Quantcast
Channel: Features – Jagat Review
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1742

10 Game Raksasa Paling Meragukan di 2017!

$
0
0

Skeptis tampaknya menjadi sikap rasional dan sangat normal untuk dimiliki oleh gamer tahun ini, apalagi setelah melihat apa yang terjadi di industri game selama 2016 silam. Tahun lalu  memang menawarkan banyak hal menarik, terutama dari sisi jumlah game yang akhirnya mulai tidak menahan diri dan tampil habis-habisan di platform generasi terbaru. Sayangnya, ia juga diwarnai dengan begitu banyak kekecewaan. Dari rilis game yang terasa belum selesai, konten yang ternyata berujung tidak seperti yang dijanjikan, hingga kebijakan para publisher yang terlihat jelas hanya menginginkan uang. Terlepas dari harapan besar kita untuk tidak menemukan kasus yang sama lagi di tahun 2017 ini, tetap ada rasa ragu yang begitu kuat muncul dalam hati.

Tahun 2016 menawarkan begitu banyak game raksasa. Beberapa bahkan datang dari proyek yang sebelumnya seharusnya meluncur di tahun 2016, namun ditunda dengan beragam alasan yang ada. Janji dan klaim melayang di sana sini, berusaha membangun identitas bahwa setiap darinya akan lahir sebagai sebuah proyek unik dan berbeda, dengan kualitas yang pantas untuk dicicipi sejak hari pertama rilis. Namun berangkat dari apa yang kita pelajari di tahun 2016 silam, gamer seharusnya sudah mulai tidak langsung percaya dengan semua janji yang berpotensi kosong ini.

Dari semua yang dikabarkan akan dirilis di tahun 2017 ini, game apa saja yang berpotensi lahir sebagai game yang mengecewakan dengan kualitas berada di bawah ekspektasi dan hype yang sudah terbangun? JagatPlay merangkum 10 game yang kami anggap, paling meragukan di tahun 2017 ini:

  1. For Honor

for-honor1-600x338

Melihat para ksatria masa lampau dengan pakaian besi mereka masing-masing, bertarung satu sama lain, di tengah pertarungan epik yang melibat ratusan pasukan yang lain di latar belakang seharusnya, di atas kertas, adalah sebuah konsep impian yang cukup untuk memukau semua gamer. Apalagi berbeda dengan game action pada umumnya yang seringkali berakhir “menyederhanakannya” menjadi game hack and slash, Ubisoft memuat pertarungan melee dengan sedikit elemen strategi tersebut sebagai nila jual utama. Namun sulit rasanya untuk tak khawatir. Memaksanya berakhir sebagai sebuah game always online yang berfokus pada konten multiplayer, tak ayal, membuat kami curiga bahwa konten single-playernya akan berakhir tak semanis yang dibayangkan. Bukan tak mungkin, pertarungan antar faksi ini berakhir tak lebih dari misi-misi skirmish tanpa konten cerita yang kuat atau menarik untuk diikuti. Mampukah Ubisoft menyeimbangkannya dan membuat For Honor memukau di semua lini? Atau ini akan berakhir jadi game multiplayer dengan konten single player setengah jadi? Itu pertanyaannya.

  1. Musou Stars

musou-stars

Berusaha untuk menawarkan sesuatu yang baru di dalam game Musou memang bukan pekerjaan mudah. Mengapa? Karena pada akhirnya ini selalu akan berakhir menjadi sebuah game yang meminta Adna untuk menekan tombol serang berulang-ulang,  tanpa perlu menggunakan banyak otak. Apakah lantas menggabungkan sebuah franchise ikonik mereka dalam satu ruang akan memperbaiki hal ini? Koei Tecmo dan Omega Force tentu punya pekerjaan berat untuk memastikannya tak berakhir “lagi” jadi game Dynasty Warriors yang sekedar berbeda skin. Kebutuhan untuk mengadaptasikan beragam animasi karakter non-Warrior seperti Dead or Alive atau Deception juga jadi tanggung jawab yang besar, setidaknya untuk memastikan mereka untuk punya satu identitas unik yang memang membuat mereka terasa berasal dari dunia yang berbeda. Ada banyak hal yang bisa berakhir salah dengan Musou Stars, dan dari elemen yang hendak mereka tawarkan, tak akan ada sesuatu yang cukup untuk membuatnya terasa unik dan berbeda di saat yang sama. Berakhir terasa biasa dan aman di versi final? Itu prediksi utamanya.

  1. Ghost Recon: Wildlands

ghost recon wildlands

Ada alasan mengapa kami tak memasukkan The Division sebagai salah satu game yang paling mengecewakan di tahun 2016 kemarin. Bahwa terlepas dari semua kritik yang sempat mengemuka, kami termasuk gamer yang bersenang-senang dengan menghabiskan waktu ratusan jam dengannya. Namun sulit untuk tak menyebut bahwa ada begitu banyak kelemahan dengan produk ini, terutama dari caranya menanganinya struktur misi di awal. Dengan bentuk yang hampir sama, kekhawatiran juga muncul untuk produk terbaru – Ghost Recon: Wildlands. Dunia luas dengan gameplay taktikal tak lantas menjadi jaminan bahwa ia akan menawarkan konten yang sepadan. Pertanyaan besar juga mengemuka, apakah game ini tetap akan menyenangkan jika Anda memainkannya seorang diri tanpa teman sama sekali? Atau apakah Anda sekedar bisa bersenang-senang dengan random matchmaking? Ataukah Anda butuh teman yang memang sudah Anda kenal sebelumnya untuk bermain bersama? Kekhawatiran juga menguat setelah video gameplay terbaru memperlihatkan downgrade visual yang cukup kentara.

  1. Hellblade: Senua’s Sacrifice

hellblade-senua

Selain Platinum Games, Ninja Theory mungkin salah satu developer lain yang pantas untuk mendapatkan predikat sebagai developer game action yang mumpuni. Game seperti DmC Reboot dengan Dante “aneh” dan Heavenly Sword jadi bukti hal tersebut. Namun keinginan untuk mulai berpindah sebagai developer indie dengan kebebasan kreatif yang hampir absolut justru memicu kekhawatiran ketika Hellblade diperkenalkan kepada publik. Tak hanya karena keinginan untuk menjadikan sisi “psikologis” sang karakter utama – Senua sebagai fokus saja, tetapi juga format pertarungan yang tak seperti game hack and slash pada biasanya. Berhadapan satu dengan satu dengan musuh yang Anda hadapi dalam lingkungan pertarungan yang tertutup, format ini justru “membuang” apa yang kita sukai dari game-game action racikan Ninja Theory.


Viewing all articles
Browse latest Browse all 1742

Trending Articles