Kata premium sangat lekat kaitannya dengan ASUS ROG. Sebagai lini produk perangkat gaming, Republic of Gaming atau kerap disebut ROG sudah sering merilis produk dengan kualitas atas. Namun, menurut kami produk terbarunya kali ini melebihi kata premium, bisa disebut super premium! Karena, produk ini bukan hanya kakuatannya saja yang besar, tetapi harganya juga jauh melebihi kelas produk yang ada di pasaran. ASUS ROG GX700 merupakan notebook gaming super yang pastinya akan mengejutkan Anda!
Satu hal yang langsung terlihat berbeda adalah adanya tambahan “punuk” di belakang notebook sewajarnya. Ketika dilihat lebih dekat, notebook gaming ini ternyata menambahkan pendingin berbasis air atau water cooling di bagian belakangnya! Ukurannya sendiri cukup besar, bahkan bisa dibandingkan dengan besar notebooknya. Fungsi perangkat tambahan tersebut ternyata untuk mendinginkan graphics card yang ada di dalam notebook.
Tambahan yang sangat tidak wajar tersebut tentu saja mengubah konsepnya sebagai perangkat yang mobile. Ketika digunakan, notebook ini sebenarnya bisa saja dilepaskan dari pendinginnya. Namun, kemampuannya akan dikurangi cukup besar oleh sistemnya! Sedangkan ketika digunakan bersama pendinginnya, notebook ini justru menjadi sulit untuk digeser. Bahkan untuk membawanya sekalipun disediakan tas traveller sebesar tas yang digunakan untuk berlibur!
Ternyata bukan hanya ukurannya saja yang cukup mengejutkan. Notebook gaming ini juga memiliki harga yang luar biasa. Menurut pihak ASUS ROG, notebook gaming ini akan dijual dengan kisaran harga Rp80 juta. Melihat kisaran harga notebook gaming premium yang masih ada di 50 hingga 60 jutaan, ASUS ROG GX700 jelas berada di kelas tersendiri. Sekarang tinggal membuktikan sekuat apa sebenarnya notebook gaming ini. Sebelumnya, berikut kekuatan yang ada di dalam notebook gaming super premium ini:
- Prosesor: Intel Core i7 6820HK @2.70 GHz
- RAM: 64 GB DDR4
- Graphics Card: NVIDIA GeForce GTX 980 GDDR5 8192MB
- SSD: 1 TB
- Layar: 17,3″ 1920×1080 75Hz G-sync
Mengatakan kekuatan yang dikandung di dalam ASUS ROG GX700 sebagai besar seakan mengecilkan apa yang ada. Karena, menurut kami kekuatannya luar biasa besar! Mulai dari prosesor, ternyata kekuatannya dapat ditingkatkan lagi dengan menggunakan profile Gaming Center yang ada di dalam notebook ini, melalui proses Overclocking! Belum lagi melihat ukuran RAM yang luar biasa besar. Kemudian, tidak boleh dilupakan pula notebook ini menggunakan graphics card yang biasanya digunakan di desktop, plus video memorynya mencapai 8 GB! Terlebih lagi ukuran SSD yang luar biasa, mencapai 1TB! Dijamin semua game AAA akan lancar dimainkan di notebook ini!
Berbicara mengenai game yang akan kami mainkan, mereka hampir sama dengan sesi Playtest sebelumnya. Game tersebut adalah Tom Clancy’s The Division, Rise of The Tomb Raider, HITMAN, Ashes of the Singularity, dan Grand Theft Auto V. Tentunya kami sangat mengantisipasi seperti apa nantinya ASUS ROG GX700 dapat digunakan untuk memainkan semua game tersebut. Mungkinkah notebook ini dapat menggunakan semua setting di maksimum, termasuk setting Antialiasing maksimum? Semoga saja!
