menggantinya dengan hanya menyalurkan sedikit tenaga fisik, tanpa perlu merasa takut merusak fisik mouse. Sayangnya, kesempatan modifikasi bentuk ini tidak berpengaruh sama sekali kepada berat, yang mungkin menjadi elemen yang cukup krusial untuk gamer yang cukup sensitif.

Menjalankan tugasnya dengan sangat baik sebagai sebuah mouse gaming, Gamdias Hades tampil memesona ketika kami menjajalnya di Sniper Elite 3 dan DOTA 2.

Menjalankan tugasnya dengan sangat baik sebagai sebuah mouse gaming, Gamdias Hades tampil memesona ketika kami menjajalnya di Sniper Elite 3 dan DOTA 2.

Namun pada akhirnya, kekuatan Gamdias Hades tentu saja sangat bergantung pada satu hal: seberapa baik ia menjalankan fungsinya sebagai sebuah peripheral gaming. Kami sendiri menjajal mouse ini di dua game dari dua genre berbeda: Sniper Elite 3 untuk shooter dan DOTA 2 untuk MOBA. Diperkuat dengan dukungan perangkat lunak yang juga tidak kalah luar biasa, Anda bisa memanfaatkan fitur makro untuk memodifikasi fungsi dari beberapa tombol kecil yang disertakan. Untuk game yang membutuhkan kombinasi perintah yang cukup kompleks seperti DOTA 2, ini akan membantu Anda menyederhanakan beberapa kebutuhan fungsi. Sementara di Sniper Elite 3 yang meminta Anda untuk berperan sebagai penembak jitu, Gamdias Hades tampil gemilang lewat kemampuannya mengeksekusi perintah Anda dengan begitu akurat. Diperkuat dengan variasi tingkat sensitivitas mouse dan feedback klik yang mumpuni, Anda bisa memastikan setiap peluru Anda berakhir pada hancurnya satu kepala musuh.

Review The Last of Us Remastered: Versi Lebih Sempurna!

$
0
0
The Last of Us™ Remastered_20140728161438

The Last of Us™ Remastered_20140728161438

The Last of Us™ Remastered_20140727151123

Gamer mana yang belum pernah mendengar nama The Last of Us sebelumnya? Mahakarya yang lahir dari tangan dingin Naughty Dog ini memang berhasil meraih popularitas yang luar biasa, berkat kualitas gameplay, cerita, dan visualisasi yang memesona. Pengakuan akan kemampuan developer Uncharted ini pun semakin mantap berkat puluhan penghargaan yang berhasil diraih The Last of Us di tahun 2013 yang lalu, bahkan berhasil menyabet gelar Game of the Year versi media game, termasuk JagatPlay di dalamnya. Ia tidak lagi tampil sekedar sebuah game yang meminta Anda untuk berperan aktif dan bersenang-senang, ia berhasil membawa Anda dalam salah satu perjalanan paling emosional dan kuat di sepanjang sejarah industri game. Dan setelah penantian yang cukup lama, ia kini dirilis ulang untuk menawarkan pengalaman yang lebih optimal.

Banyak gamer yang tentu saja heran dengan keputusan Sony dan Naughty Dog untuk merilis ulang The Last of Us dalam bentuk Remaster, yang sempat dicurigai sekedar sebagai bentuk mencari penjualan lebih masif dengan cara super mudah. Namun harus diakui, terlepas dari rilis ulang yang hanya berselang 1 tahun sejak rilisnya di platform generasi terdahulu, eksistensi The Last of Us Remastered terhitung tepat waktu. Ia dirilis ketika gamer Playstation 4 menginginkan sebuah game AAA yang cukup untuk membuat sang konsol tampil lebih solid, sekaligus tepat bagi Sony, mengingat banyak gamer pemilik Playstation 4 yang tidak memiliki Playstation 3 sebelumnya. Kekuatan inilah yang dijual, bersama dengan peningkatan kualitas visual dan beberapa fitur baru.

Lantas, sensasi seperti apa yang ditawarkan oleh The Last of Us Remastered ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai versi yang lebih sempurna?

Our Review

The Last of Us™ Remastered_20140728161438

Dengan tidak adanya konten baru di sisi cerita, review kami tahun lalu masih relevan untuk menggambarkan keseluruhan pengalaman yang ditawarkan oleh The Last of Us Remastered ini.

Dari sisi konten, tidak ada yang berbeda dengan The Last of Us Remastered ini. Terlepas dari peningkatan visual yang ditawarkan, ia juga memuat The Last of Us, The Last of Us – Left Behind, dan serangkaian DLC Multiplayer yang sempat dirilis selama satu tahun terakhir di dalamnya. Karena kesamaan konten inilah, semua impresi yang sempat ia telurkan tetap mengakar kuat, membuat review kami yang dirilis satu tahun sebelumnya tetaplah sesuatu yang relevan. Di masa lalu, kami menyimpulkan The Last of Us sebagai salah satu game terbaik yang pernah dirilis di 2013, bersamaan dengan Bioshock Infinite. Siapa yang menyangka, perjalanan emosional ini ternyata juga tetap mampu ditawarkan di perjalanan kedua kami ini.

“Melebihi ekspektasi, ini mungkin kalimat yang tepat untuk menggambarkan keseluruhan pengalaman yang ditawarkan oleh The Last of Us. Setelah menciptakan trilogi Uncharted yang luar biasa, Naughty Dog berhasil menciptakan standar sebuah game action / survival horror yang bahkan jauh lebih tinggi dengan The Last of Us ini. Visualisasi yang indah, proses mo-cap dan voice acts yang membuatnya kian “hidup”, gameplay unik nan menantang yang tetap bertahan pada akar utama genrenya, AI yang dinamis, serta representasi dunia post-apocalyptic yang brutal dan kejam tanpa ragu membuat The Last of Us tampil sebagai satu dari dua game terbaik yang pernah kami cicipi di pertengahan tahun 2013 ini. Apalagi mengingat semuanya dipaduka dengan alunan musik yang menggugah. Sebuah masterpiece yang luar biasa dari Naughty Dog dan tentu saja monumen yang paling tepat untuk mengukuhkan masa keemasan Playstation 3.

Apakah ini berarti The Last of Us datang tanpa kekurangan? Satu-satunya yang pantas untuk menjadi catatan hanyalah kekurangan di sisi AI. Walaupun tampil dinamis dan adaptif terhadap situasi yang tengah Anda hadapi, fakta bahwa AI musuh seringkali mengabaikan eksistensi AI karakter utama terkadang menghancurkan atmosfer intens yang tengah terbangun ketika Anda terlibat dalam gaya permainan stealth. Agak sedikit sulit untuk tidak memerhatikan bahwa Ellie ataupun Tess dapat berlari dengan begitu gegabah tanpa memancing perhatian ketika dikepung oleh para Runners maupun Hunters.

Namun terlepas dari satu-satunya kekurangan tersebut, The Last of Us adalah sebuah epitome untuk sebuah game action survival horror yang mungkin akan sulit untuk diraih dan ditundukkan oleh franchise kompetitor yang lain. Tidak berlebihan rasanya untuk menobatkannya sebagai salah satu kandidat game terbaik tahun 2013 ini. Seberapa baik? Kami bahkan tidak ragu untuk menyarankan Anda untuk membeli Playstation 3 di masa depan hanya untuk mencicipi pengalaman game yang satu ini. Luar biasa!”

Review CM Storm QuickFire Rapid-i: Mekanikal yang Mungil dan Nyaman!

$
0
0
CM Storm Rapid-i

CM Storm Rapid-i

Keyboard gaming, memang merupakan salah satu peripheral penting untuk gamer. Hampir semua kegiatan gaming seperti mengakses shorcut skill, menjalankan karakter, bahkan mengkoordinasikan strategi bermain bersama dengan teman-teman yang lain, dijalankan menggunakan peripheral yang satu ini. Kenyamanan tentu saja menjadi salah satu faktor penting dalam memilih keyboard gaming yang tepat. Memang harus diakui, tidak semua gaming keyboard nyaman digunakan, dimana beberapa di antaranya mementingkan bentuk visual namun ergonomisnya sangat kurang.

CM Strom, divisi gaming dari CoolerMaster, belakangan ini mengeluarkan mekanikal keyboard gaming TKL (Ten Key Less), yang diberi nama QuickFire Rapid-i. Penasaran dengan keyboard yang satu ini? Simak review kami berikut ini.

First Impression

CM Storm Rapid-i

Apa yang Anda pikirkan ketika mendengar sebuah kata keyboard gaming? Sebuah bentuk yang mencolok dengan LED yang berkilau dan tombol makro yang melimpah. Ya itulah yang kebanyakan berada pada pikiran Anda,  namun itu tidak berlaku untuk gaming keyboard yang satu ini. Dengan bentuk minimalis yang tidak memperlihatkan identitas gaming yang kentara , lalu apa yang membuat Rapid-i ini menarik? Kita akan membahasnya lebih dalam:

The Keyboard!

CM Storm Rapid-i

Material yang digunakan di keyboard tersebut juga tergolong baik. Plastik yang dilapisi dengan Coated Rubber Grip tersebut membuat keyboard tersebut tidak hanya nyaman untuk disentuh, namun tidak akan meninggalkan bekas sidik jari sama sekali, sehingga tidak menimbulkan kerepotan ekstra.

CM Storm Rapid-i

CM Storm Rapid-i

Keyboard tersebut menggunakan Cherry MX Switch bertipe Brown yang memiliki presisi sangat baik, yang berarti keyboard tersebut baik digunakan untuk mengetik dan juga bermain game. Didekat switch tersebut juga terdapat LED yang menjadikan keyboard tersebut semakin menarik.

CM Storm Rapid-i

CM Storm Rapid-i

CM Storm Rapid-i

Di sisi atas keyboard terdapat logo CM Storm tersebut. Tidak hanya itu, terdapat salah satu fitur yang sangat menarik disini. Benar sekali, keyboard ini mempunyai kabel USB yang dapat dilepas, sehingga membuatnya mampu mengakomodasi kebutuhan gamer yang mobile lebih baik.

CM Storm Rapid-i

CM Storm Rapid-i

CM Storm Rapid-i

Di dalam keyboard tersebut juga terdapat pengaturan yang memudahkan pengguna. Pada “grup pertama” adalah pengaturan LED dan intensitas cahaya yang dihasilkan. Rapid-i ini juga memiliki pengaturan untuk mengubah mode pada LED. tTerdapat 5 mode LED pada keyboard ini yang tergolong cukup lengkap, sebut saja breathing effect atau Reactive Illumination. Pada “Grup kedua” terdapat pengaturan response hingga 8x, yang berarti keyboard tersebut dapat melakukan response 8 kali lebih cepat daripada keyboard lainnya. Di “grup ketiga” terdapat 4 buah tombol makro yang dapat Anda gunakan sesuka hati.

CM Storm Rapid-i

Untuk membandingkan sekecil apa keyboard ini, kami membandingkan keyboard tersebut dengan keyboard standar yang banyak beredar dipasaran. Dapat Anda lihat, perbedaanya hampir sepertiga dari keyboard biasa.

Upcoming Game Release: Agustus 2014

$
0
0
upcoming-game-release-agust

upcoming-game-release-agust

upcoming-game-release-agust

Setelah melewati bulan yang terhitung paceklik game-game berkualitas yang lahir dari tangan besar para publisher dan developer raksasa industri game, para gamer akhirnya bisa berbahagia kembali. Apa pasal? Bulan Agustus 2014 yang juga merupakan bulan kemerdekaan Indonesia ini ternyata menjadi “hari merdeka” tersendiri bagi gamer yang mulai merasa kekurangan game untuk dimainkan dan diselesaikan.

Bulan Agustus ini akan dipenuhi dengan begitu banyak game yang pantas untuk menarik perhatian Anda, dan tentu saja memaksa Anda untuk merogoh isi kocek lebih dalam.

5 Agustus 2014

 

Sacred 3

sacred 3

  • Genre: RPG
  • Platform: PC, Playstation 3, Xbox 360

The Swapper

the swapper

  • Genre: Puzzle
  • Platform: Playstation 3, Playstation 4, PS Vita

Ultra Street Fighter IV

ultra street fighter 4

  • Genre: Fighting
  • Platform: Playstation 3, Xbox 360, PC (8 Agustus 2014)

Road Not Taken

road not taken

  • Genre: Puzzle
  • Platform: Playstation 4

 

12 Agustus 2014

 

Akiba’s Trip: Undead & Undressed

akiba trip

  • Genre: Action
  • Platform: Playstation 3, PS Vita

Disgaea 4: A Promise Revisited

disgaea 4

  • Genre: Strategy
  • Platform: PS Vita

Hohokum

hohokum

  • Genre: Adventure
  • Platform: Playstation 3, Playstation 4, PS Vita

Risen 3: Titan Lords

risen 3 titanlords

  • Genre: RPG
  • Platform: Playstation 3, Xbox 360, PC

30 Musik Video Game Terbaik untuk Kembali Beraktivitas!

$
0
0
feat-image-musik-buat-aktiv

feat-image-musik-buat-aktiv

feat-image-musik-buat-aktiv

Tidak ada yang lebih menyebalkan dari hari Senin, dimana semua kesibukan dan rutinitas harus dimulai kembali, suka atau tidak suka. Dikombinasikan dengan masa sehabis libur panjang, maka hari pertama minggu ini menjadi mimpi buruk tersendiri. Ketika tubuh dan pikiran dipaksa untuk mulai bekerja dengan kecepatan penuh, namun mood masih bertahan dengan nikmatnya momen menyenangkan yang tercipta selama minggu lalu. Beberapa dari Anda mungkin masih merasakan kelelahan yang kentara setelah harus bertarung melawan kemacetan untuk pulang dan kembali dari kampung halaman. Namun pekerjaan, sekolah, dan beragam rutinitas sehari-hari tidak mengenal kata “menunggu”. Sebuah pertarungan besar dimulai, dan Anda tentu saja butuh pasokan tenaga yang memadai.

