Quantcast
Channel: Features – Jagat Review
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1744

JagatPlay: Menjajal God of War – 3 Jam Pertama!

$
0
0

Menjadi salah satu game yang paling diantisipasi di tahun 2018 ini, gamer pencinta God of War memang mengalami situasi dilematis tersendiri ketika berhadapan dengan seri teranyar yang akan dirilis bulan depan. Di satu sisi, tentu menggembirakan bahwa kita akhirnya berkesempatan untuk kembali mencicipi sebuah seri baru God of War yang tidak hanya menawarkan kualitas visualisasi yang lebih baik saja, tetapi juga melanjutkan kisah saga Kratos yang ternyata berhasil bertahan hidup setelah event yang terjadi di trilogi sebelumnya. Tetapi di sisi lain, ada sedikit kekhawatiran jika melihat apa yang hendak ditawarkan oleh Sony Santa Monica di sini. Bahwa aksi Kratos yang kini bertarung di mitologi Norse ternyata juga diikuti dengan implementasi begitu banyak hal baru, dari kamera, gameplay, senjata, hingga fakta bahwa ia kini memiliki seorang companion AI yang juga diceritakan sebagai sang anak – Atreus.

Untungnya, kami diberikan keistimewaan untuk mencicipi God of War tersebut secara langsung, satu bulan sebelum rilis. Bertempat di Singapore, tanggal 12 Maret 2018 yang lalu, kami diberi kesempatan untuk menjajal setidaknya, 3 jam pertama God of War itu sendiri. Konten tiga jam awal ini sendiri akan merepresentasikan versi final yang Anda dapatkan, termasuk gameplay, cerita, audio, hingga sekedar pilihan tingkat kesulitan itu sendiri. Sayangnya, tidak banyak hal yang bisa kami rekam dan sajikan secara eksklusif kepada Anda dalam bentuk audio-visual, mengingat Sony melarang proses perekaman dalam bentuk apapun yang  melibatkan gameplay in-game yang ada. Jadi, semua screenshot yang Anda lihat di sini dilepas resmi oleh Sony atau kami tangkap sendiri dari video B-Roll (video preview dari Sony langsung) untuk memberikan informasi lebih jelas.

Lantas, bagaimana pengalaman kami mencicipi 3 jam pertama God of War ini? Ini dia, impresi kami:

Seorang Ayah

Salah satu keputusan paling mengejutkan yang diambil Sony Santa Monica di seri terbaru ini bukan sekedar membawa Kratos sama yang kita kenal dari tiga seri sebelumnya, masuk ke dalam mitologi Norse dengan tanpa kejelasan latar belakang cerita, tetapi juga membawa seorang anak masuk ke dalam hidupnya. Anak yang diberi nama sebagai “Atreus” tersebut akan menjadi kunci cerita yang krusial, sekaligus berkontribusi pada gameplay. Bagi para fans lawas God of War, ini menambahkan sebuah lapisan baru bagi Kratos sebagai seorang karakter. Bukan lagi sekedar Dewa Perang penuh amarah, pria berkepala plontos yang haus darah, atau sekedar ikon maskulinitas yang sepertinya mampu meluluhkan wanita manapun. Kratos sekarang, adalah seorang ayah.

Informasi terkait siapa ibu Atreus memang masih menjadi misteri dan sepertinya, akan jadi salah satu motor pendorong cerita God of War terbaru ini. Satu informasi awal yang Anda dapatkan hanya fakta bahwa ibu Atreus sudah meninggal dan Kratos berjanji untuk membawa abunya ke puncak tertinggi di sana. Bersamanya, Atreus yang akan menemani dan membantu Kratos mencapai misi utama tersebut. Tidak mudah memang, karena mitologi Norse dipenuhi dengan begitu banyak hal-hal mengancam, dari sekedar monster, mayat hidup yang menolak mati, hingga sihir yang bertebaran di dunianya yang luas dan mengancam. Bagi Kratos, ini adalah jalan terbaik untuk menjalankan perannya sebagai seorang ayah. Bahwa bersama dengan semua pengetahuan dan kebijakan yang sudah ditanamkan sang Ibu pada Atreus, ia kini butuh satu skill ekstra – bagaimana bertarung dan bertahan hidup.

