Quantcast
Channel: Features – Jagat Review
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1744

Review Tekken 2 – Kazuya’s Revenge: Buang-Buang Waktu!

$
0
0
Tekken 2 Kazuya Revenge JagatPlay (26)

Tekken 2 Kazuya Revenge JagatPlay (26)

Tekken 2 Kazuya Revenge JagatPlay (41) Kata apa yang terbesit di otak Anda ketika mendengar sebuah film adaptasi game tengah dikerjakan? Pesimis mungkin menjadi jawaban yang paling rasional. Ketakutan ini memang terhitung rasional jika melihat tren proses adaptasi selama beberapa tahun terakhir, yang alih-alih memukau, justru selalu berhasil membuat gamer kecewa luar biasa.  Salah satu kesalahan yang paling sering dilakukan adalah usaha untuk mengintepretasikan franchise ini dari kacamata orang awam yang sebenarnya tidak mengerti apa yang membuat nama –nama ini tampil begitu fenomenal di industri game. Hasilnya? Film-film ini berujung menjadi proyek Hollywood yang tidak mampu menawarkan plot, karakter, dan atmosfer sekuat versi video gamenya. Beberapa bahkan terhitung melenceng jauh dan dinilai sekedar “meminjam” nama. Contoh yang paling nyata? Tekken. Gamer mana yang belum pernah mendengar nama Tekken sebelumnya? Franchise game fighting Namco Bandai ini memang sudah hidup bertahan selama beberapa generasi, dengan seri baru yang selalu diantisipasi oleh basis fansnya yang cukup besar. Tidak mengherankan jika film adaptasinya yang meluncur tahun 2010 silam – Tekken termasuk salah satu proyek yang cukup dinanti. Sayangnya, hampir semua gamer yang sempat menghabiskan waktu dan uang mereka untuk “menikmati” film ini di layar lebar tentu setuju akan satu hal,  bahwa ia merupakan salah satu film adaptasi game terburuk sepanjang masa. Terlepas dari hadirnya beberapa karakter ikonik yang diproyeksikan di dalamnya, film ini gagal menawarkan semua elemen yang membuat Tekken begitu dicintai. Terlepas dari semua kritik pedas yang meluncur, para sineas film tampaknya tidak mudah menyerah. Sebuah seri teranyar – Tekken 2: Kazuya’s Revenge meluncur ke permukaan. Mungkin terasa sedikit tidak etis, bahwa kami akan menilai  film yang satu ini mengingat fakta bahwa kami mengunduhnya secara ilegal di dunia maya. Namun mengingat ia tidak tersedia di bioskop-bioskop di Indonesia, alternatif ini menjadi satu-satunya opsi yang rasional. Tidak perlu menunggu lama, hanya berselang 3 minggu sejak pemutarannya di beberapa bioskop Asia Tenggara, Tekken 2: Kazuya’s Revenge sudah mendapatkan rilis versi definisi tinggi yang kini luas didistribusikan di internet. Dengan minimnya opsi dan rasa penasaran yang luar biasa, kami akhirnya memutuskan untuk menjajal film yang satu ini. Lantas, pesona seperti apa yang ditawarkan oleh Tekken 2: Kazuya’s Revenge? Mengapa kami menyebutnya sebagai film buang-buang waktu? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.

Plot

Terlepas dari nama "2" yang ia sandang, Tekken 2 - Kazuya's Revenge merupakan prekuel dari Tekken The Movie yang dirilis 2010 silam. Membingungkan memang, namun hal inilah yang terjadi dengan Tekken 2: Kazuya’s Revenge. Terlepas dari fakta bahwa ia memuat nama “2” di dalamnya, film ini justru diposisikan sebagai sebuah prekuel dari film Tekken yang dirilis tahun 2010 silam. Berangkat dari timeline inilah, Anda mungkin tidak akan bertemu dengan beberapa karakter ikonik yang sempat muncul di versi film sebelumnya. Tekken 2: Kazuya’s Revenge akan berfokus pada sumber konflik klasik keluarga Mishima, antara Kazuya dan ayahnya – Heihachi. Hilang ingatan dan tidak mampu mengenal siapa dirinya, Kazuya terbangun di sebuah apartemen kumuh, di sudut kota Tekken yang dikuasai oleh keluarga Msihima. Ingatanya yang memudar memang masih secara samar memperlihatkan sedikit bayangan masa kecil dan kejadian terakhir sebelum ingatannya menghilang, namun ia tidak lagi memiliki identitas sama sekali. Mengambil setting di Kota Tekken, yang dikuasai keluarga Mishima. Dimana mereka yang dianggap lemah, dilempar ke sudut kota yang kumuh. Lupa ingatan dan berusaha mencari identitas dirinya yang sebenarnya, Kazuya terperangkap dalam organisasi kejahatan yang dikelola oleh The Minister.   The Minister merekrut "K" sebagai ujung tombak assassin-nya yang baru. Diberi nama “K” oleh kelompok organisasi pembunuh yang dipimpin oleh seorang tua bernama “The Minister”, Kazuya berusaha mencari tahu siapa dirinya sembari bertahan hidup di tengah kerasnya sudut kota Tekken ini. Tidak perlu menunggu lama hingga Minister menugaskan Kazuya sebagai pembunuh andalannya. Lewat kemampuan bela dirinya yang luar biasa, Kazuya diposisikan sebagai ujung tombak Minister unutk menghabisi berbagai sindikat organisasi hitam yang dianggap mengancam kehidupan umat manusia. Bersama dengan sang rekan utama – Rhona Anders, Kazuya menjalankan tugasnya dengan sangat sempurna. Ia bahkan sempat jatuh cinta dengan sang wanita manis yang senantiasai merawatnya – Laura. Namun sayangnya, seiring dengan progress perjalanannya untuk mencari kebenaran, Kazuya justru harus berhadapan dengan kenyataan yang lebih pahit. Bersama dengan sang partner utama - Rhona Anders. Kazuya juga membangun hubungan romantis dengan karakter wanita bernama Laura. Kenyataan seperti apa yang akan ditemui Kazuya? Bagaimana peran Heihachi dalam konflik cerita ini? Siapa sebenarnya Laura? Semua jawaban dari pertanyaan ini bisa Anda jawab dengan menyaksikan Tekken 2: Kazuya’s Revenge ini.

Viewing all articles
Browse latest Browse all 1744

Trending Articles