Dari semua alternatif solusi yang bisa ditawarkan, musik tentu saja menjadi salah satu panacea terbaik untuk menciptakan mood yang sesuai untuk berhadapan dengan beragam aktvitas penuh tuntutan ini. Dengan alunan melodi yang tepat, musik siap untuk memastikan semua aktivitas yang Anda lakukan, sekecil apapun, dari sekedar merapikan dokumen di meja kantor atau sekedar makan siang, menjadi sesuatu yang bermakna besar. Dengan perangkat audio yang tepat, Anda seolah tengah menjalani sebuah perjalanan epik dengan Anda sebagai tokoh sentralnya. Dan dari atmosfer yang bisa tercipta ini, tidak ada alternatif musik yang lebih baik daripada variasi OST dan BGM yang ditawarkan industri game. Lagu yang dibangun dengan begitu manis dan tepat untuk membuat semangat Anda kembali terpompa. Sesuatu yang Anda butuhkan hari ini!

Sesuai dengan tema dan cerita yang ditawarkan, variasi genre musik di video game memang terhitung cukup luas. Sebagian besar game RPG Jepang di masa lalu mengandalkan musik symphonic dan opera untuk menghasilkan atmosfer misterius dan epik yang lebih kuat. Sesuatu yang tentu saja tidak bisa kami pisahkan dari list kali ini. Sementara game-game teranyar saat ini tampaknya lebih mengandalkan musik tekno untuk membangun mood yang sama. Berangkat dari dua identitas utama inilah, list yang kami tawarkan ini dibangun dengan berusaha mengakomodasi semua genre yang ada, sekaligus memberikan sedikit nuansa nostalgia untuk Anda yang sempat mencicipi seri game ini di masa lalu. Musik yang dipilih tentu saja yang sebisa mungkin keras, kencang, dan bersemangat.

Lantas, dari semua BGM dan OST yang ditawarkan industri game, musik apa saja yang bisa Anda jadikan alternatif untuk membangun mood dan beraktivitas kembali? JagatPlay menghimpun 30 darinya:

30. Metal Gear Rising: Revengeance – A Stranger i Remain

29. Transistor – Forecast

28. Parasite Eve – Primal Eyes

27. The World Ends With You – The Calling

26. Legend of Legaia – Attack

25. Tales of Abyss – Karma

Artist: Bump of Chicken

24. Katamari Damacy – Katamari on the Rocks


NostalGame: Legend of Legaia

$
0
0
Legend of Legaia jagatplay (2)

Legend of Legaia jagatplay (2)

Legend of Legaia jagatplay (7)

Kebutuhan untuk mengeruk uang secepat dan seefektif mungkin, industri game di masa modern ini memang terlihat mengedepankan sisi bisnisnya daripada esensinya sebagai salah satu ujung tombak terbaik untuk menikmati sebuah media hiburan yang interaktif. Berangkat dari tren inilah, banyak developer dan publisher yang akhirnya lebih memilih untuk mengembangkan game-game yang memang sudah pasti sukses di pasaran, tidak membutuhkan waktu lama untuk dikembangkan, dan sudah memiliki basis fans yang besar. DLC, game-game rilis tahunan, hingga proyek rilis ulang dalam definisi tinggi menjadi pemandangan yang begitu umum. Sayangnya, mindset seperti ini justru menihilkan potensi tumbuhnya genre JRPG yang selama ini memang dikenal kompleks.

Di masa keemasan Playstation pertama dahulu, JRPG adalah primadona dan menjadi sebuah genre yang secara konsisten terus hadir dan tampil dalam kualitas yang memukau. Tiga seri Final Fantasy, seri Tales, Wild Arms, Suikoden 2, hingga Legend of Dragoon yang fenomenal menjadi bukti betapa JRPG di masa lalu begitu luar biasa. Namun ada satu nama yang juga tidak bisa dilupakan begitu saja. Benar sekali, kita tengah membicarakan si unik – Legend of Legaia yang berhasil membuktikan diri merupakan sebuah game JRPG paling memorable yang pernah ada. Menabrak pakem game JRPG di masa lalu yang sebagian besar ditawarkan sebagai game turn-based dengan segudang opsi, Legaia hadir dengan mekanik pertempuran yang inovatif dan keren, sesuatu yang tidak pernah ada sebelumnya. Cerita yang kuat dan beberapa fitur yang bahkan masih relevan di industri game moderns aat ini juga menjadi salah satu kekuatan utama.

15 tahun sejak perilisannya, tidak ada lagi momen yang lebih tepat untuk mengunjungi kembali Legend of Legaia ini lewat artikel NostalGame teranyar ini, apalagi mengingat jumlah game baru yang cukup terbatas di bulan Agustus 2014 ini. Bersiaplah untuk naik ke mesin waktu, dan bergabunglah dengan kami untuk menikmati kembali Legend of Legaia!

Plot dan Gameplay

Di masa lalu, dua entitas terpisah - manusia dan Seru hidup dengan damai. Sayangnya, semuanya berubah ketika kekuatan misterius berbentuk kabut menyerang.

Di masa lalu, dua entitas terpisah – manusia dan Seru hidup dengan damai. Sayangnya, semuanya berubah ketika kekuatan misterius berbentuk kabut menyerang.

Di dunia yang disebut sebagai Legaia, manusia hidup damai berdampingan dengan entitas yang lain – Seru. Dengan bentuk seperti sebuah objek batu, Seru hidup untuk membantu manusia mencapai hal-hal yang tidak mungkin, dari terbang, bergerak cepat, hingga beragam kekuatan lain yang menakjubkan, semata-mata untuk mempermudah hidup manusia. Legenda menyatakan bahwa Tuhan menciptakan Seru untuk memastikan manusia bisa bertahan hidup dari beragam binatang liar yang menyelimuti Legaia itu sendiri. Seru sendiri didesain untuk tunduk di bawah perintah manusia dan hidup secara damai. Namun sayangnya, dunia utopia ini harus luluh lantak setelah sebuah kekuatan misterius muncul tanpa alasan yang jelas. Sebuah kekuatan kegelapan yang muncul dalam bentuk sebuah kabut putih yang padat.

Kabut ini menjadi mimpi buruk yang meluluhlantakkan kehidupan di Legaia. Setiap Seru yang disentuh oleh kabut ini akan otomatis berubah menjadi jahat, sementara manusia akan kehilangan kesadarannya sebagai seorang manusia dan mulai berperilaku tak ubahnya seorang zombie. Berjalan untuk waktu yang cukup lama, adalah Vahn – seorang remaja asal Rim Elm, Noa – gadis yang dibesarkan serigala raksasa, dan Gala – seoarang biksu petarung yang menjadi tumpuan baru Legaia. Menemukan kekuatan baru bersama dengan Ra-Seru, Seru yang tidak terpengaruh oleh kabut dan memperkuat kemampuan bertarung siapapun yang mengenakannya, Legaia masih punya kesempatan kedua untuk bangkit kembali. Satu-satunya cara adalah dengan menghidupkan kembali ke-10 Genesis Tree yang ada. Namun perjalanan tiga sekawan ini justru membawa mereka ke misteri tersebar yang pernah menyelimuti Legaia: dari mana sebenarnya semua kabut yang muncul ini? Siapa yang menyebarkannya, dan untuk apa? Semua jawaban yang tentu saja akan Anda temukan dengan memainkan game yang satu ini.

Tiga karakter utama - Vahn, Noa, dan Gala dibantu senjata Ra-Seru masing-masing berusaha menyelamatkan Legaia.

Tiga karakter utama – Vahn, Noa, dan Gala dibantu senjata Ra-Seru masing-masing berusaha menyelamatkan Legaia.

Perjalanan untuk menghidupkan kembali ke-10 Genesis Tree dijadikan sebagai solusi utama.

Perjalanan untuk menghidupkan kembali ke-10 Genesis Tree dijadikan sebagai solusi utama.

Perjalanan ini membawa mereka ke dalam misteri yang lebih besar, terutama menyangkut asal muasal dan alasan eksistensi kabut mematikan ini.

Perjalanan ini membawa mereka ke dalam misteri yang lebih besar, terutama menyangkut asal muasal dan alasan eksistensi kabut mematikan ini.

Lantas, apa yang sebenarnya membuat Legend of Legaia begitu berkesan dan sulit untuk dilupakan? Salah satu kekuatan utamanya tentu saja terletak pada mekanisme battle yang ditawarkan. Ketika sebagian besar game JRPG di kala itu mengusung sistem turn-based yang mengoptimalkan aksi dari beberapa opsi yang ditawarkan, Legend of Legaia mengimplementasikan sistem ala game fightning. Apa yang Anda eksekusi dalam pertempuran bergantung pada kombinasi input perintah yang Anda suntikkan. Kemungkinan kombinasi gerakan juga akan semakin meluas seiring dengan progress cerita dan karakter. Di sisi lain, Legend of Legaia juga mengimplementasikan beberapa fitur yang terhitung masih relevan hingga saat ini, terlepas dari statusnya sebagai game yang dirilis lebih dari 15 tahun yang lalu.

Review Expendabros: Sinergi Film – Game Keren dan GRATIS!

$
0
0
Expendabros (100)

Expendabros (100)

Expendabros (1)

Jika harus berbicara jujur, film dan video game, terlepas dari beragam usaha untuk menyatukan keduanya dalam satu format yang sama, selalu berakhir menjadi bencana. Proyek film adaptasi game maupun sebaliknya selalu berakhir menjadi sebuah produk yang melenceng jauh dari versi originalnya, gagal untuk menawarkan atmosfer atau daya tarik yang berhasil memerangkap basis fans yang begitu besar. Mimpi lebih buruk datang ketika film-film yang hendak dirilis ke pasaran memutuskan untuk menghadirkan sebuah game companion untuk menawarkan sudut pandang atau tambahan cerita ekstra di dalam franchise yang ada. Mungkin terdengar sangat menggeneralisasi, namun fakta ini perlahan namun pasti, memang tidak terbantahkan. Kualitas rendahan produk adaptasi adalah sesuatu yang harus dihadapi oleh gamer. Namun tidak dengan Expandabros ini!

Alih-alih melancarkan proyek ambisius ala Activision yang meluncurkan Transformer: Rise of the Dark  Spark sebagai companion game untuk film Transformer 4: Age of Extinction dan berakhir mengecewakan, game action terbaru yang berisikan aktor-aktor laga ternama – The Expendables 3 justru memilih game indie sebagai media promosi yang efektif. Mereka memilih game indie action platformer dengan visualisasi 8 bit – BroForce sebagai ujung tombak. Lewat tangan sang developer – Free Lives Games, BroForce kini berubah nama menjadi Expendabros, mengusung mekanik gameplay yang serupa, namun dengan karakter-karakter ikonik seri The Expendables 3 itu sendiri. Hasilnya? Cukup mengejutkan!

Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Expendabros ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai sinergi film dan game yang super keren? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda!

Plot

Plot yang diusung serupa dengan versi filmnya. Uniknya? Semua karakter The Expendables ini kini hadir dalam bentuk 8 bit.

Plot yang diusung serupa dengan versi filmnya. Uniknya? Semua karakter The Expendables ini kini hadir dalam bentuk 8 bit.

Seperti plot yang didasarkan di seri ketiganya (yang sayangnya sudah bocor di dunia maya bahkan sebelum rilis resmi di layar lebar), Expendabros mengambil setting dan cerita yang sama dengan The Expendables 3.

Tim yang kini diperkuat dengan anggota baru ini harus bertarung dengan salah satu orang penting di masa lampau – Conrad Stonebanks, yang juga turut andil untuk membentuk grup tentara bayaran ini di masa lalu. Ambisi Stonebanks untuk menjadi kaya raya membuatnya terlibat dalam praktek perdagangan senjata yang besar, mendorong sang ketua The Expendables – Barney Ross untuk mengambil langkah yang lebih tegas. Berhasil selamat dan lari dari Ross, Stonebanks menaruh dendam dan berjanji untuk menghancurkan The Expendables dengan sumber daya yang ia miliki.

Mel Gibson Re-imagined!

Mel Gibson Re-imagined!

Anda tetap bisa membedakan karakter ikonik mana saja yang hadir, tentu lewat detail wajah yang cukup baik.

Anda tetap bisa membedakan karakter ikonik mana saja yang hadir, tentu lewat detail wajah yang cukup baik.

