Selayaknya rutinitas tahunan yang selalu Anda jalani, seperti merayakan hari besar keagamaan hingga sekedar menyemangati diri karena bertambahnya umur yang tidak terhindarkan di tanggal kelahiran, begitulah status Call of Duty di industri game. Setelah kesuksesan fantastis yang diraih oleh Activision dan Infinity Ward dengan Call of Duty 4: Modern Warfare, keputusan untuk mengeksploitasinya sebagai franchise tahunan memang berbuah manis untuk salah satu pubsliher terbesar di industri game tersebut. Kesuksesan terus mengikuti, cukup untuk membuat Activision merancang sistem rotasi tiga developer – Infinity Ward, Treyarch, dan Sledgehammer Games untuk menanganinya, dengan masing-masing bekerja dengan seri Call of Duty mereka sendiri-sendiri. Hingga pada akhirnya, di tahun 2017 ini, giliran Sledgehammer Games untuk membuktikan taji mereka.
Tentu saja, ada yang istimewa dengan seri yang dilepas untuk tahun 2017 ini. Walaupun ia masih menjadi ladang “super basah” bagi Activision untuk memanen uang, popularitas Call of Duty memang kian menurun dari tahun ke tahun. Activision yang biasanya sesumbar soal jumlah kopi terjual, total pendapatan yang diraih, hingga ragam data lain yang fenomenal di masa lalu kini memilih diam di beberapa seri Call of Duty terakhir. Ini memberikan sinyal bahwa memang ada masalah di belakang layar, terutama soal angka yang tidak lagi memenuhi ekspektasi yang ada. Untuk membenahi itu, Activision dan Sledgehammer Games akhirnya mengamini apa yang sudah diteriakkan oleh gamer untuk waktu yang cukup lama. Membawa Call of Duty kembali ke akarnya – sebuah game perang dengan tema Perang Dunia Kedua di atasnya.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Call of Duty: WWII ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai salah satu seri terbaik? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Plot
Setelah sempat diisi dengan setidaknya 4 buah seri perang futuristik yang pelan tapi pasti, terus mengikis popularitas Call of Duty sebagai sebauh franchise, Call of Duty akhirnya kembali ke cita perang klasik – Perang Dunia Kedua lewat Call of Duty: WWII. Maka seperti kebiasaan seri-seri COD sebelum ini pula, kekuatan ceritanya dan dramatisasinya di mode campaign memang sesuatu yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Berpijak dalam sebuah event yang terjadi di dunia nyat, Anda akan mendapatkan sebuah cerita yang tak akan kalah dengan apa yang Anda temukan di film perang dunia kedua dari Hollywood sekalipun.
Anda akan berperan sebagai Private Ronald “Red” Daniels – seorang prajurit yang berangkat dengan meninggalkan wanita yang ia cintai di rumah. Bergabung di 1st Infantry Division yang dikepalai oleh Sersan William Pierson dan Letnan Joseph Turner, Red merupakan salah satu anggota pasukan yang diterjunkan untuk berperang langsung melawan pasukan Nazi di daratan Eropa. Tidak sendiri, ia juga ditemani oleh anggota divisi lain yang bisa ia percaya – Frank Aiello, Drew Stiles, dan Robert Zussman, yang masing-masing punya kepribadian yang unik. Mereka saling bahu-membahu untuk tidak hanya memastikan pasukan Nazi terbunuh, tetapi juga menjamin bahwa setiap dari mereka, akan bisa pulang dan berkumpul bersama keluarga mereka kembali.
Namun tentu saja, perjalanan ini sendiri tidak mudah. Menjadi tugas 1st Infantry Division lah untuk membantu Sekutu merebut dan masuk ke dalam wilayah-wilayah yang sudah dikuasai oleh Nazi sebelumnya. Membantu menghancurkan senjata anti-udara hingga sekedar menyelinap untuk mendapatkan intel yang esensial untuk menundukkan pemerintahan fasis yang satu ini, mereka juga akan bertemu dengan Rousseau – seorang prajurit wanita pemimpin pasukan pemberontakan di Paris untuk membantu Perancis melepaskan diri. Satu yang pasti, bahaya dan nasib 1st Infantry Division adalah dua kata yang berkorelasi sangat kuat satu sama lain.
Lantas, pertempuran seperti apa saja yang harus dijalani oleh Red? Mampukah semua pasukan dari 1st Infantry Division ini berakhir selamat? Kemana saja mereka harus menghancurkan Nazi? Semua jawaban dari pertanyaan tersebut tentu bisa Anda dapatkan dengan memainkan Call of Duty: WWII ini.