Berapa banyak dari Anda yang sudah menonton Mad Max: Fury Road yang sempat meluncur di bioskop-bioskop Indonesia beberapa waktu yang lalu? Gila, keren, dan menakjubkan, ini mungkin sebagian besar reaksi yang Anda kemukakan. Terlepas dari plot yang tak seberapa baik, George Miller – sang sutrada berhasil merangkai sebuah film action yang menakjubkan. Ledakan, mobil dengan modifikasi keren, universe yang mengudang banyak rasa penasaran, hingga gitar dengan flamethrower yang terus berkumandang kencang. Berpotensi untuk menjadi film action terbaik tahun ini, kegilaan Mad Max tak berhenti di sana saja. Industri game juga kebagian untuk mencicipi pengalaman satu semesta sama secara interaktif lewat tangan dingin Avalanche Studios dan WB. Game yang secara terbuka berani bersaing dengan Metal Gear Solid V: The Phantom Pain.
Kesan Pertama
Atmosfer yang luar biasa, ini mungkin kesan pertama yang langsung meluncur dari mulut Anda ketika melihat Mad Max ini untuk pertama kalinya. Avalanche harus diakui menangkap konsep dunia post-apocalyptic dan semesta Mad Max dengan begitu baik. Walaupun dipenuhi dengan gurun pasir, Anda bisa melihat dengan jelas sisa-sisa peradaban manusia yang lain sebelum kiamat, seperti kapal besar atau pesawat terbang yang terdampar dan berkarat begitu saja. Tidak hanya setting, manusia juga diproyeksikan tak lagi segan untuk melakukan apapun untuk bertahan hidup. Di dunia dimana makanan anjing merupakan sebuah kemewahan, Mad Max memproyeksikan sebuah kondisi hidup yang sudah jauh berbeda, seperti filmnya. Kerennya lagi? Dunia ini terlihat semakin indah lewat efek cuaca dan tata cahaya yang begitu dramatis.
Lantas, bagaimana dengan sisi gameplay yang ia tawarkan? Secara garis besar, ia tidak banyak berbeda dengan game action open-world mainstream pada umumnya. Konsep open-worldnya mirip dengan yang ditawarkan oleh Ubisoft di Assassin’s Creed, dimana Anda akan bertemu dengan segudang ikon tempat untuk dieksplorasi, yang biasanya berujung pada misi untuk mencari lebih banyak resource. Sementara sistem pertarungannya mengadaptasikan sistem dari Batman: Arkham, namun dalam flow dan animasi gerak yang lebih lambat. Yang membuatnya berbeda? Magnum Opus. Mobil utama Anda yang melaju kencang di atas pasir ini memainkan peran yang penting dalam permainan, dan bukan sekedar moda transportasi dengan senjata. Dunianya sendiri dibuka bebas untuk Anda jelajahi tanpa pembatasan yang terlalu mengikat.
Kami sendiri sudah menghabiskan beberapa jam dengan game ini, yang ternyata lebih banyak dihabiskan untuk menyelesaikan serangkaian misi sampingan dan “membersihkan” peta dari pengaruh sang tokoh antagonis utama. Dengan desain tempat yang berbeda satu sama lain, sementara ini, ia tidak terasa terlalu monoton. Walaupun kami harus mengakui, balancingnya sedikit dipertanyakan. Menghabiskan waktu dengan eksplorasi dan mengumpulkan resource seperti ini dengan cepat membuat karakter Mad Max kami terasa cukup imbalance jika dibandingkan dengna ancaman yang harus ia hadapi.
Sembari menunggu waktu yang lebih proporsional untuk melakukan review, izinkan kami melemparkan segudang screenshot di bawah ini untuk membantu Anda mendapatkan sedikit gambaran soal apa yang ditawarkan Mad Max. Sebagian besar screenshot ini kami ambil langsung dari in-game, namun sedikit dimodifikasi dengan fitur Photo Mode yang sudah disematkan sejak awal untuk mendapatkan gambar lebih jernih dengan efek yang lebih dramatis.