Walaupun tidak dijelaskan secara eksplisit layaknya sebuah game berbudget tinggi, namun intisari cerita di Expendabros ini cukup mudah dicerna, tentu saja lewat beragam cut-scene pendek dan dialog yang ditawarkan. Menariknya lagi? Hampir semua aktor laga ikonik yang menghiasi versi filmnya, termasuk Sylvester Stallone dan Mel Gibson kini divisualisasikan kembali sebagai karakter 8 bit yang tergolong cukup unik.

Review Thermaltake TteSports Poseidon Z: Versi Mekanikal yang Lebih Murah!

$
0
0
Thermaltake Poseidon Z

Thermaltake Poseidon Z

Thermaltake TteSports Poseidon Z Keyboard memang menjadi salah satu elemen paling krusial untuk menikmati pengalaman PC gaming secara optimal, apalagi ketika Anda harus berkutat dengan genre yang memang membutuhkan kombinasi tombol yang lebih kompleks daripada sekedar bergerak maju dan mundur. Karena pada akhirnya, semua peripheral diciptakan untuk satu tujuan yang sama: menawarkan kenyamanan yang paling maksimal. Kondisi dimana Anda tidak harus berhadapan dengan serangkaian masalah kecil yang mungkin bisa diakibatkan dari kelelahan atau keterbatasan fungsi dari peripheral yang Anda miliki. Di ranah keyboard, solusi ini ditawarkan oleh desain mekanikal yang kini seolah menjadi standar tersendiri di kalangan produsen. Seperti Thermaltake yang akhirnya meluncurkan keyboard gaming mekanikal terbarunya – Poseidon Z. Anda yang sempat mengikuti sepak terjang JagatPlay tentu saja mengetahui bahwa keyboard ini sendiri sudah pernah kami review di akhir tahun 2013 yang lalu. Namun jajaran keyboard Dewa Laut Yunani dari Thermaltake TtEsports ini ternyata masih belum berakhir. Thermaltake memperluas varian Poseiden menjadi dua seri baru: Poseidon Z dan Poseidon ZX. Untuk Poseidon Z yang menjadi fokus artikel kali ini, sebagian besar pengalaman yang ditawarkan sebenarnya tidak banyak berbeda dengan seri awal – Poseidon saja. Walaupun demikian, ia hadir dengan daya tarik berbeda yang mungkin akan membuat Anda jatuh cinta. Karena kesamaan pengalaman yang ditawarkan inilah, review kami di masa lalu masih terasa relevan untuk diulas kembali di sini. Namun tentu saja, dengan beberapa penambahan.

Desain dan Fitur

Thermaltake Poseidon Z Sederhana, kata yang satu ini mungkin akan langsung meluncur dari mulut Anda ketika melihat Thermaltake Poseidon Z ini untuk pertama kalinya. Berbeda dengan sebagian produk kompetitor yang memperlihatkan kesan yang unik lewat penempatan atau penambahan ekstra tombol di sana-sini, Poseidon Z mengakar pada desain sebuah keyboard konvensional, dan bahkan terkesan jauh lebih ringkas. Anda tidak akan berhadapan dengan ruang tidak berguna yang mungkin akan menyita ruang kerja Anda. Dengan desain melengkung yang rapi di setiap sudut dan bentuk yang sangat compact, Poseidon Z tetap mampu menewarkan desain solid dan elegan yang terasa kentara sejak Anda pertama kali menggunakannya. Bentuknya yang terhitung lebih kecil dibandingkan keyboard kompetitor yang lain tidak lantas membuat Thermaltake Poseidon Z tidak nyaman digunakan. Setiap tuts tetap hadir dengan ukuran proporsional yang akan memfasilitasi kecepatan tangan Anda untuk menari di atasnya, walaupun membutuhkan sedikit penyesuaian di awal. Lantas bagaimana dengan sisi kosmetik? Tenang saja, Anda tidak mungkin membawa nama besar seorang Dewa Laut yang ikonik sekelas Poseidon Z tanpa mampu menawarkan identitas yang mengalir kental di dalamnya. Untuk mewujudkan hal tersebut, Thermaltake menyuntikkan keyboard ini dengan lampu biru yang akan menerangi semua bagian keyboard secara merata, seolah merepresentasikan kedalaman laut yang memang menjadi kekuasaan Poseidon Z sendiri. Thermaltake Poseidon Z Sesuai dengan temanya – “Poseidon” yang notabene merupakan seorang dewa laut, keyboard ini juga menawarkan atmosfer serupa lewat pemilihan lampu LED yang menyala lembut. Dengan desain konvensional dan minimnya ekstra tombol yang bisa Anda gunakan untuk mengkustomisasi fungsi yang dibutuhkan dalam gaming, Thermaltake memang seolah memosisikan Poseidon Z untuk gamer yang memang berkutat di genre yang tidak membutuhkan kombinasi gerakan yang kompleks. Karena pada akhirnya, daya tarik utamanya selalu jatuh pada keputusan untuk menjadikan mekanikal sebagai identitas utama.

Thermaltake Poseidon Z, Seberapa Nyaman?

Thermaltake Poseidon Z, seberapa nyaman? Mekanikal memang menjadi salah satu varian keyboard paling nyaman yang bisa Anda dapatkan di pasaran saat ini. Walaupun ditawarkan dengan range harga yang lebih mahal dibandingkan dengan membran, namun mekanikal selalu hadir dengan ekstra kualitas yang tidak tertandingi. Feedback yang lebih baik, anti-ghosting, dan kenyamanan untuk menggunakannya menjadi salah satu nilai jual yang juga ditawarkan oleh Thermaltake Poseidon Z ini. Bentuk yang lebih kecil tidak lantas akan membuat tangan Anda canggung ketika menggunakannya, baik untuk gaming atuapun ketika mengerjakan sesuatu yang lebih serius. Akurasi perintah yang mampu ia tawarkan akan cukup untuk membuat pengalaman Anda bebas masalah, apalagi ketika Anda terlibat dalam game-game yang memang membutuhkan eksekusi super cepat, dari satu perintah ke perintah lainnya. Tidak perlu takut bahwa Anda harus berhadapan dengan kesalahan minim yang mungkin akan berakibat fatal, seperti perintah yang tidak diterjemahkan dengan baik misalnya. Sebegitu konvensional dan sederhananya desain Thermaltake Poseidon Z ini, Anda bahkan tidak akan menemukan ekstra slot apapun di bagian bodinya. Tidak ada slot USB untuk membantu Anda memasang perangkat berbasis slot ini di keyboard, atau bahkan ekstra tombol multimedia yang biasanya menjadi “standar” tombol ekstra. Semuanya dikorbankan untuk menghasilkan sebuah desain keyboard yang ringkas, kecil, dan pastinya – lebih mobile jika Anda ingin membawanya. Sayangnya, kesederhanaan ini juga menihilkan modifikasi apapun, terutama dari sisi perangkat lunak. Thermaltake Poseidon tidak menyediakan driver sama sekali. Ini adalah sebuah keyboard mekanikal standar yang lugas, dimana ia memang didesain hanya untuk menjalankan fungsi utamanya saja, sebagai pintu gerbang input yang bisa diandalkan. Bentuknya yang sederhana dan ringkas membuat Poseidon cukup mobile. Ukuran tuts yang proporsional juga tidak akan membuat Anda canggung. Tidak perlu diragukan lagi, game sekelas Bioshock Infinite: Burial at Sea dan DOTA 2 tidak menawarkan tantangan yang berarti untuk keyboard yang satu ini. Dengan menggunakan Brown Switch sebagai pondasi, Thermaltake Poseidon Z menawarkan ekskusi gerakan yang presisi, nyaman, walaupun tetap menghasilkan sedikit polusi suara. Semua hal yang Anda butuhkan untuk bermain game tentu saja, terlepas dari absennya fungsi makro untuk beragam modifikasi yang ada. Kami sendiri menjajalnya di tiga buah game utama, dengan genre yang berbeda. Kami menjadikannya sebagai tumpuan utama untuk proses review Bioshock Infinite: Burial at Sea yang notabene tidak kompleks. Poseidon Z dengan mudah akan memfasilitasi kebutuhan Anda yang sederhana ini. Ujian terberat mungkin hadir lewat DOTA 2 yang memang menuntut Anda untuk bergerak lincah dari satu tombol ke tombol lainnya, mengeksekusi setiap kombinasi serangan dengan tepat. Fitur anti-ghosting memainkan peranan penting untuk menangani hal yang satu ini. Thermaltake Poseidon Z memperlihatkan tajinya sebagai sebuah keyboard gaming yang bisa diandalkan.

The Ultimate Points: Affordable!

Lantas apa yang membuat Poseidon Z ini berbeda dengan versi Poseidon biasa? Daya tarik utama tentu terletak pada harga yang lebih terjangkau. Lantas apa yang membuat Thermaltake Poseidon Z ini berbeda dengan versi Poseidon original sebelumnya? Tentu saja, harga yang ditawarkan. Mengklaim diri sebagai salah satu keyboard mekanikal dengan lampu LED termurah di pasaran dunia saat ini, pemotongan harga yang ditawarkan Thermaltake di versi ini memang meningkatkan daya saing yang ada. Sesuatu yang tentu saja sangat pantas diacungi jempol, terutama karena pengalaman dan kenyamanan penggunaan yang tidak jauh berbeda dibandingkan versi awalnya. Pertanyaan terbesarnya kini tentu saja satu, apa yang membuat Thermaltake mampu mencapai harga yang lebih murah dengan kenyamanan yang serupa? Jawabannya satu: pemilihan jenis Switch! Jika di Poseidon terdahulu, Thermaltake mengandalkan produsen asal Jerman – Cherry MX sebagai ujung tombak, di Poseidon Z ini, mereka beralih ke pabrikan asal China – Kailh. Menawarkan varian switch beraneka warna dengan sensasi berbeda serupa dengan Cherry Mx, Kailh membuat ongkos produksi Poseidon Z ini menjadi lebih rendah, sehingga menjadi jauh lebih terjangkau. Kailh sendiri bukanlah pemain baru di industri peripheral, setelah keterlibatan untuk mengembangkan produk Razer untuk tahun 2013 ke atas. Kenyamanan menggunakan Cherry dan Kailh secara garis besar, memang tidak banyak berbeda. Yang mungkin perlu menjadi perhatian adalah kualitas build, yang walaupun tidak kami alami sendiri, menjadi sebuah concern tersendiri. Harga yang lebih kompetitif ini berhasil dicapai lewat penggunaan Brown Switch yang tidak lagi berasal dari Cherry MX. Thermaltake beralih pada pabrikan China - Kailh. Sensasi kenyamanan yang ditawarkan sendiri hampir serupa, menawarkan feedback yang sama nyaman dan cepatnya. Tidak hanya itu saja, Thermaltake juga menawarkan garansi 5 tahun untuk Poseidon Z ini. Tidak hanya sekedar harga yang jauh lebih terjangkau, Thermaltake juga membubuhkan garansi berdurasi 5 tahun untuk Poseidon Z ini, memberikan rasa aman ekstra untuk Anda yang memilih produk yang satu ini.

Kesimpulan

Kenyamanan sebuah keyboard mekanikal dengan harga yang lebih terjangkau? Thermaltake Poseidon Z menawarkan sebuah nilai jual yang harus diakui, sulit untuk ditolak. Secara garis besar, Thermaltake Poseidon Z terhitung berhasil membuktikan dirinya sebagai sebuah keyboard gaming yang mampu menghadirkan fungsi utama yang bisa diandalkan. Desain yang memperkuat tema yang dipilih menjadi nilai jual tersendiri, membuat citra Poseidon yang mudah dikenali sebagai sebuah keyboard gaming sejak pandangan pertama. Elegan dan solid, Kailh Brown Switches yang dijadikan sebagai pondasi membuat aktivitas gaming PC Anda menjadi jauh lebih nyaman, menyenangkan, dan bebas masalah. Setidaknya Anda tidak perlu lagi takut karakter Anda akan mati sia-sia hanya karena ketidakmampuan peripheral untuk mengikuti ritme permianan Anda sendiri. Walaupun demikian, kesederhanaan ini mungkin tidak akan cukup kuat untuk menarik calon konsumen yang memang lebih memilih untuk mendapatkan kelengkapan fitur sebuah peripheral gaming. Thermaltake Poseidon tidak mendukung modifikasi fungsi makro. Ia bahkan tidak memiliki dukungan driver untuk membantu Anda mengoptimalkan pengalaman Anda sendiri. Selain sebuah keyboard ringkas dengan LED biru yang menyala terang sebagai sarana input perintah, Thermaltake Poseidon Z tidak menyediakan fitur apapun lagi. Anda bahkan tidak menemukan slot USB atau audio jack untuk memfasilitasi kebutuhan peripheral Anda yang lain. Memang terdengar seperti kelemahan. Namun keputusan untuk mengusung konsep seperti ini memungkinkan Thermaltake untuk mengusung harga yang bahkan lebih “bersahabat” untuk kelas sebuah keyboard gaming mekanikal. Terbatasnya pengujian kami juga sayangnya tidak bisa membandingkan kualitas buid Kailh sebagai sebuah switch secara pasti, mengingat ia merupakan produksi dari China, yang selama ini memang selalu diasosiasikan buruk. Berbeda dengan Cherry MX yang dibuat di Jerman. Harga pasti di berbagai retailer Indonesia memang belum tercantum, namun di luar negeri, retailer besar mematok Thermaltake Poseidon Z ini dengan harga sekitar USD 70, 250-300 ribu Rupiah lebih murah daripada versi Poseidon lama.

