Steam adalah “raja” untuk urusan distribusi game digital di industri game saat ini, sebuah fakta yang tidak terbantahkan. Sebuah ide gila Valve yang sempat dicemooh di awal eksistensinya kini berubah menjadi bisnis jutaan dollar, sebuah portal yang tidak bisa lagi diabaikan oleh publisher dan developer game manapun, raksasa maupun indie. Ia terus menjadi andalan, tidak hanya untuk mendapatkan rilis game-game baru lebih cepat daripada versi fisiknya, tetapi juga dengan harga yang lebih terjangkau. Lantas, apa yang sebenarnya membuat popularitas Steam tidak terbendung? Pertama, tentu saja karena pilihan kebijakan, terutama diskon, yang mudah membuat gamer manapun jatuh hati. Alasan kedua? Sederhana saja, karena ia tidak pernah punya lawan yang sepadan.
Usaha untuk masuk ke dalam pasar portal distribusi digital sama sempat dilakukan EA dengan Origin dan Ubisoft dengan uPlay. Walaupun masih belum sepopuler Steam, EA sendiri berhasil membuat Origin tampil semakin solid, pelan namun pasti. Dengan kebijakan game gratis tiap bulan hingga diskon gila-gilaan untuk game terbaru mereka, Origin semakin dilirik. Sementara nasib yang bertolakbelakang terjadi di uPlay dari Ubisoft yang kini justru dilihat sebagai “musuh bersama” gamer. Tidak jarang, implementasi paksa yang dilakukan Ubisoft untuk uPlay dan rilis game terbaru mereka justru menjadi bumerang, menghancurkan kenyamanan bermain itu sendiri. Sepak terjang keduanya, belum mampu memberikan perlawanan yang berarti bagi Steam.
Datanglah seorang penantang baru. Sebagian besar gamer yang memang hobi mencari dan memainkan game-game lawas tentu sudah tidak asing lagi dengan nama GOG – Good Old Games yang memang sempat berfokus ke ranah tersebut. Platform yang berdiri di bawah bendera CD Projekt, nama raksasa yang sama di belakang franchise RPG – The Witcher yang kini akan memasuki seri ketiganya, ini memang unik. Pertama, ia anti-DRM. Ini berarti GOG selalu memastikan game yang mereka jual bisa dimainkan tanpa membutuhkan bentuk verifikasi apapun ke dunia maya. Kedua, ia memberikan layanan support jempolan – dengan jaminan bahwa setiap game yang Anda beli di GOG, sudah pasti akan bisa berjalan dengan manis, untuk rig dengan konfigurasi modern sekalipun. Idealisme-nya sebagai platform lah yang akhirnya membuat GOG populer. Cukup populer untuk menghasilkan ide raksasa yang mungkin terlihat mustahil – bersaing muka dengan Steam secara langsung.
Untuk mencapai hal tersebut, GOG akhirnya memperkenalkan sebuah client terpisah bernama – GOG Galaxy. Tidak perlu menunggu lama, mereka langsung melemparkan versi open beta-nya ke dunia maya. Seperti halnya Anda, kami juga mengajukan pertanyaan yang sama: seberapa efektifkah kekuatan GOG Galaxy ini? Mampukah ia tumbuh menjadi pesaing Steam yang sepadan?
↧