Peran ini memang menghasilkan dinamika baru bagi kepribadian Kratos. Jangan salah, Anda bisa melihat jelas energi kemarahannya yang masih begitu kuat dan masih berusaha ia tekan, sejak scene pertama, mengingatkan Anda pada Kratos yang lama. Namun kini, dengan tanggung jawab baru, ia mengembangkan kepribadian seorang Ayah yang berusaha memastikan anaknya bisa terus bertahan hidup. Ada ketegasan tanpa kompromi yang ia perlihatkan ketika mengajarkan Atreus begitu banyak hal, dari berburu hingga memecahkan beragam misteri yang ada. Keras, namun sama sekali tidak kasar. Ada kelembutan dari setiap suara berat yang muncul dari Kratos, dengan kekhawatiran dan keinginan untuk membuat anaknya mengerti dan paham soal apa yang sebenarnya tengah terjadi. Semuanya dilakukan dengan panggilan “BOY!” yang akan terus diulang dan diulang, dan akhirnya, terekam jelas di otak Anda. Mengingat Atreus juga akan berperan besar dalam gameplay, Anda akan menemukan sesuatu yang mirip dengan The Last of Us di titik tertentu. Bahwa ini adalah sebuah kisah perjalanan yang memang lebih difokuskan untuk menjadikan keduanya sebagai daya tarik utama.

 

Aaron Kaufman dari Sony Santa Monica menyimpulkannya dengan satu pernyataan yang indah. Bahwa interaksi antara Kratos dan Atreus berjalan timbal balik. Kratos berusaha pelan tapi pasti, mengajarkan Atreus bagaimana menjadi seorang dewa yang seharusnya. Bagaimana anak dengan busur dan panah ini memahami potensi kekuatan yang masih beristirahat di dalam dirinya, dan menggunakan hal tersebut untuk bertahan hidup. Sementara di sisi lain, eksistensi Atreus hadir untuk mengajarkan nilai kemanusiaan yang selama ini, mulai hilang dari Kratos, terutama setelah apa yang sudah ia jalani di trilogi terakhir. Keduanya bertemu di satu ruang yang sama dan berusaha mencari keseimbangan dalam hubungan ayah – anak yang menarik. Tidak hanya sekedar diproyeksikan dalam cut-scene saja, seperti halnya game sinematik selama ini, Anda juga akan menangkap hal tersebut lewat dialog kecil atau sekedar animasi ketika melakukan proses eksplorasi bersama.

Peran Kratos sebagai seorang ayah di sini tentu menjadi sebuah ironi untuk apa yang terjadi dengannya di trilogi terakhir. Karena di masa lampau, Kratos hadir dengan satu tujuan yang jelas – bahwa ia hanya ingin menuju ke gunung Olympus dan membunuhnya ayahnya sendiri – Zeus. Sebuah proses yang penuh tragedi, trauma, dan darah, hingga pada akhirnya misi mimpi buruk tersebut terlaksana. Tentu menarik untuk melihat bagaimana posisi tersebut kini dibalik. Bahwa tidak lagi sekedar cerita tentang usaha untuk membunuh ayahnya sendiri, kini Kratos berperan sebagai seorang ayah. Apakah ia akan menjalankan tugas tersebut dengan baik setelah apa yang terjadi dengan ayahnya sendiri? Ataukah tragedi tersebut akan berulang di ranah mitologi yang baru? Ini tentu saja jadi sebuah pendekatan yang menarik untuk disimak.


Viewing all articles
Browse latest Browse all 1744

Trending Articles