10 Kejutan di Cerita Video Game Paling Keren!

$
0
0
spec-ops-feat-image

spec-ops-feat-image

spec-ops-feat-image Ada begitu banyak elemen yang menjadi standar bagi sebagian besar gamer untuk menentukan kualitas sebuah video game. Mereka yang menjadikan kualitas grafis sebagai standar utama tentu saja sangat memedulikan visualisasi yang menyerupai standar dunia nyata. Sementara mereka yang lebih berfokus pada gameplay akan menetapkan standar kesenangan mereka pada fakta bagaimana sebuah video game mampu menawarkan pengalaman bermain dan menyenangkan. Salah satu faktor signifikan lainnya yang tengah menjadi primadona tentu saja adalah plot. Dibangun tak ubahnya sebuah film berbudget tinggi namun dengan pengalaman yang lebih interaktif, jalan cerita memang tengah menjadi fokus developer. Tidak hanya harus menyenangkan, video game kini juga harus menggugah. Tren ini sendiri ditangkap dengan sangat manis oleh gamer. Hampir sebagian besar game yang mampu mengintegrasikan cerita yang kuat dan gameplay yang nyaman berujung pada apresiasi yang tinggi, tidak hanya dari sisi penjualan, tetapi juga segudang penghargaan yang dilemparkan. Game-game seperti Spec Ops: The Line, Bioshock, hingga yang teranyar – The Last of Us menjadi bukti yang paling nyata. Dari kacamata seorang gamer, kekuatan cerita seringkali dioasiasikan dengan kemampuan menciptakan sebuah benang merah yang tidak klise, menyegarkan, dan tentu saja – penuh dengan kejutan. Sebuah formula yang membuat sebuah game sulit dilupakan, bahkan terus menjadi bahan perbincangan di kalangan gamer yang antusias. Plot-twist adalah sebuah bumbu penyedap yang membuat sebuah video game terasa lebih bermakna. Karakter utama yang tewas, peran tokoh antagonis yang ternyata tidak sejahat yang dibayangkan, atau bahkan fakta yang meruntuhkan semua yang sudah Anda percayai selama puluhan jam permainan, ada begitu banyak plot twist yang menghinggapi industri game. Beberapa memang terhitung menjalankan tugasnya dengan sangat baik, terutama jika ia dibangun dalam sebuah alur pelan nan misterius, tanpa clue atau hint yang jelas kemana sang cerita hendak bergerak. Ketika kejutan itu muncul, ada kalanya Anda bahkan harus mengambil nafas ekstra dengan otak yang bekerja keras untuk memroses apa yang tengah terjadi, secara cepat. Semua pengalaman yang tentu saja menarik untuk terus dinikmati berulang-ulang di masa depan. Lantas, dari semua plot-twist yang pernah disuntikkan developer di industri game, kejutan di bagian cerita game mana yang menurut kami paling keren? Tentu saja, artikel ini akan dipenuhi dengan segudang spoiler, yang mungkin akan mempengaruhi kualitas permainan Anda yang belum pernah menjajal seri-seri ini. Berikut adalah 10 yang menjadi pilihan JagatPlay:    

SPOILERS AHEAD!!!

   

10. Anda Seorang Templar! [Assassin’s Creed 3]

haytham kenway Dengan mengusung nama Assassin’s Creed sebagai judul utama, tentu menjadi sesuatu yang sangat rasional untuk mempercayai bahwa semua karakter yang Anda gunakan akan hadir dengan identitas tersebut. Berangkat dari persepsi inilah, dibarengi dengan sedikit rasa naif, Ubisoft membuka prolog Assassin’s Creed III dengan meminta Anda memainkan seorang karakter baru bernama – Haytham Kenway. Sekilas pandang, ia terlihat seperti seorang Assassin yang disegani, dari kemampuannya menggunakan hidden blade secara efektif, hingga mencari informasi yang ia butuhkan. Namun alangkah terkejutnya ketika salah satu scene justru memperlihatkan jati diri Haytham sebagai seorang Templar, kelompok antagonis utama dari Assassin’s Creed itu sendiri. Tidak hanya itu saja, ia juga hadir sebagai salah satu karakter penting dengan peran yang cukup besar. Sebuah kejutan yang manis dari Ubisoft.

9. Your Princess is in Another Castle [Super Mario Bros.]

mario Naif dan polos, ini mungkin menjadi dua kata yang tepat untuk menggambarkan alasan di balik keterkejutan kami ketika memainkan Super Mario Bros untuk pertama kalinya, di awal tahun 1990-an silam.  Dengan kecekatan mata dan tangan yang rendah, game klasik fenomenal ini memang terhitung sulit untuk ditaklukkan, apalagi ketika Anda berhadapan dengan kastil Bowser untuk pertama kalinya. Berjuang melewati lompatan lava mematikan dan beragam jebakan yang tidak memberikan celah kesalahan sama sekali, ada adrenalin yang terpompa kencang ketika melihat kadal raksasa ini untuk pertama kalinya di dunia 1-4. Dengan harapan untuk menemukan sang putri di belakang sosok ini, pertempuran berjalan ganas dan tanpa ampun, yang akhirnya berujung pada kemenangan. Namun apam yang kita dapatkan? Sebuah jamur berbicara yang memberi tahu Anda, bahwa sang putri, sang target utama berada di kastil lain. Dan itu terjadi di tujuh kastil selanjutnya. What the…

8. Raiden [Metal Gear Solid 2: Sons of Liberty]

raiden Metal Gear adalah Snake, kalimat yang satu ini memang tidak bisa lagi diganggu gugat. Namun menyambut seri perdana di Playstation 2 yang terlihat luar biasa di masa lalu, Hideo Kojima justru secara berani, memproklamasikan kehadiran karakter baru yang cukup misterius – Raiden. Mengambil porsi sebagian besar dari permainan, sosok Raiden tentu saja memancing tanda tanya besar, terutama lewat signifikansi perannya pada usaha untuk mencegah Metal Gear Ray. Namun siapa yang menyangkan, karakter ini juga memuat salah satu plot twist terbesar dan paling membingungkan di dunia Metal Gear sendiri. Semua aksi yang ia lakukan ternyata merupakan sebuah simulasi yang dijalan kan oleh The Patriots, yang dikendalikan oleh seorang AI yang menyamar sebagai atasannya. Momen yang cukup untuk membuat Anda terdiam dan menggaruk-garuk kepala.

7. Konsekuensi! [Shadow of Colossus]

shadow of colossus baby Shadow of Collossus adalah sebuah game tanpa basa-basi. Tanpa latar belakang cerita yang kuat, Anda hanya dihadapkan pada cerita tentang seorang pengembara bernama Wander dan kudanya – Agro yang berusaha membangkitkan sang wanita tercinta – Mono dari kematian. Untuk menjamin hal ini terjadi, Wander beralih pada sesosok Dewa bernama Dormin yang menjamin bahwa hal ini mungkin dilakukan, selama ia bisa membunuh ke-16 monster raksasa bernama Colossus. Namun apa yang didapat Wander di akhir permainan? Fakta bahwa ia baru saja menghidupkan kembali salah satu entitas terjahat di semesta hanya untuk memastikan Mono hidup. Dirasuki dan tumbuh menjadi Colossus terakhir, Wander pun harus meregang nyawa dan tidak pernah berkesempatan untuk bersatu kembali dengan Mono. Bagian terakhir yang paling mengejutkan? Wander terlihat dilahirkan kembali dalam sosok bayi yang menyerupai karakter utama ICO, seri game TEAM ICO yang lain. Sebuah prekuel? Satu semesta yang lain? Game ini meninggalkan banyak tanda tanya.

JagatPlay NgeRacau: Perang Fanboy!

$
0
0
PS4WiiUXboxOne-600x335

PS4WiiUXboxOne-600x335

PS4WiiUXboxOne “Ahh.. PC paling lah yang paling keren, konsol mah sampah!”, “Apaan tuh Playstation 4, basi, mending main Xbox One kemana-mana dah!”, berapa banyak dari agan yang sering banget dengerin kalimat ini keluar, atau at least ngebaca di forum atau Facebook. Orang-orang yang kayak gini biasanya sering banget disebut sebagai “Bocah Kipas” atau bahasa kerennya – Fanboy. Semangat fanboy sebenarnya enggak beda sama pejuang Kemerdekaan 1945, sama bergelora, membakar, penuh semangat tinggi buat bela-belaiin produk yang dia suka. Bedanya? Kalau pengorbanan jiwa dan raga pejuang masih ada hasilnya, yang bikin JagatPlay bisa nulis ini dan agan bisa ngebaca, semua kerja keras fanboy sebenarnya gak pernah berakhir manis. Yang ada cuman selain buang-buang waktu, tenang, dan pikiran, buat ngebelaiin sesuatu yang bahkan gak nyempetin diri buat merhatiin. Kalau disimpulin ke percakapan, hasilnya mungkin kayak gini:
  • Fanboy: Hey A, gua cinta mampus sama lu. Gua tuh udah bela-belaiin lu mati-matian di semua forum yang ada, ngebantai semua orang yang suka B dan akhirnya, gua berhasil!”
  • A: Mmmmmm…. lu siapa?
Tapi kalau memang harus jujur, fanboy itu memang lebih soal hati daripada otak. Mungkin itu jugalah yang jadi sumber masalah, karena banyak yang lebih milih pakai hati sampai lupa kalau dia juga punya otak untuk mencerna, sebelum bertindak. Hasilnya udah kayak bala tentara gila yang enggak segan buat ngelakuin apapun buat ngebela sebuah produk, bahkan sekecil apapun. Dari komentar-komentar nyebelin, sampai komentar yang justru mengundang iba sembari bertanya dalam hati kecil, “Ini anak salah makan apa sampai begini?”. Banyak orang yang bahkan ngerasa dirinya bukan fanboy, tapi nyatanya memang fanboy. Yang terjadi di sini cuman sekedar denial. Parahnya lagi? Kalau tindak tanduknya udah mirip stalker creepy cewek atau cowok yang senengnya ngelihatin dari jauh hal-hal yang dia puja, dan gak segan buat ngelukain siapapun yang berusaha deketin atau sekedar menghina. Ekstrim? Percaya atau enggak, rada-rada mirip.

Gak Punya Akal Sehat

Platform gua udah yang paling bener, platform lu sampah.. Salah satu ciri yang paling kental dari fanboy emang keluar dari fakta kalau sebagian besar komentar yang ia lemparin biasanya udah kagak bisa diterima dengan akal sehat, mau direnungin dan dicerna pakai cara apapun juga. Udah bukan lagi soal bertukar pendapat atau fakta, tapi lebih ke intensi buat ngelindungin produk yang dia cintaiin, bagaimana pun caranya, bahkan terkesan gila. Yang lebih keren? Baik fanboy konsol maupun PC selalu punya satu atau dua pernyataan standar setiap kali satu topik mengemuka. Jawaban standar yang jauh lebih lucu buat disimak.

“Ah.. Game kan dibuatnya juga pakai PC!”

Ya iyalah make komputer, mosok pake sempoa? Orang yang punya akal sehat juga tahu kalau video game memang dibuat pakai komputer, dan bukannya kalkulator atau sempoa, atau sekedar bertapa dan beres. Dasar dari pernyataan ini sebenarnya pengen nunjukin, kalau misalnya game memang dibuat dari komputer, udah jadi sesuatu yang normal untuk berharap ia dirilis buat PC. Semua orang yang ngucapin ini pernyataan biasanya terlalu naif buat menyadari kalau rilis platform juga ditentuin oleh strategi bisnis masing-masing developer dan publisher, dan tentu saja deal-deal yang mungkin berjalan di belakang layar. Lagipula, logika ini sepenuhnya cacat. Semua orang juga tahu kalau ayam goreng dibuat dengan panci, tapi bukan berarti ayam goreng harus dinikmatin di atas panci.

“PC is the Best!”

Mastahrais! Salah satu komentar yang paling sering keluar juga adalah “PC is the best!”, padahal komentarnya sendiri enggak berhubungan sama sekali dengan artikel atau pernyataan lain yang lagi dibaca. Misalnya? Ketika kita ngobrolin soal gimana kerennya Fox Engine di MGS V: Phantom Pain PS 4 misalnya. Enggak heran jika tiba-tiba ada satu atau dua gamer yang ngerasa harus neriakin “PC is the Best!”, terlepas dari fakta: (1) Ini game belum pasti dirilis di PC. (2). Kita enggak ngebahas soal PC. Kalau di dunia nyata, bakal kelihatan jelas kalau pernyataan kayak ini beneran kagak nyambung sama sekali.
  • A: Hari ini makan bakso, enak nih!
  • B: Yoa.. mau makan di mana?
  • A: Mang Ujang kalik. Setuju?
  • C: PC is the best!!!
Merasa harus secara terus-menerus meneriakkan soal keunggulan PC justru ngasih tanda yang lebih kentara kalau sang komentator merasa enggak aman dan nyaman, kalau harus nemuin fakta bahwa game-game yang dirilis di konsol, punya kemampuan buat tampil lebih baik daripada PC yang dia miliki. Apalagi kalau yang kita bahas udah soal game-game eksklusif konsol yang kemungkinan besar enggak keluar di PC.

