Tenang, sebelum Anda panik karena judul di atas, kami bisa mengabarkan, bahwa kami masih terlalu mencintai hidup ini untuk mengakhirinya sendiri. Dengan begitu banyak potensi game keren yang akan meluncur di masa depan, pikiran untuk mengakhiri hidup tidak pernah terasa menggoda, sama sekali. Lantas apa yang terjadi? Satu kata – Pillars of Eternity! Setelah sebagian besar game RPG yang dirilis beberapa tahun terakhir ini mengikuti formula mainstream yang terkadang meleburkan genre di dalamnya, sulit rasanya untuk menemukan sebuah game RPG dengan cita rasa yang benar-benar “RPG”, game yang meminta Anda untuk bermain peran secara optimal. Salah satu yang cukup mampu mengeksekusi hal tersebut dengan manis tahun lalu adalah Divinity: Original Sin yang hadir sebagai kuda hitam. Dan kini, kita kembali kedatangan game RPG lain yang sama luar biasanya, atau bahkan lebih!
Kesan Pertama
Sebagian besar dari Anda mungkin sudah pernah mendengar nama Pillars of Eternity sebelumnya, bahkan jauh sebelum ia dirilis resmi ke pasaran. Fenomena yang sangat dimengerti mengingat nama developer besar – Obsidian yang berdiri di belakangnya. Antisipasi terhadap proyek ini begitu besar mengingat keputusan Obsidian untuk melemparkannya sebagai game “indie” tanpa campur tangan developer raksasa sama sekali. Melalui media Kickstarter, Pillars of Eternity berhasil meraih dukungan lebih dari 77.000 user dengan ragam donasi. Hasilnya? Jauh dari kata mengecawakan. Obsidian kembali menunjukkan tajinya, menawarkan salah satu pengalaman RPG yang pernah kami cicipi selama beberapa tahun terakhir ini.
Pillars of Eternity menjadikan game RPG klasik seperti Baldur’s Gate dan Fallout pertama sebagai pondasi, dimana susunan cerita dibangun lewat interaksi, pilihan, dan segudang quest yang tersebar di dunianya yang luas. Sensasi klasik tersebut tidak hanya tercermin dari mekanik gameplay saja, tetapi juga kualitas visual isometrik yang tentu tidak asing lagi bagi para penggemar genre yang satu ini. Terlihat penuh detail dengan kamera jauh, Pillars of Eternity memang tidak mengusung kualitas visual yang bisa disetarakan dengan game generasi tebaru saat ini ketika kamera bergerak dekat. Tekstur berantakan, tanpa detail, bahkan di karakter utama yang Anda gunakan sekalipun. Kekurangan? Percaya atau tidak, Anda tidak akan peduli dengannya.
Ia melemparkan kepada Anda sebuah sensasi RPG klasik yang sudah lama hilang. Mengintegrasikan begitu banyak elemen seperti Atribut, Skill, dan item dalam opsi percakapan, berkesempatan untuk menempuh variasi cara untuk menyelesaikan serangkaian quest yang ada. Apakah Anda harus bertarung frontal? Atau Anda bisa menipu lawan bicara Anda? Atau Anda lebih memilih eksplorasi sebagai cara untuk menemukan alternatif solusi? Atau otot selalu jadi media terbaik untuk mendapatkan apa yang Anda inginkan? Pillars of Eternity menawarkan semua kemungkinan tersebut. Namun berhati-hatilah, karena konsekuensi yang dihadapi juga sama beragamnya, membuat Anda menimbang matang banyak hal sebelum akhirnya bergerak.
Sistem pertarungannya sendiri juga tidak kalah kaya. Mengambil format party 6 orang yang bisa diatur formasinya sesuka hati, Pillars of Eternity melebur sistem turn-based dan action RPG dalam format yang sama. Anda bisa menikmati sensasi pertarungan yang fluid jika diinginkan. Namun jika butuh ekstra strategi di dalamnya, Anda juga memiliki opsi untuk menghentikan pertempuran sementara waktu, mengendalikan aksi setiap karakter, dan kemudian baru melanjutkan. Dengan variasi musuh yang harus Anda hadapi dan variasi karakter Party yang masing-masing punya pendekatan gaya bermain yang beda, sensasi RPG mengalir kentara di sana. Seberapa kaya? Cukup untuk Anda harus menyesuaikan diri kembali ketika mendapatkan karakter dengan kelas Paladin, Cipher, Druid, dan Hunter yang masing-masing darinya punya mekanisme bertarungnya sendiri-sendiri. Kian menarik mengingat setiap karakter ini juga punya jalan ceritanya masing-masing.
Lantas, mengapa “Selamat Tinggal Hidup!”? Anda mungkin bertanya. Alasan pertama tentu saja karena ia begitu adiktif dari sisi gameplay. Eksplorasi, menemukan clue, bertarung melawan monster epik yang menantang, membangun karakter dan party Anda sendiri, hingga menentukan sendiri kemana Anda harus melangkah. Kedua? Karena waktu gameplay. Optimis bisa melakukan review minggu ini, progress kami ternyata masih belum mencapai apa-apa setelah 13 jam permainan sekalipun. 13 jam permainan dan kami masih di kota kedua, baru mencapai level 7, dan belum melakukan hal signifikan apapun. Lantas, seberapa panjang Pillars of Eternity ini? Jawaban dari pertanyaan ini tampaknya harus dibayar dengan mengucapkan selamat tinggal pada pekerjaan, keluarga, teman, dan kekasih Anda.
Sembari menunggu waktu yang lebih proporsional untuk melakukan review, izinkan kami melemparkan segudang screenshot fresh from oven ini untuk membantu Anda mendapatkan sedikit gambaran apa yang kami bicarakan. Selamat tinggal, hidup!
PS: Klik Gambar untuk Memperbesar!