The Division
Ada beberapa kalangan gamer yang berpendapat bahwa visual The Division versi PS4 dan PC tidak jauh berbeda. Hal ini ada benarnya, bila versi PC tidak menggunakan setting tertingginya. Ternyata, elemen yang mampu menjadi jurang pemisah antara visual kedua versi tersebut adalah pengaturan di Shadow-nya. Seperti apa tampilannya nanti bila notebook ini mampu menggunakan setting tersebut? Sebelum melangkah ke sana, berikut spesifikasi minimum untuk dapat memainkan game ini:
- Prosesor: Intel Core i5-2400 / AMD FX-6100
- Memory: 6 GB
- Graphics Card: NVIDIA GTX 560 2GB / AMD HD 7770 2GB
- Storage: 40 GB
Melihat besarnya kekuatan yang ada di dalam notebook ini, jelas semua itu membuat tugas kami kali ini menjadi lebih ringan. Sebab, kami dapat langsung menggunakan setting maksimum dari game ini, yaitu Ultra dengan menggunakan beberapa setting yang biasanya tabu kami sentuh, yaitu post FX AA dinaikkan ke MSAA 1X Ultra dan Shadow Quality. Seperti yang kami sebutkan sebelumnya, Shadow Quality adalah elemen penentu yang membedakan visual PC dengan console. Untuk itu, kami menggunakan setting tertingginya, yaitu NVIDIA HFTS! Setting lebih lengkapnya dapat Anda lihat pada screenshot berikut ini:
Ternyata visual yang dihasilkan oleh setting tersebut memang luar biasa. Visual menjadi jauh lebih berkualitas, berkat bayangan yang kompleks. Sedangkan untuk permainannya, kami menemukan game ini masih dapat berjalan dengan baik. Setidaknya kami menemukan frame rate berada pada kisaran 55 hingga 60 fps ketika berada di luar ruangan. Sedangkan ketika cuaca bersalju, nilainya dapat turun ke 48 fps, dan bila saljunya tidak terlalu lebat, nilainya dapat mencapai 50 fps.
Ketika kami berada di dalam ruangan, misalnya ketika di dalam Base of Operation atau di dalam daerah misi, nilai frame rate dapat meningkat hingga ke 70 fps. Sedangkan ketika bertempur, nilainya dapat menurun ke posisi 50 fps, terutama ketika kami sedang dihujani tembakan. Nilai frame rate tersebut menurut kami masih jauh di atas nilai rata-rata untuk mendapatkan pengalaman bermain yang nyaman, seperti yang kami rasakan sendiri ketika memainkannya.
====================
HITMAN
Hasil luar biasa yang diperlihatkan oleh notebook ini ketika memainkan The Division tentu saja membuat kami sangat optimis. Sebab, HITMAN merupakan salah satu game yang tidak boleh diremehkan kemampuannya dalam menguras daya PC. Bukan hanya kemampuannya dalam menghasilkan bayangan yang halus gradasinya, game ini juga memperlihatkan kemampuan untuk menghasilkan banyak NPC di satu tempat. Sebelum sampai ke setting yang kami gunakan, berikut spesifikasi minimum yang perlu dipenuhi untuk dapat memainkan game ini:
- Prosesor: Intel Core i5-2500K 3.3GHz / AMD Phenom II X4940
- Memory: 8 GB
- Graphics Card: NVIDIA GTX 660 / AMD HD 7870
- Storage: 50 GB
Untuk setting yang kami gunakan, berdasarkan pengalaman yang terjadi di The Division, kami memutuskan untuk menggunakan setting maksimumnya. Pada setting tersebut, kami menggunakan resolusi 1920×1080 dengan pengaturan Ultra dan Antialiasing SMAA. Dengan demikian, seharusnya game ini dapat berjalan dengan visual yang tinggi kualitasnya dan menurut penerawangan kami, kinerjanya ketika bermain juga seharusnya tidak terganggu. Sedangkan untuk detail setting yang kami gunakan, semua dapat Anda temukan pada screenshot berikut ini:
Benar saja, ternyata setting yang kami gunakan sama sekali bukan masalah untuk notebook ini. Ketika bermain, kami menemukan nilai frame ratenya dapat mencapai 100 fps di dalam ruangan! Bahkan pada saat kami berada di ruangan dengan begitu banyak NPC, seperti di dekat catwalk, nilainya masih berada pada titik yang tinggi, yaitu sekitar 95 fps! Nilai terkecil kami temukan ketika berada di daerah bar, yaitu mencapai 75 fps. Sedangkan pada daerah yang sedikit NPC, nilainya dapat meningkat lebih tinggi lagi.
Beralih ke luar ruangan, game ini menunjukkan nilai frame rate yang tidak biasa kami temukan. Ketika berada di dekat air mancur di awal permainan, nilainya berada pada kisaran 68 hingga 70 fps. Namun, pada daerah luar ruangan lain, seperti taman dan lapangan tempat helikopter berada, nilainya meningkat tinggi sampai 110 dan 130 fps! Hanya dengan melihat hasil dari pengalaman bermain kami, sudah jelas game ini dapat dimainkan dengan sangat lancar dan nyaman. Semua kondisi visual dapat dengan mudah dijalankan oleh ASUS ROG GX700!