“PC lah.. Kan bisa buat ngerjaiin tugas dan ngetik”

Ha! Ha! Ha! Ini juga salah satu alasan klasik yang sering banget dilemparin fanboy PC kalau udah nyebutin keunggulan PC daripada konsol, terlepas dari fakta kalau yang kita omongin semata-mata soal kemampuan gaming yang ditawarin. Ada orang yang ngerasa bahwa kemampuan untuk mengerjakan tugas, untuk alasan yang tidak jelas, kerasa relevan. Padahal jelas-jelas, semua orang yang beli konsol, tahu jelas bahwa ini barang memang enggak bisa dipakai buat mengetik dan memang enggak mencari nilai jual itu. Berapa banyak gamer konsol yang agan temuin ngeluh, “Dang.. seharusnya gua gak beli PS 4.. PS 4 enggak bisa buat makalah, man!”. Oh c’mon.. Semua orang yang beli konsol juga tahu kalau yang mereka butuhin bukan sebuah platform yang bisa dipakai buat ngerjain tugas. Lagian kemampuan untuk mengetik, ngerjain tugas, dan semua tetek bengeknya sama sekali enggak ada hubungannya sama seberapa baik platform dipakai buat main game. Jadi kalau ada pertanyaan, “Gua mesti main game ini di PC atau konsol, yak? Ada ide?”, dan ada orang yang menjawab. “PC lah.. kan bisa buat ngerjaiin tugas dan ngetik..”. Lu boleh ketawa habis-habisan.

“Playstation 4 udah paling bener!”, “Xbox One tuh dewa!”

xbox one ps 4 Golongan para bocah kipas (yang makin lama makin kedengeran kayak nama Partai di film silat) juga sering banget muncul di omongan soal konsol, apalagi kalau udah masalah PS 4 ngelawan Xbox One, misalnya. Setiap kali ada artikel yang memperlihatkan citra salah satu ke arah yang lebih negatif, biasanya fanboy akan datang membela, bahkan gak segan-segan bawa mental militan di situ. Mau ngomongin fakta seperti apapun, mentalnya cuman satu, “Konsol pilihan gua udah yang paling benar, yang lain sampah..”. Parahnya lagi, kalau mereka udah secara aktif nyariin informasi soal kompetitor, dan berusaha munculin reaksi lewat kalimat-kalimat provokatif, yang sayangnya, gampang banget dapat respon dan micu keributan. Lantas, dimana cacatnya logika ini? Karena sebagian besar fanboy yang menyerang konsol kompetitor sebenarnya enggak pernah nyicipin konsol yang ia serang. Fanboy Xbox One yang terus ngeremehin Playstation 4 enggak pernah nyobaiin PS 4 dan ngerasaiin pesonanya, membuat semua kritik yang dilemparin jadi enggak valid dan terasa membabi buta. Begitu juga sebaliknya, gamer PS 4 yang terus ngekritik masalah resolusi Xbox One, misalnya, enggak pernah bisa ngebandingin apakah 792p atau 900p memang ngaruh ke pengalaman bermain. Ujung-ujungnya? Yang lu temuin adalah debat kusir tanpa dasar. Seperti bertemu dengan dua orang di perjalanan yang berdebat keras soal makanan yang paling enak – Nasi Padang atau Ketoprak, yang masing-masing memilih salah satu makanan tersebut. Tapi ketika ditanya apakah mereka sudah mencoba keduanya? Jawabannya, “Belum”.

“Nintendo Tuh Buat Anak-Anak”

mario Gamer konsol dan PC memang sering berantem gara-gara masalah sepele yang enggak signifikan pengaruhnya sama sekali.  Namun waktu obrolan udah mengarah ke nama klasik – Nintendo, gamer yang muja visual PS 4, Xbox One, dan PC biasanya ngarah ke satu kesimpulan – Nintendo itu buat anak-anak doank. Alasan dari kesimpulan ini? Paling sederhana, karena sebagian besari dari mereka belum pernah nyobaiin platform ini sendiri, belum pernah ngerasaiin susahnya main Mario 3D World, atau susahnya menangin juara pertama di Mario Kart 8. Semua kesimpulan diambil dari sekedar gaya visual doank, tanpa memandang gameplay. Tuduhan kalau Nintendo enggak kreatif dan cuman ngejual game yang sama berulang-ulang juga akan langsung dibuktikan keliru, begitu mereka mencoba game tersebut secara langsung. Seperti point sebelumnya, tuduhan tanpa argumen ini mulai berubah menjadi debat kusir. Kalau dibandingin sama percakapan lain, logikanya enggak beda sama:
  • A: “The Dark Knight tuh film anak-anak”
  • B: “Bukan kalik..”
  • A: “Ya iyalah, Batman kan superhero anak-anak. Gua waktu kecil nonton kok film kartunnya”
  • B: “Iya, tapi The Dark Knight bukan film anak-anak”
  • A: “Ah.. film anak-anak lah.. Batman ya Batman..”
  • B: “Lu udah nonton?”
  • A: “Belum…”

NostalGame: Crash Bandicoot

$
0
0
Crash Bandicoot JagatPlay (3)

Crash Bandicoot JagatPlay (3)

Crash Bandicoot JagatPlay (3) Hampir sebagian besar gamer yang sempat mencicipi masa kejayaan Playstation di masa lalu tentu saja tidak asing lagi dengan nama Crash Bandicoot. Di tengah hantaman ratusan judul game berkualitas yang masuk ke Indonesia dalam format bajakan dan bisa didapatkan dengan harga yang cukup murah, memang cukup menakjubkan game platformer ini berhasil mendapatkan perhatian khusus di hati gamer Indonesia. Akses informasi yang terbatas tidak menjadi penghalang, mengingat Crash Bandicoot yang senantiasa muncul sebagai artikel pembahasan utama, membawa perhatian yang lebih besar untuk karakter yang satu ini. Dan hasilnya? Menakjubkan. Sebagai salah satu gamer yang tumbuh dengan mencicipi genre JRPG sebagai genre paling favorit, popularitas yang diusung Crash Bandicoot bahkan bisa dikatakan, menembus dinding genre ini. Ia seolah menjadi sebuah game yang wajib untuk dijajal, bahkan berhasil menjelma sebagai karakter maskot untuk Sony dan Playstation sendiri di kala itu, sepertinya halnya Sonic untuk Sega dan Mario untuk Nintendo. Terus bertambah sempurna dari satu seri ke seri lainnya, sang developer yang kini tetap bertahan di industri game modern dan bahkan jauh lebih populer – Naughty Dog berhasil membangun sebuah seri game platformer yang tidak hanya sekedar menantang dan menyenangkan untuk dimainkan. Satu yang pasti, ia menjadi sebuah legenda yang sulit untuk dilupakan begitu saja. 15 tahun sejak perilisannya, tidak ada lagi momen yang lebih tepat untuk mengunjungi kembali Crash Bandicoot  ini lewat artikel NostalGame teranyar ini, apalagi mengingat jumlah game baru yang cukup terbatas di bulan Agustus 2014 ini. Bersiaplah untuk naik ke mesin waktu, dan bergabunglah dengan kami untuk menikmati kembali Crash Bandicoot!

Plot

Berapa banyak dari Anda yang masih ingat dengan latar belakang lahirnya Crash dan perseteruannya dengan Neo Cortex? Harus diakui, sebagian besar dari kita mungkin baru mencicipi seri Crash Bandicoot sejak seri kedua, ketika ia mulai tumbuh menjadi seri yang cukup diantisipasi di industri game dan terus merebut perhatian di majalah-majalah game Tanah Air. Di seri sekuel tersebut, Crash memang terlihat memesona, tidak hanya dari kualitas visual, tetapi juga serangkaian animasi gerakan dan sense of progress yang tampil jauh lebih menggugah. Kembali ke seri pertama tampaknya menjadi langkah yang tidak dibutuhkan, mengingat cerita yang tidak pernah menjadi kekuatan utama. Siapa sebenarnya Crash Bandicoot? Pertanyaan inilah yang mungkin terjawab ketika memainkan kembali si seri original ini, mengangkat kembali memori yang sempat terkubur. Berapa banyak dari Anda yang masih ingat apa yang sebenarnya mendasari konflik antara si Crash Bandicoot dan sang musuh utama – Dr. Neo Cortex? 18 tahun adalah waktu yang cukup lama bagi otak untuk mengubur informasi yang mungkin tidak lagi terasa signifikan selama progress hidup Anda. Percaya atau tidak, Crash Bandicoot ternyata adalah kreasi Dr. Neo Cortex – sang musuh utama, yang akhirnya memutuskan untuk memberontak dan melawan perintah sang tuan. Melakukan eksperimen untuk senjata terbarunya – Evolvo-Ray, yang mengubah binatang-binatang menjadi monster dengan kekuatan super, Crash yang pada awalnya direncanakan sebagai pemimpin utama prajurit Cortex ternyata menunjukkan kecatatan yang tidak bisa ditoleransi. Ia diasingkan.  Jatuh hati dengan Bandicoot lain – Tawna selama dikurung Cortex, Crash memutuskan untuk bergerak menyelamatkannya. Crash ternyata merupakan hasil eksperimen gagal Cortex. Dianggap sebagai produk gagal, Crash dibuang. Namun keterikatan emosionalnya dengan Bandicoot lain yang menjadi tawanan - Tawna mendorong Crash untuk berbalik memberontak. Sebagai sebuah game platformer, Crash Bandicoot memang menawarkan hampir semua elemen yang cukup untuk membuat banyak gamer jatuh hati pada pandangan pertama. Kualitas visual yang terhitung manis untuk era tersebut, ia juga mengusung mekanik gameplay yang mudah untuk dikuasai, menantang, dan menyenangkan di saat yang sama. Desain level, serangkaian rahasia yang bisa ditempuh, hingga beragam animasi yang keren membuat Crash Bandicoot tampil memukau. Sebuah game yang masih mampu mempertahankan predikatnya, bahkan hingga di era gaming modern saat ini. Ada begitu banyak alasan yang membuat kami jatuh cinta, dan mungkin, Anda juga.

Review P.T. : Siap Pipis di Celana!

$
0
0
P_T JagatPlay

P_T JagatPlay

pt Ajang Gamescom 2014 memang harus diakui cukup hambar, setidaknya untuk mereka yang menantikan kejutan besar dari Sony. Sebagai produsen dengan tingkat penjualan konsol generasi terbaru tertinggi di pasaran saat ini, dan mengingat seberapa kuatnya presentasi mereka di ajang E3 2013 dan 2014 yang lalu, menjadi sesuatu yang masuk akal untuk mengharapkan sesuatu yang “Wah” dari Sony. Sayangnya, Sony terlihat menahan diri di Gamescom 2014 ini, terutama terkait franchise raksasa yang tengah mereka kembangkan. Selain memberikan ekstra detail untuk game yang memang sudah sempat diperkenalkan sebelumnya, hampir tidak ada yang baru, selain beberapa game independen yang kian memantapkan posisinya di Playstation 4. Namun ada satu game yang berhasil menarik semua perhatian di industri game selama 48 jam terakhir ini. Benar sekali, kita tengah membicarakan P.T. Ketika Sony memperkenalkan P.T. untuk pertama kalinya di stage utama kemarin, hampir tidak ada gamer yang menaruh perhatian serius. Semuanya menantikan pengumuman yang jauh lebih gila, mengharapkan nama The Last Guardian atau seri terbaru God of War muncul di event yang berlangsung di Jerman ini. Lewat sebuah teaser kecil yang memperlihatkan sekelibat aspek gameplay dan reaksi beberapa tester yang berteriak ketakutan, P.T. ternyata juga dikembangkan oleh sebuah studio baru yang belum pernah diketahu sepak terjangnya – 7780s. Satu yang menarik, bersamaan dengan pengumuman ini, P.T juga mengumumkan bahwa demo awal mereka sudah tersedia untuk para pemilik Playstation 4 secara cuma-cuma. Sebuah kebijakan, yang menurut kami, pantas diapresiasi, untuk sebuah developer yang belum punya nama. Demo ini sendiri disebut-sebut sebagai sebuah teaser interaktif yang belum pernah di industri game sebelumnya. Dengan berakhirnya presentasi demo, sebagian besar gamer Playstation 4 tentu saja berbondong-bondong memuaskan rasa penasaran mereka dengan P.T. ini. Menariknya lagi? Sony menjadikannya sebagai salah satu game featured di PS Store, menempatkannya di halaman utama untuk memberikan kemudahan proses pencarian. Sebuah langkah yang tentu saja terhitung istimewa untuk sebuah game independen dari developer penuh nama. Gameplay sederhana dengan unsur horror yang begitu kuat, P.T. ternyata bukanlah game yang selama ini kita. Kembali “ditipu” dengan manis oleh si jenius – Hideo Kojima, P.T. ternyata menjadi teaser untuk seri terbaru Silent Hill yan akan ia kembangkan bersama sutradara film raksasa – Del Toro. Begitu informasi ini menyebar di dunia maya, P.T. juga langsung ikut meledak. Rasa penasaran jugalah yang akhirnya mendorong kami menjajal game ini, setidaknya untuk mendapatkann sedikit gambaran apa jadinya Kojima, yang selama ini menyebut dirinya seorang penakut, diberi kesempatan untuk menangani sebuah game horror. Lagipula, dengan game-game seperti Slenderman, Amnesia, dan Oulast yang pantas masuk ke dalam jajaran game paling menyeramkan di industri saat ini, P.T. secara rasional, seharusnya tidak akan banyak berbeda. Iya, kami salah besar!

