Ada sesuatu yang berbeda dan istimewa dengan Quantic Dream, nama developer yang sepertinya tidak akan asing lagi dengan gamer pencinta Playstation sejak era Playstation 3. Sebelum developer sekelas Telltale Games berhasil mencuri hati banyak gamer lewat gameplay interactive story milik mereka yang menuntut Anda untuk memilih beragam opsi percakapan dan berhadapan dengan konsekuensi yang ada, Quantic Dream sudah menjadikan gameplay seperti ini sebagai identitas mereka. Game-game seperti Indigo Prophecy di tahun 2005, Heavy Rain di tahun 2010, dan Beyond: Two Souls di tahun 2013, menjadi bukti akan kualitas tersebut. Proyek yang menjadikan nama David Cage tenar ini tidak sempurna memang, terutama bagaimana ia terkadang berujung “memaksakan” fenomena paranormal sebagai jawaban dari ragam misteri yang ada. Namun untuk setiap judul yang dilepas, selalu ada daya tarik yang tidak bisa ditolak.
Dalam hitungan satu bulan ke depan, gamer akan berkesempatan untuk mencicipi proyek terbaru Quantic Dream – Detroit: Become Human. Proyek yang awalnya diperkenalkan sebagai demonstrasi untuk engine generasi terbaru mereka – “Kara” ini akan mengeksplorasi sebuah dunia futuristik dengan semua masalah sosialnya yang realistis. Sebuah skenario dimana manusia kini sudah punya kemampuan untuk mengembangkan Android yang mirip manusia sebagai “budak”, yang tidak hanya punya konsekuensi positif pada kualitas hidup manusia sebagai ras saja, tetapi juga meninggalkan begitu banyak konsekuensi negatif yang lain. Kisah ini sendiri rencananya akan diperkenalkan lewat perspektif tiga karakter yang berbeda – Kara, Markus, dan Connor yang masing-masing akan punya garis cerita yang berbeda.
Untungnya, kami berkesempatan untuk menjajalnya lebih awal. Memenuhi undangan Sony Interactive Entertainment ke Makati, Manila, Filipina, beberapa waktu yang lalu, kami berkesempatan untuk mencicipi setidaknya 2 jam permainan awal untuk Detroit: Become Human ini. Waktu yang sepertinya cukup untuk mendapatkan sedikit gambaran kira-kira pengalaman seperti apa yang akan Anda dapatkan, terutama mengingat bahwa jangka waktu tersebut juga diisi dengan setidaknya, cerita awal untuk tiga karakter yang ada. Ada banyak misteri yang tersisa memang, namun gameplay seperti apa yang akan Anda dapatkan sudah mulai terlihat jelas di sana.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Detroit: Become Human? Berikut adalah impresi dua jam pertama kami.
Tiga Karakter, Tiga Cerita, Satu Dunia
Skala cerita yang begitu luas? Kebutuhan untuk memotret konflik atau pesan tertentu dengan lebih jelas? Atau sekedar melihatnya sebagai strategi mumpuni untuk mencarik cerita yang menggoda? Berbeda dengan apa yang mereka tempuh di Beyond: Two Souls, Quantic Dream kembali dengan format karakter yang sempat mereka tawarkan di Heavy Rain, sebuah cerita yang akan bergerak melalui kacamata beberapa karakter dengan peran yang berbeda dengan satu benang merah yang sama. Di Detroit: Become Human, kisah tersebut akan ditawarkan lewat perspektif Kara, Markus, dan Connor.
Selamat datang di Detroit di tahun 2038, sebuah masa depan yang tidak lagi terlalu jauh. Sebuah perusahaan bernama CyberLife yang bertempat di kota tersebut telah mengubah bagaimana dunia bekerja. Lompatan teknologi terjadi dan mereka berhasil menciptakan Android menyerupai manusia yang kini bisa diperintah untuk mendukung gaya hidup manusia itu sendiri, dari asisten rumah tangga, pekerjaan kerah biru, hingga aparat keamanan sekalipun. Kehadiran para Android ini memang membuat manusia mampu mencapai kualitas hidup yang lebih baik, namun di sisi lain, juga melahirkan banyak masalah baru. Satu yang menarik? Terlepas dari fakta bahwa mereka tidak lebih daripada sekedar “robot”, beberapa di antara Android ini ternyata mengembangkan kesadaran diri dan mulai bersikap layaknya manusia, lengkap dengan sistem nilai dan moral mereka sendiri. Sumber konflik inilah yang akan mendorong kisah ketiga karakter utama yang ada.
Anda akan memainkan cerita Detroit: Become Human dengan kacamata tiga karakter. Kara adalah seorang Android asisten rumah tangga yang dibeli oleh sebuah keluarga yang dikepalai oleh seorang pria bernama Todd. Pria pemabuk yang juga merupakan pelaku kekerasan dalam rumah tangga terhadap anaknya – Alice ini menjadi motor pendorong Kara menjadi seorang Deviant, sebutan bagi Android yang melanggar perintah manusia dan bertindak sesuai dengan keinginannya sendiri. Karena satu dan lain hal, Kara akhirnya “menolong” Alice dan membawanya kabur dari Todd. Ia kini berpetualang untuk memastikan sang anak hidup dengan aman dan bahagia. Di sisi lain, Anda juga berperan sebagai Connor – tipe Android baru yang kini membantu aparat keamanan untuk mengejar para Deviant yang sudah menimbulkan keresahan lewat beragam kasus kriminal yang terjadi. Anda juga akan berperan sebagai Markus, yang seperti halnya Kara merupakan asisten rumah tangga, namun dengan keluarga kaya dan majikan yang mencintainya. Majikan sama yang terus mendorong Markus untuk bertindak lebih “manusiawi” dan menembus batasnya lebih daripada seorang Android. Ketiga kisah karakter inilah yang menjadi motor cerita untuk Detroit: Become Human.
Lewat kacamata ketiga karakter yang kesemuanya Android ini, Anda akan dihadapkan pada kisah pilu yang siap untuk memberikan perspektif lebih besar soal konsekuensi yang tercipta dari kemajuan teknologi itu sendiri. Bahwa tidak selamanya positif, ada hal-hal negatif yang harus dihadapi dari sana. Ia juga didesain untuk membuat Anda bertanya pada diri Anda sendiri perihal nilai kemanusiaan, moralitas, dan kualitas apa saja yang sebenarnya membuat “seorang manusia adalah manusia”. Quantic Dream menyebut bahwa pada satu titik, karakter-karakter ini akan saling bertemu dan berinteraksi satu sama lain. Namun mengingat bahwa ada begitu banyak cabang cerita dan konsekuensi yang bisa Anda ambil, selalu ada kesempatan pula, bahwa hal ini tidak akan terjadi di playthrough Anda.
Satu yang menarik adalah fakta bahwa tidak ada “Game Over” di sini. Walaupun kami sendiri tidak menjajalnya secara langsung mengingat waktu gameplay yang hanya berkisar sekitar 2 jam saja, namun dalam presentasinya, Quantic Dream menegaskan bahwa gamer akan berhadapan dengan konsekuensi apapun, termasuk kematian di sini. Ini berarti jika di salah satu playthrough karakter yang Anda mainkan berakhir dengan kematian, maka cerita akan terus berlanjut untuk dua karakter yang lain seperti seharusnya. Kematian tentu bisa berujung pada kemungkinan bahwa Anda akan melewatkan pertemuan antara ketiga karakter ini atau sekedar ending yang berbeda. Untungnya, Quantic Dream menyuntikkan mekanisme lain yang akan kita bahas di sesi selanjutnya.