Rise of The Tomb Raider
Ketika berbicara mengenai keindahan visual, Rise of The Tomb Raider adalah juaranya. Bukan hanya game ini mampu memperlihatkan visual lingkungan yang menakjubkan, kontras bayangannya juga tidak dapat dijalankan begitu saja oleh sembarangan sistem. Itu sebabnya tidak banyak PC gaming yang mampu memperlihatkan visual sempurna dari game ini. Sedangkan untuk bisa memainkan game ini, spesifikasi minimumnya adalah sebagai berikut:
- Prosesor: Intel Core i3-2100
- Memory: 6 GB
- Graphics Card: NVIDIA GTX 650 2GB atau AMD HD7770 2GB
- Storage: 25 GB
Setting yang kami gunakan untuk memainkan game ini tentu saja langsung dipatok pada setting tertingginya dengan bantuan resolusi 1920×1080. Antialiasing yang kami gunakan adalah SMAA dengan semua setting di Very High, termasuk Purehair yang sangat berat untuk dijalankan. Sebelumnya kami mencoba menggunakan antialiasing SMAA 2X Ultra, tetapi game ini hanya dapat berjalan dengan frame rate di bawah 30 fps. Meskipun masih dapat dimainkan, kami memutuskan kondisi tersebut tidak ideal untuk bermain. Berikut detail lebih lengkap mengenai setting yang kami gunakan untuk memainkan game ini:
Hasilnya, game ini ternyata dapat berjalan dengan baik di kisaran frame rate 50 hingga 60 fps ketika berada di luar ruangan. Kondisi hujan salju tidak terlalu memengaruhi nilainya dan game ini masih tetap dapat berjalan dengan memuaskan. Hanya ketika berlari saja nilai frame ratenya dapat menurun cukup besar, yaitu mencapai 44 fps. Namun, itupun tidak lantas membuat game bermasalah atau patah-patah.
Sedangkan ketika kami berada di dalam ruangan, nilainya cukup bervariasi. ketika kami berada di dalam daerah yang gelap, misalnya di dalam goa, nilainya cukup besar, yaitu sekitar 65 fps. Nilai tersebut akan meningkat ketika kami memasuki daerah dengan musuh atau Tomb, mencapai kisaran 70 fps. Perubahan tersebut tentu saja sangat mendukung beragam aksi yang dilancarkan Lara untuk menyelesaikan masalah di hadapannya. Secara keseluruhan, setting tinggi yang kami gunakan tersebut sangat tepat dan mampu menghasilkan permainan yang nyaman.
==================
Ashes of The Singularity
Ashes of The Singularity sama sekali tidak dapat digolongkan ke dalam kelas yang sama dengan RTS lain, terutama bila menyangkut visualnya. Memang visualnya tidak semewah game RTS lain, misalnya StarCraft 2. Namun, kemampuannya untuk menampung perang berisi ribuan unit di waktu bersamaan adalah kengerian tersendiri untuk sistem gaming. Bukan hanya CPU harus mampu kerja keras, GPU juga terlibat ke dalam kerja paksa tersebut. Sebelum melihat setting apa yang mampu dijalankan oleh notebook ini, berikut spesifikasi minimum untuk memainkannya:
- Prosesor: Intel Quad Core
- Memory: 6 GB RAM
- Graphics Card: NVIDIA GeForce GTX 660 @ 2GB / ATI Radeon R7 360 @ 2GB
- Storage: 13 GB
Melihat tantangan yang jauh berbeda dimensinya dibandingkan game sebelumnya, kami akhirnya memutuskan untuk menggunakan resolusi 1920×1080 dengan setting High. Melalui setting tersebut, kami berharap game ini masih dapat berjalan dengan baik ketika perang besar terjadi dan di saat bersamaan masih mampu memperlihatkan permainan warna dan cahaya ketika bertempur. Untuk melihat lebih dekat setting yang kami gunakan, berikut screenshotnya:
Ternyata, setting High pada notebook dengan kekuatan membludak seperti inipun masih hampir berada di batas aman. Ketika kami bertempur di skala kecil dan menggunakan zoom dekat, frame rate yang dihasilkannya mencapai kisaran 45 hingga 50 fps. Sedangkan ketika skala pertempuran semakin membesar, nilainya dapat menurun dengan drastis ke kisaran 30 fps. Semakin banyak ledakan dan efek serangan orbital yang terjadi, nilainya akan menurun.