Sederhana

Ruang gerak yang terbatas, wilayah eksplorasi hanyalah sebuah rumah dengan dua koridor memanjang dan satu ruang kamar mandi. Diperkenalkan sebuah teaser dan hanya memuat data sebesar 1.3 GB via PS Store, P.T. hampir mustahil hadir sebagai sebuah game horror kompleks, dengan cut-scene, segudang karakter, atau mekanik gameplay yang membuat sang karakter utama mampu melakukan gerakan yang bervariasi. Benar saja, seperti yang bisa diprediksi, ia menawarkan sensasi gameplay horror yang lebih melekat kuat kepada Slenderman. Walaupun sama seperti Oulast dan Amnesia yang juga menghadirkan karakter utama yang tidak bisa melawan dan hanya bisa berlari, P.T. dan Slenderman mengusung satu identitas yang sama – ruang gerak yang sangat terbatas. Perjalanan Anda menyelesaikan game ini tidak akan ditentukan dari perjalanan dari satu area baru ke area baru lainnya, tetapi hanya berkisar di satu tempat yang sama secara berulang. P.T. akan memerangkap Anda hanya di dalam sebuah rumah. Bangun dan berhadapan dengan satu-satunya pintu di depan mata, P.T. memang sudah membangun atmosfer penuh misteri sejak awal permainan. Tidak diperkuat dengan narasi apapun, Anda didorong untuk mencari tahu apa yang sebenarnya tengah terjadi dengan hidup karakter utama yang Anda gunakan lewat progress permainan itu sendiri. Ruangan yang bisa Anda jelajahi juga sangat terbatas: hanya dua koridor panjang yang terbatas dan sebuah kamar mandi. Di sepanjang dua koridor panjang ini, Anda akan melihat tiga buah meja dengan tiga aksesoris berbeda. Satu meja kecil untuk alarm digital, satu meja untuk memuat semua foto pribadi, dan sebuah meja berisikan radio tua yang seringkali tidak mau berhenti meracau. DI beberapa titik ruangan, Anda akan menemukan beragam objek. Karakter utama tidak bisa berinteraksi dengan lingkungan, dan hanya bisa melakukan zoom pandangan. Menyelesaikan puzzle sebelum bergerak ke loop selanjutnya menjadi inti permainan. Anda akan mengetahui apakah permainan Anda  mengalami progress atau tidak dari tambahan clue atau objek yang tidak ada di loop sebelumnya. Puzzle horror, kombinasi dua genre inilah yang tampaknya pantas untuk menjelaskan apa itu P.T. Misi Anda sebenarnya sederhana, hanya berusaha melewati pintu dari satu ujung koridor ke koridor lainnya, dan kemudian masuk dalam proses looping, dan kembali di ruangan yang sama. Namun untuk mencapai progress permainan, Anda harus memicu satu atau dua event tertentu, sebelum Anda menemukan ada sedikit perubahan dan mengetahui bahwa cerita berjalan maju. Tidak ada banyak hint yang diberikan, dan aksi yang bisa Anda lakukan hanyalah melakukan zoom pandangan untuk mencari dan mengaktifkan setiap clue ini. Jika Anda bergerak melewati pintu ujung tanpa menyelesaikan clue yang dibutuhkan sebelumnya? Maka Anda akan masuk ke dalam loop yang sama, tanpa progress. Tidak ada hint pasti yang diberikan memang menjadi sumber frustrasi tersendiri. Mendekati akhir permainan, puzzle yang dibutuhkan untuk melewati loop tidak lagi sekedar membaca, menemukan, atau memicu event tertentu, tetapi mulai mengarah pada objek majemuk yang harus ditemukan atau dikombinasikan. Sebagai contoh? Ketika Anda harus “mencuri” huruf dari begitu banyak kata yang berceceran di dinding untuk membentuk kata Hell dan menuju pintu ke ujung koridor untuk memicu event yang berbeda. Atau ketika Anda harus mengumpulkan bagian foto yang tersebar di beragam tempat. Tanpa hint sama sekali, game ini memang menuntut Anda untuk melakukan ekstra observasi dengan ketelitian tinggi. Puzzle ini sendiri akan semakin sulit seiring berjalannya permainan. Dan ingat, P.T. tidak akan memberikan Anda clue sama sekali apa yang harus dilakukan. Pada dasarnya, game ini sebenarnya tidak memuat elemen resiko apapun ala game seperti Slender, Outlast, atau Amnesia misalnya. Tidak ada faktor lain yang bisa mengakhiri jalannya permainan atau memaksa Anda untuk mengulang segala sesuatunya lagi dari awal. Satu-satunya yang akan menghentikan langkah Anda menyelesaikan game ini adalah Anda sendiri. Dan percaya atau tidak, menyerah 20 menit sejak memainkan game ini adalah sesuatu yang sangat normal.

Review Thermaltake Saphira Team DK Edition: Untuk Para Penggila DOTA 2!

$
0
0
SAPHIRA TEAM DK EDITION

SAPHIRA TEAM DK EDITION

Thermaltake Saphira Team DK Edition DOTA 2 harus diakui, merupakan salah satu game kompetitif paling populer di dunia saat ini. Predikat yang memang pantas disematkan mengingat ia baru saja menyelenggarakan scene eSports terbesar di dunia, dengan jumlah hadiah yang fantastis. Tidak mengherankan jika banyak gamer di seluruh dunia yang jatuh hati dan teradiksi dengannya, bahkan di Indonesia sekalipun. Untuk mereka yang cukup gemar mengikuti perkembangan ranah DOTA 2 kompetitif yang lebih serius, maka nama Team DK bukanlah lagi sesuatu yang asing. Benar sekali, ia merupakan salah satu tim DOTA 2 terbaik dari China dengan anggota yang cukup populer, sebutlah Mushi dan Iceiceice. Jika Anda termasuk salah satu penggemarnya, maka Anda akan tergila-gila dengan mouse gaming keluaran Thermaltake yang tiba di meja redaksi kami ini. Sambutlah Saphira Team DK Edition!

Desain dan Fitur

Mouse gaming ini mengusung kombinasi warna putih susu dan merah sebagai identitas utama. Berani membawa nama sebuah tim professional yang cukup besar di industri game, Thermaltake tentu harus memastikan Saphira Team DK Edition hadir dengan desain yang tidak hanya tampil secara optimal di sisi kosmetik, tetapi juga menjamin kenyamanan yang maksimal. Anda tidak akan menemukan bentuk “gila” yang seringkali dijadikan produk kompetitor untuk menarik calon konsumen. Saphira Team DK Edition hadir dalam bentuk oval yang ergonomis. Menjadikan warna putih sebagai warna utama harus diakui menjadi salah satu keputusan terbaik. Warna putih glossy membuat mouse ini terasa dan terlihat elegan. Selain nama Team DK yang tertulis jelas di bagian klik kanan mouse, Saphira Team DK Edition hanya mengusung satu logo khas Thermaltake di bagian belakang, sehingga tidak meninggalkan kesan kosmetik yang terlalu berlebihan. Nama Team DK - salah satu tim DOTA 2 terbaik di dunia tertulis di bagian klik kanan mouse.  Hadir dengan hanya 5 tombol utama, Saphira Team DK Edition memuat ekstra dua tombol di sisi kiri. Ekstra bahan karet juga disematkan untuk memastikan grip yang lebih solid. Lambang naga khas Thermaltake menandai teritorinya di bagian belakang Saphira Team DK ini. Menggunakan bahan plastik sebagai bahan utama yang menyelimuti keseluruhan build mouse yang satu ini, Saphira Team DK Edition juga menyematkan dua ekstra bahan karet di kedua sisi untuk menjamin grip yang lebih solid. Uniknya, berbeda dengan sebagian besar mouse gaming saat ini yang hadir dengan desain standar 7 tombol yang bisa diakses secara instan, Saphira Team DK Edition hanya menyediakan 5 saja. Selain klik kiri, klik kanan, dan scroll wheel, mereka menyematkan dua ekstra tombol memanjang di sisi kanan. Lantas bagaimana dengan kemampuan mengatur tingkat sensitivitas? Fungsi ini tetap dihadirkan namun dengan penempatan tombol unik yang akan kita bicarakan nanti. Lampu LED yang disuntikkan juga tidak terlihat berlebihan. Menyala merah terang seakan api yang menyala terang dari logo naga di bagian belakang, LED ini hanya akan menerangi bagi scroll wheel, indikator sensitivitas, dan tentu saja – si logo sendiri. Lantas spesifikasi seperti apa yang diusung oleh Saphira Team DK Edition ini?
  • Color: Team DK Edition (White)
  • DPI: 3500
  • Sensor Type: Optical
  • No. Of Buttons: 5
  • Game Genre: RTS / FPS/ MOBA
  • Memory Size: 32KB
  • No. Macro Keys: 5
  • No. of Game Profiles: 5
  • Lighting Effect: yes
  • Pause-Break Effect: Yes
  • Color Options: Red
  • USB Cable Length: 1.8M Braided
  • Weight-in Design: Yes
  • Graphical UI: Yes
  • Coating/Finish: Glossy
  • Gold-Plated USB: Yes
  • Dimension: 125x67x41MM

Thermaltake Saphira Team DK Edition, Seberapa Nyaman?

Thermaltake Saphira Team DK Edition, seberapa nyaman? Secara kasat mata, Saphira Team DK Edition memang hadir dengan bentuk desain yang cukup kentara memperlihatkan identitasnya sebagai sebuah mouse gaming. Keren dan elegan di saat yang sama, warna putih glossy, logo Team DK yang terpampang jelas, dan logo sang naga epik Thermaltake di bagian belakang akan cukup untuk membuat gamer manapun mengunci gerak mata mereka dan memerhatikan mouse yang satu ini. Namun tidak hanya dari sisi kosmetik, keputusan untuk menghadirkan desain dasar konvensional yang sekedar oval dengan sedikit lekukan di bagian klik kiri dan kanan, menawarkan kenyamanan yang optimal. Apalagi mereka juga menyematkan karet di kedua sisi untuk menjamin grip yang lebih baik, terlepas dari fakta bahwa ia didominasi oleh bahan plastik. Keputusan bijak untuk menyematkan area grip di kedua sisi mouse ini. Bahan plastik glossy akan menjadi mimpi buruk tersendiri jika Thermaltake melewatkannya. Ketika sebagian besar mouse gaming saat ini hadir dengan standar 7 tombol, dimana fungsi mengatur sensitivitas diletakkan di bagian tengah, Thermaltake memutuskan untuk melakukan sesuatu yang berbeda. Opsi tersebut diletakkan di bagian terbawah dengan tombol kecil. Salah satu yang cukup unik dari Saphira Team DK Edition mungkin ada penempatan beberapa tombol akses fungsi, yang jika di produk kompetitor diletakkan dekat dengan scroll wheel, ternyata tampil berbeda di mouse dengan embel-embel tim gaming professional ini. Benar sekali, akses instan untuk mengatur tingkat sensitivitas dan polling rate yang memang sudah seharusnya ditawarkan oleh sebuah mouse gaming, ternyata terletak di bagian dasar mouse. Dalam bentuk tombol kecil, Anda harus membalikkan mouse untuk mencapainya. Sebuah desain yang tentu saja cukup dipertanyakan, mengingat ini berarti menihilkan potensi Anda untuk mengganti sensitivitas secepat mungkin. Fakta bahwa Anda harus membalikkan mouse terlebih dahulu, apalagi ketika tengah terlibat dalam pertempuran besar yang tengah genting, tentu menjadi masalah tersendiri. Ia juga menyediakan pemberat untuk Anda yang cukup sensitif dengan masalah ini. Sementara di sisi penggunaan, Saphira Team DK Edition tampil menyakinkan. Setiap klik yang Anda lemparkan, setiap perintah yang ingin Anda eksekusi, akan bisa ditranslasikan dengan sangat baik oleh mouse ini. Feeback setiap klik terasa cukup mumpuni, setidaknya memberikan kepastian bahwa Anda memang sudah melemparkan aksi yang Anda butuhkan. Akurasi gerak yang ingin Anda capai juga ditranslasikan dengan sangat baik, bahkan di ruang yang terbatas. Anda yang menggilai tingkat sensitivitas tinggi ataupun rendah selalu punya ruang dengan Saphira Team DK Edition ini. Berita baik juga untuk Anda yang cukup sensitif dengan masalah, mouse ini juga hadir dengan kesempatan untuk memodifikasinya lewat pemberat yang disertakan. Namun pada akhirnya, sebagai sebuah mouse yang mengklaim dirinya sebagai game untuk FPS dan MOBA, Saphira Team DK Edition juga hadir dengan kesempatan untuk memodifikasi fungsi yang Anda butuhkan lewat implementasi driver yang sederhana. Menyematkan kombinasi makro bukanlah pekerjaan yang sulit berkat user-interface yang terhitung sederhana, namun sayangnya cukup terbatas. Dengan posisi tombol untuk mengatur tingkat sensitivitas di bagian bawah mouse dan bukannya dalam bentuk dua anak panah seperti mouse pada umumnya, ini berarti Anda “kehilangan” dua ekstra tombol yang mungkin bisa digunakan untuk mengakses fungsi yang lain. Di driver yang sama, Anda juga bisa mengatur mati – hidupnya lampu LED (yang hanya berisi warna merah dan tidak bisa diubah), serta level  sensivitas yang Anda inginkan di setiap tingkat. Driver juga disertakan untuk membantu Anda memodifikasi beragam fungsi via makro serta mengatur tingkat sensitivitas di setiap level. Sayangnya, tidak banyak opsi untuk LED-nya sendiri. Mengeksekusi semua perintah dan gerakan Anda dengan sempurna, Saphira Team DK Edition ini akan membuat Anda tidak lagi memiliki alasan untuk menyalahkan peripheral untuk setiap kekalahan yang terjadi. Namun pada akhrinya, seberapa baiknya Saphira Team DK Edition tentu akan sangat ditentukan dari kemampuannya untuk menangani sang tugas utama – bermain game. Kami menjajalnya di dua game yang berbeda – Plants vs Zombies: Garden Warfare (Third Person Shooter) dan tentu saja si primadona – DOTA 2. Klik yang nyaman digunakan dan akurasi gerak mouse yang siap untuk memastikan setiap tembakan yang Anda lontarkan di PvZ: Garden Warfare tepat sasaran. Masalah menang atau kalah kini hanya bergantung pada seberapa baik skill Anda memainkannya, tidak ada alasan lagi untuk menyalahkan peripheral yang dianggap tidak responsif. Sensasi yang sama juga terjadi di DOTA 2. Dengan aksi kecil, namun repetitif dan konsisten, Saphira Team DK Edition juga mampu menanganinya dengan. Ekstra tombol makro untuk terbuka untuk Anda manfaatkan secara optimal. Satu yang pasti, mouse ini sama sekali tidak kesulitan untuk menangani varian game dan genre yang Anda lemparkan padanya.