Sedangkan ketika kami melancarkan peperangan dengan tingkat zoom jauh, nilainya menjadi lebih baik. Ketika skala peperangannya besar sekalipun, kami dapat menemui frame rate berada di kisaran 55 hingga 60 fps. Meskipun kami tidak dapat melihat dengan jelas apa yang terjadi di dalam peperangan karena ukuran unitnya cukup kecil, tetapi setidaknya game dapat berjalan dengan baik. Kami juga tidak menemukan adanya patah-patah ketika menggeser pandangan kamera di tengah perang besar.
Grand Theft Auto V
Grand Theft Auto V seharusnya tidak dapat dijadikan tantangan yang berarti di hadapan notebook monster seperti ini. Namun, bagaimana bila game ini menggunakan setting paling maksimalnya? Sebab, GTA V terkadang masih dapat mengejutkan kami dengan hasil frame rate yang tiba-tiba membebani sistem gaming terkuat sekalipun, terutama pada beberapa kondisi dan lokasi. Sebelum mulai menaikkan setting ke titik maksimal, berikut spesifikasi minimum yang dibutuhkan untuk memainkan game ini:
- Prosesor: Intel Core 2 Quad CPU Q6600 @2.40GHz (4 CPU) / AMD Phenom 9850 Quad-Core Processor (4 CPU) @2.5GHz
- Memory: 4 GB RAM
- Graphics Card: NVIDIA 9800 GT 1GB / AMD HD 4870 1GB (DX 10, 10.1, 11)
- Hard Drive: 65 GB
Guna memainkan game ini dengan kondisi terberatnya, kami mengatur settingnya ke resolusi 1920×1080 dengan opsi setting Very High. Opsi yang biasanya tidak diatur ke posisi Very High, seperti Post FX, Reflection Quality, dan Tesselation diubah ke maksimumnya. Sedangkan untuk Antialiasing, kami menggunakan FXAA dan MSAA 2X. Sedangkan untuk pengaturan Advanced Graphics, kami menggunakan nilai maksimumnya supaya visual bayangan di dalam game dapat terlihat sempurna. Berikut detail setting yang kami gunakan:
Setelah kami menggunakan setting tersebut, permainan ternyata menunjukkan bahwa GTa V juga cukup berat untuk dijalankan oleh notebook monster ini. Ketika kami berjalan kaki di dalam permainan, kami menemukan frame rate berada pada kisaran 56 hingga 70 fps. Hasil yang sebenarnya cukup mengejutkan, mengingat notebook ini sebelumnya mampu menjalankan game yang berat, seperti HITMAN, pada nilai sekitar 100 fps. Ternyata setting maksimal yang kami gunakan ketika berada di daerah dengan pandangan luas dan open world dapat cukup membebani notebook ini.
Kemudian, kami mencoba bermain dengan kecepatan tinggi, alias mengendarai mobil dan motor. Ketika berada di tengah jalanan yang ramai, kami menemukan frame ratenya berkisar antara 60 hingga 70 fps. Semakin cepat kami berkendara, nilainya dapat menurun. Ditambah lagi, ketika kami melakukan drift dengan mobil, nilainya dapat menurun di bawah 60 fps. Namun, semua itu sama sekali tidak memengaruhi permainan. Terlihat dengan masih tangkasnya kamera mengikuti gerakan kami ketika mengemudi. Biasanya, nilai frame rate yang rendah dapat membuat gerakan kamera tersebut melambat dan membuat pandangan ketika mengemudi menjadi terganggu.
================
Kesimpulan
Harga yang diminta oleh ASUS ROG GX700 harus diakui mampu membuat gentar hari gamer yang ingin memilikinya. Kemampuan yang diperlihatkannya memang tidak sembarangan, karena notebook gaming ini mampu menjalankan semua game kelas AAA terbaru dengan setting grafis tertingginya, dan di saat bersamaan berjalan dengan kondisi sempurna. Satu-satunya game yang masih sulit untuk dijalankan dengan baik di setting maksimum masih berada di tangan Ashes of The Singularity. Mungkin masih butuh waktu sampai akhirnya muncul hardware yang lebih kuat untuk dapat menjalankan game tersebut dengan baik!
Klik Gambar untuk Memperbesar!