10 Pahlawan Nasional Indonesia Terbaik untuk Video Game!

$
0
0
featured-image

featured-image

featured-image Selamat ulang tahun ke-69 Indonesia, selamat dirgahayu negara tercinta kita! Seperti yang tercantum di pembukaan Undang-Undang Dasar kita, kemerdekaan memang tidak pernah menjadi akhir perjuangan, melainkan awal dari begitu banyak kerja keras yang harus dilakukan untuk memastikan kita bisa bergerak ke arah yang lebih baik sebagai sebuah entitas yang sama. 69 tahun memang bukan usia yang muda, dan sepantasnya Nusantara mulai mengambil langkah yang lebih kuat untuk bisa menyejajarkan diri dengan negara-negara maju yang lain. Sudah merdeka kah kita? Ada begitu banyak masalah yang memang belum terselesaikan, namun tidak lantas menihilkan bahwa kita memang sudah merdeka, setidaknya memiliki kebebasan untuk menentukan nasib dan arah perjuangan kita yang baru. Perjuangan tanpa henti selama berabad-abad dengan begitu banyak pengorbanan harta dan nyawa setidaknya memastikan bahwa kita, sebagai generasi muda yang baru, punya kesempatan untuk membangun nasib dan masa depan kita sendiri. Bersifat sporadis di awal dengan perjuangan untuk kepentingan lokal, perang melawan penjajah mulai menemukan bentuk yang lebih utuh di akhir, tidak hanya untuk sekedar mengibarkan bendera Merah Putih yang gagah di angkasa, tetapi juga mempertahankan posisinya. Perang sebelum dan sesudah kemerdekaan menjadi tonggak sejarah yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Lantas apa hubungannya dengan video game? Seperti yang kita tahu, industri game memang punya kecenderungan untuk mengadopsi momen-momen historis ikonik di dunia dan menawarkannya kembali sebagai sebuah pengalaman interaktif, tentu saja dengan ekstra dramatisasi di sana-sini. Walaupun sejarah Indonesia, terutama perjuangan untuk mencapai dan mempertahankan kemerdekaan, tidak dilihat sebagai momen penting dunia, namun ia memuat begitu banyak daya tarik yang sebenarnya, cocok untuk dijadikan sebagai bahan permainan virtual. Kekuatan utamanya terletak karakter para pejuang nasional ini sendiri. Mereka menunjukkan sikap patriotisme dan karakter yang bahkan mampu mengalahkan karakter fiktif karangan yang mungkin sering Anda temui di game-game FPS dan third person. Karakter nyata, kisah nyata, kepribadian nyata, dengan drama yang nyata pula. Dari semua pahlawan nasional Indonesia yang ada, siapa yang saja yang sebenarnya pantas untuk dijadikan sebagai karakter video game bersama dengan perjuangan yang mereka kobarkan? JagatPlay memilih 10 di antaranya:

10. Pangeran Antasari

antasari Kualitas kepemimpinan yang luar biasa memang predikat yang pantas disematkan untuk Pangeran Antasari. Pemimpin Kerajaan Banjar ini berhasil menyatukan beragam varian suku Banjar di bawah bendera yang sama untuk melawan sang penjajah Belanda. Dengan senjata yang sangat terbatas, ia berhasil membuat pasukan Belanda yang lebih mutakhir di sisi teknologi kewalahan. Menariknya lagi? Belanda bahkan berusaha memecah belah, dengan menawarkan uang hadiah super besar – 10.000 Gulden kepada siapapun yang berhasil menangkap dan membunuh Antasari. Namun perjuangan demi kepentingan bersama, loyalitas, dan rasa patriotik mengalir lebih kuat di rakyat Banjar. Tidak ada yang mau berkhianat. Cocok untuk video game? Di tengah nilai-nilai loyalitas yang menipis, kemampuan Antasari untuk menghasilkan rasa kepemimpinan yang membuat rakyat Banjar bersatu dan berjuang bersama adalah sebuah nilai yang seringkali ditawarkan di video game. Mampu menyatuhkan beragam suku yang berbeda di satu bendera yang sama, ia tampil tak ubahnya sosok Riou di Suikoden 2. Menariknya lagi? Tidak ada yang bahkan terpikirkan untuk mengkhianatinya.

9. Pattimura

pattimura Seorang bangsawan yang turun tangan untuk memastikan rakyatnya tidak dicederai dan dirugikan oleh kekuatan lain, berapa banyak dari Anda yang mengira bahwa skenario ini ternyata bisa terjadi di dunia nyata? Terdengar seperti sebuah mimpi bahwa golongan yang seharusnya bisa hidup dengan nyaman tanpa masalah memilih untuk melepaskan segalanya dan berjuang demi masyarakat yang ia pimpin. Namun hal inilah yang dilakukan oleh Kapitan Pattimura. Berjuang melawan VOC, Pattimura bahkan berhasil membujuk kerajaan-kerajaan di sekitarnya untuk bersatu untuk mencapai tujuan yang sama. Skenario sama yang sering Anda temukan di game-game RPG dengan tokoh Raja sebagai sentral, seperti Albert dari Legend of Dragoon.

8. Cut Nyak Dhien

cut nyak dhien Perang yang selalu melibatkan kekerasan fisik mungkin sesuatu yang seringkali diasoasikan dengan pria dan maskulinitas. Namun nyatanya, wanita juga berperan besar untuk kepentingan kemerdekaan Indonesia, bahkan melemparkan satu dua momen bersejarah yang mampu membuat pihak penjajah kalang kabut. Salah satu yang cukup terkenal adalah sosok Cut Nyak Dhien dari Aceh. Salah satu yang menarik dari sosok Cut Nyak Dhien adalah fakta bahwa ia juga merupakan sosok wanita yang secara konsisten mendukung perjuangan Teuku Umar – sang suami. Berbeda dengan perjuangan daerah lain yang berperang secara terbuka, Cut Nyak Dhien justru berusaha mempelajari lebih dalam Belanda dari dalam dengan berpura-pura berperan sebagai sekutu. Konspirasi ini berakhir pada serangan mengejutkan yang membuat Belanda kalang kabut. Sosok wanita kuat, seorang ibu yang melindungi tanah kelahirannya, berjuang untuk masa depan anaknyang lebih baik dengan senjata, tentu menjadi drama yang akan tampil fantastis dalam format video game yang interaktif.

7.  Sultan Hasanuddin

hasanuddin Sosok luar biasa yang bahkan mampu membuat si lawan memberikan tribut julukan tersendiri padannya, inilah salah satu hal yang mendefinisikan perjuangan Sultan Hasanuddin dari Goa. Belanda menyebutnya sebagai De Haantjes van Het Oosten atau Ayam Jantan dari Timur dari sepak terjangnya yang berhasil merepotkan usaha Belanda menguasai Nusantara bagian timur. Anda yang sempat memainkan bervariasi video game tentu saja memahami bahwa salah satu format yang mengesankan bahwa sang karakter utama memiliki peran penting atau popularitas yang paling ditakuti adalah mereka yang mendapatkan julukan dari sang lawan utama. Masih ingatkah Anda dengan Demon of Razgriz dari Ace Combat 5: Unsung War? Atmosfer seperti inilah yang seharusnya ditawarkan Sultan Hasanuddin jika sepak terjangnya diadaptasikan menjadi video game.

JagatPlay NgeRacau: Ori VS Bajakan!

$
0
0
pirate

pirate

pirate “Makanya jangan sering ngebajak”, “Tabung donk buat beli game original, susah amat”, ini argumen emang selalu dilemparin tiap kali ada artikel JagatPlay yang ngebahas soal publisher yang kagak mau ngerilis game mereka di PC atau platform yang lain. Ini emang jadi fakta yang emang gak bisa terbantah, kalau pembajakan memang masih jadi scene yang umum banget di Indonesia. Pertama tentu aja karena ada permintaan yang besar, yang kalau dikaitin sama ilmu ekonomi, selalu berakhir sama penawaran dan berakhir jadi pasar yang masif. Kita ketemu sama orang-orang yang ngejual game bajakan secara terbuka. Kedua, memang mau enggak mau harus dikaitin sama akses internet di Indonesia yang lebih cepat, mudah, dan murah daripada 10 atau 20 tahun yang lalu misalnya. Orang tinggal googling, ngeklik link, dan voila! dapat game gratis. Pemerintah kita juga enggak punya konsekuensi yang tegas kalau udah ngomongin soal pembajakan. Ini jadi semacam siklus mematikan yang memang kagak ada ujungnya. Secara moral dan etika, pembajakan memang kagak beda sama mencuri, karena kita ngegunaiin sebuah produk komersial hasil kerja keras orang lain yang seharusnya dijual dengan harga tertentu, secara gratis. Tapi menariknya, pembajakan juga mendorong negara-negara terbelakang untuk bergerak maju mengikuti negara-negara dunia pertama. Hah? Bagaimana bisa? Percaya atau enggak, kasus inilah yang terjadi dengan pembajakan OS komputer paling ngetop saat ini – Windows. Negara-negara terbelakang yang penduduknya enggak punya cukup uang untuk ngegelontorin duit gede buat OS ori, tetap kesempatan buat belajar dan maksimalin kemampuan komputer mereka untuk bersaing secara global. Mereka jadi lebih siap untuk bersaing dan ngikutin tren industri itu sendiri. Kontroversi seperti ini yang selalu nyelimutin pembicaraan tiap kali perdebatan soal ori dan bajakan mengemuka. Masalahnya, perdebatan selalu muncul tanpa ada usaha untuk melihat sudut pandang dari kedua sisi, mereka yang ngandelin pembajakan selalu ngerasa kalau gamer yang main game ori termasuk kelompok elitist, raja minyak, orang yang cukup beruntung buat punya banyak duit. Sementara dari kacamata gamer ori, mereka yang main bajakan dianggap sebagai gamer kacangan yang enggak cinta sama industri game itu sendiri, yang bersalah buat penutupan banyak developer, dan tidak mau berusaha keras. Tahu apa yang kurang dari masing-masing sudut pandang ini? Empati. Itulah yang ingin difokusin oleh JagatPlay Ngeracau kali ini. Berusaha ngertiin dan paham apa sebenarnya isi masing-masing otak dari kelompok ini.

Dari Sudut Pandang Gamer Bajakan

Nafsu Buat Mainin Game Baru

Ermahgerd! Newr Grameee!! Apa yang sih ngedefinisiin seseorang itu gamer atau bukan? Enggak cuman sekedar main game, kita bakalan setuju kalau gaming itu juga soal passion, soal semangat buat nyicipin game-game baru. Salah satu yang paling jelas kelihatan itu betapa indahnya hari-hari kita kalau misalnya game yang selama ini kita incar ternyata beneran mau muncul dan dirilis di platform yang kita punya. Itulah yang mendefinisikan kita sebagai seorang gamer. Kita berangkat dari rasa yang sama, semangat yang sama, dan keinginan yang sama. Mereka yang kebetulan enggak punya dana yang cukup, pada akhirnya harus beralih ke bajakan buat nyicipin game-game baru ini, apalagi kalau rilisnya dalam rentet yang deket banget. Mau kita gamer ori maupun bajakan, pasti ngerti rasa frustrasi yang muncul ketika game-game baru udah mulai muncul ke pasaran dan kita gak punya waktu ataupun uang buat mainin dengan cepat. Nabung sejak lama dan ternyata enggak cukup buat mainin semua game ori ini? Enggak bisa nunggu lama, nahan diri, dan justru ngerasa frustrasi dan penasaran? Bajakan jadi solusi yang lebih rasional buat bikin setidaknya, hati lebih tenang. Ini bukan soal ori atau bajakan, ini soal identitas.

Enggak Semua Gamer Punya Kemampuan Ekonomi yang Sama

I'm sad... “Makanya nabung donk..”, “Kerja keras donk, nyari duit ekstra buat mainin game ori..”, komentar-komentar begini lah yang justru bikin gamer ori kelihatan kayak kelompok elitist yang enggak mau ngerti dan mahamin kalau enggak semua orang punya kemampuan ekonomi yang sama kayak dirinya. Orang yang punya pekerjaan bagus atau keluarga yang rada tajir mungkin ngerasa kalau beli game original itu bukan masalah yang perlu digede-gedeiin,  tapi enggak untuk mereka yang punya kemampuan ekonomi terbatas. Ada banyak gamer dan keluarga di sana, yang kalaupun udah nabung selama berbulan-bulan, yang udah bekerja keras setengah mati, tetap enggak akan punya dana ekstra buat video gaming. Sebuah video game original itu bisa makanin ¼ pendapatan bulanan pekerja kantoran kelas bawah, pengeluaran yang tentu aja kagak bisa ditoleransi dengan semakin tingginya biaya hidup. “Ya kalau gitu jangan main video game,”, jadi komentar lain yang bikin ini hobby berasa kayak hanya ditujuin buat orang ekonomi tinggi doank. Padahal di sisi lain, video game bisa jadi pengalih perhatian efektif buat golongan muda yang masih mencari jati diri. I mean, daripada mereka keluyuran gak jelas dan berujung jadi kenakalan remaja, mending beralih ke video game, mau bajakan sekalipun. Let me get this straight, buat apa gamer mau beli game bajakan kalau mereka punya uang buat beli game ori? Semua gamer yang punya uang pasti punya ambisi buat beli game ori, tapi karena mereka gak punya uang lah, makanya beralih ke bajakan. “Makanya cari duit donk biar bisa beli game ori”, implying kalau semua orang bisa mendapatkan pekerjaan semudah membalikkan telapak tangan atau punya modal untuk wirausaha, atau sekedar mengabaikan fakta kalau yang diajak ngomong masih kaum pelajar yang kalau bekerja, justru bisa didakwa sebagai eksploitasi anak di bawah umur. Logikanya sepertinya enggak beda sama ngomong sama orang gak mampu yang tinggal di pedalaman: A: “Adek bisa baca tulis enggak?” B: “Enggak bisa om, saya enggak sekolah” A: “Sekolah donk!” B:  “Enggak ada dana om, orang tua juga enggak mampu” A: “Kalau gitu kerja donk!” B: “Orang tua petani buruh om. Saya juga bantu jualan kue.” A: “Masih enggak cukup buat sekolah?” B: “Enggak, om” A: “Cari kerjaan tambahan lain donk!” B: “Kerja apaan om?” A: “Apaan kek.. Atau nabung donk!” B: “Makan aja masih susah, enggak dana buat nabung” A: “Makan masih susah? Cari kerja tambahan donk!” Sekarang mengerti betapa menyebalkannya siklus  pembicaraan di atas. Sensasi ngobrol sama gamer ori yang enggak bisa memahami bahwa ada begitu gamer lain yang hidup dalam kondisi ekonomi yang berbeda dan bahkan jauh berada di bawah mereka, justru membuat mereka terlihat sangat tidak peka.

NostalGame: Mortal Kombat Mythologies – Sub-Zero

$
0
0
MK Mythologies Sub-Zero JagatPlay (18)

MK Mythologies Sub-Zero JagatPlay (18)

MK Mythologies Sub-Zero JagatPlay (1) Sebuah game fighting dengan tingkat popularitas yang luar biasa, gamer mana yang belum pernah mendengar nama Mortal Kombat sebelumnya. Berbeda dengan sebagian besar game fighting lain seperti Soul Calibur dan Street Fighter, misalnya, Mortal Kombat tampil sangat lugas merepresentasikan kekerasan dan kekejaman yang terjadi ketika dua petarung dengan kemampuan luar biasa saling bertukar pukulan dan tendangan. Brutalitas yang tidak menahan diri ini bahkan sempat menyeret mereka ke ranah hukum di masa lalu, karena dianggap menjadi contoh yang tidak baik untuk anak-anak. Mortal Kombat juga menjadi alasan diciptakannya sistem rating  umur yang kini terus diterapkan untuk memastikan konten game ditujukan pada kelompok gamer yang memang sudah siap untuk mencicipinya. Ada satu ambisi yang cukup menarik ketika membicarakan Mortal Kombat. Plot cukup kompleks yang dipenuhi dengan beragam karakter ikonik yang tidak lekang dimakan masa memang mengandung potensi yang cukup besar untuk beragam proses adaptasi di luar identitas genre fightingnya. Proses rilis ulang sebagai sebuah film layar lebar di masa lalu juga berujung pada hasil akhir yang manis, bahkan pantas disebut sebagai salah satu film adaptasi game terbaik sepanjang sejarah. Jika harus jujur, dengan begitu banyak karakter yang mengambil model ninja dengan kemampuan bela diri tangan kosong dan jurus-jurus mematikan, Mortal Kombat juga sebenarnya bisa dirilis dalam format genre yang lain. Ide ini juga sempat terpikirkan oleh Midway dan mereka realisasikan dalam satu seri yang sempat dirilis di Nintendo 64 dan Playstation 1 – Mortal Kombat Mythologies: Sub-Zero. Dirilis di tahun 1997 dan hadir sebagai sebuah game action platformer, MK Mythologies: Sub-Zero tentu saja terdengar sebagai sebuah konsep game yang menarik, setidaknya di mata mereka yang memang menggemari seri MK dan mencintai sosok Sub-Zero. Sayangnya, hasil akhirnya ternyata tidak sesempurna yang dibayangkan, terutama di sisi gameplay. MK Mythologies: Sub-Zero menjadi salah satu momok terbesar franchise Mortal Kombat karena hal ini. Namun tidak bisa dipungkiri, siapapun gamer yang sempat mencicipi game ini di masa lalu tidak akan mudah melupakannya.

Plot

MK Mythologies didesain sebagai seri yang memperdalam latar belakang cerita dari setiap karakter MK. Sub-Zero menjadi karakter pertama yang beruntung menjadi tokoh protagonisnya. Midway di kala itu memang berencana untuk menghadirkan cabang franchise MK Mythologies untuk menggali lebih dalam latar belakang dari masing-masing karakter ikonik Mortal Kombat sendiri, sesuatu yang tentu tidak bisa mereka lakukan selama bertahan di genre fighting.  Seri ini akan mengusung genre platformer, dengan menjadikan satu karakter sebagai tokoh utama di setiap seri yang dirilis. Sang ninja yang mengandalkan elemen es – Sub-Zero berkesempatan menjadi protagonis seri eksperimen ini. Diposisikan sebagai prekuel, perjalanan Sub-Zero ini berlangsung sebelum dirinya bergabung di kompetisi Mortal Kombat. Sub-Zero adalah salah satu pembunuh bayaran terbaik yang kini berada di bawah komando Lin Kuei dan sang penyihir – Quan Chi. Ia diperintahkan untuk mencuri dan mengambil paksa semua amulet elemen tersebar di seluruh dunia, menundukkan para Dewa yang melindunginya. Misteri menyebar, Sub-Zero sendiri tidak bisa mengerti dengan pasti untuk apa semua hal ini dilakukan. Namun menjelang akhir perjalanan, motif aksi ini semakin jelas. Dimanfaatkan oleh Quan-Chi yang menggunakan keempat elemen ini untuk membangunkan kembali sang dewa tua – Shinnok, Sub-Zero yang dibuang ke penjara memutuskan untuk balas dendam, tentu saja, dengan bantuan sang Dewa Petir – Raiden. Menariknya lagi? Cerita ini berakhir dengan direkrutnya Sub-Zero oleh Shang Tsung sebagai petarung pilihannya di Mortal Kombat, memulai siklus dari seri pertama Mortal Kombat. Mengambil setting sebelum event Mortal Kombat pertama, Sub-Zero masih bekerja di bawah kekuasaan Lin Kuei. Bersama dengan sang penyihir - Quan Chi, Sub-Zero ditugaskan untuk mencari amulet elemen yang tersebar di seluruh dunia. Berbeda dengan identitasnya selama ini sebagai sebuah game fighting, MK Mythologies: Sub-Zero adalah sebuah game action platformer klasik, yang meminta Anda untuk bergerak dari titik di sebelah kiri ke ujung yang paling kanan. Walaupun visualisasinya hadir dengan model tiga dimensi, game ini murni game sebuah 2D platfomer yang terbatas, dimana Anda hanya bisa bergerak ke kiri atau kanan saja, tanpa konsep kedalaman level sama sekali. Uniknya? Terlepas dari genre yang sudah berbeda, Midway tetap menghadirkan atmosfer Mortal Kombat yang kental, terutama lewat sistem pertarungan melawan para musuh yang Anda temui di perjalanan. Ditambah dengan serangkaian rintangan platform yang tidak memberikan celah untuk kesalahan sedikit pun, MK Mythologies: Sub-Zero adalah salah satu game tersulit di akhir tahun 90-an. Bukan karena ia memang sengaja diciptakan untuk itu, tetapi karena beragam limitasi yang membuatnya sulit untuk dinikmati dan mudah meninggalkan rasa frustrasi. The brightside? Sulit untuk melupakan game ini begitu saja.

Review Powerlogic X-Craft Series: Mouse Gaming Super Murah Dengan Makro!

$
0
0
xcraft-7

xcraft-7

Gaming mouse memang saat ini menjadi suatu kewajiban bagi para gamer. Menggunakan mouse dengan segudang fitur, tampilan yang menarik serta kenyamanan menjadi sesuatu yang esensial, tidak hanya untuk meningkatkan kepercayaan diri, tetapi juga kemampuan bermain. Namun, bagi sebagian orang, ia masih ditawarkan di kisarah harga yang cukup tinggi. Belakangan ini Powerlogic meluncurkan gaming mouse murah yang diberi nama X-Craft. Ya, terdapat tiga buah mouse yang termasuk dalam keluarga X-Craft series, yaitu,  X-Craft Trek 1000, X-Craft Twilight 2000, dan terakhir X-Craft Tron 5000. Penasaran dengan ketiga mouse tersebut? Yuk mari kita simak review mouse kami berikut ini.

Desain dan fitur

xcraft (4) xcraft (5) Ketiga mouse ini memang memperlihatkan bentuk “gaming”  yang kuat, dengan beberapa garis garis berbeda di setiap varian mouse. Secara fisik, ketiganya berbentuk sama. Bentuk yang lumayan besar dengan bagian samping menjorok kedalam, menjadikan mouse tersebut cocok untuk digunakan, baik Anda yang menggunakan palm grip maupun claw grip. Bahan material karet pada sisi luar juga membangun grip yang lebih baik. Bagi Anda yang mudah berkeringat, tidak perlu khawatir mengingat mouse tersebut tidak mudah untuk meninggalkan jejak atau gampang kotor jika terkena keringat. xcraft (7) xcraft (6) Inilah mouse tersebut ketika dinyalakan, terlihat motif dan karakter LED dari mouse tersebut berbeda beda. Dengan warna yang bisa dibilang “meriah”, mouse tersebut memiliki kemampuan untuk berubah warna secara otomatis.Ssayangnya, fitur perubahan warna tersebut tidak bisa diatur sesuai dengan keinginan pengguna. xcraft (11) xcraft (10) xcraft (9) xcraft (8) Anda juga bisa menemukan beberapa bagian identifikasi brand di mouse ini, dari tulisan brand utama – PowerLogic di bagian belakang mouse dan varian merknya di bagian samping. xcraft (12) xcraft (13) Menariknya lagi, ketiga mouse ini juga diperkuat dengan fungsi makro yang biasa kita temukan pada sebagian besar mouse gaming saat ini. Sebuah tombol CPI yang berfungsi untuk mengatur sensitivitas mouse tersebut. Anda bisa mengatur fungsi 6 buah tombol yang terdapat di mouse ini sesuai dengan keinginan dan kebutuhan Anda. xcraft (1) Menggunakan sensor optik. ketiga varian mouse ini memiliki pengaturan sensitivitas hingga 3200 DPi, cukup untuk memfasilitasi Anda yang memang membutuhkan mouse dengan kecepatan tinggi dan presisi di saat yang sama.
Viewing all 1759 articles
Browse latest View live