Hampir sebagian besar gamer pencinta genre FPS sepertinya akan punya satu pandangan yang sama terkait persaingan antara dua buah franchise FPS raksasa industri game – Battlefield dari EA dan Call of Duty dari Activision. Battlefield untuk multiplayer dan Call of Duty untuk single player, sebuah pernyataan yang sudah pasti pernah Anda dengar sebelumnya. Harus diakui, single player adalah “momok” terbesar EA dan DICE untuk seri-seri Battlefield sebelumnya karena jalinan cerita dan dramatisasi yang tak pernah bisa menghasilkan sebuah pengalaman yang ikonik dan memorable seperti halnya Call of Duty. Sang seri terbaru – Battlefield 1 punya potensi besar untuk “memperbaiki” hal tersebut. Tema perang dunia pertama yang unik menunggu untuk mereka manfaatkan. Berita baiknya? Anda tak perlu banyak khawatir.
Kesan Pertama
Sulit sepertinya untuk tidak membicarakan sebuah game rilis terbaru EA tanpa membicarakan kualitas visualisasi mumpuni yang selalu ia sertakan berkat kekuatan Frostbite Engine yang luar biasa. Hal yang sama juga terjadi di Battlefield 1. Detail visual yang memanjakan mata dengan efek visual ledakan dan sedikit dramatisasi di sana-sini, game ini sudah terlihat memesona di Playstation 4. Platform yang tentu saja secara performa lebih inferior dibandingkan PC, sehingga cukup memancing rasa penasaran kami seberapa “manisnya” visual game ini di platform tersebut. EA dan DICE berhasil tak hanya menawarkan detail saja, tetapi juga meracik atmosfer perang dunia pertama yang keras dan tanpa ampun dengan begitu baiknya. Ledakan, medan pertempuran yang tak lagi berbentuk, hingga brutalitas diperlihatkan lugas.
Lantas, apa yang dilakukan DICE dan EA untuk membuat single player Battlefield 1 ini terasa lebih baik? Memenuhi janji yang sempat mereka beritakan pada media beberapa waktu lalu, bahwa seri ini tak akan berfokus pada perang, tetapi pada orang-orang yang terjebak dalam situasi yang buruk ini. Alih-alih hanya satu cerita, mereka memutuskan untuk membagi mode campaign yang bisa dibilang singkat ini ke dalam lima cerita dengan masing-masing konflik yang berbeda. Menariknya lagi? Karena perbedaan tema yang ada, tiap cerita ini juga berhasil menawarkan pengalaman bermain yang berbeda pula. Sebagai contoh? Ada satu misi dimana tank menjadi fokus, dan di misi lain, pertempuran udara lah yang jadi primadona. Ada variasi di sana.
Fokus DICE untuk menjadikan interaksi antara orang-orang yang terlibat dan berjuang keras untuk berkontribusi pada pihak yang mereka presentasikan di perang dunia pertama ini berhasil terbayar manis. Walaupun ada beberapa titik permainan yang membuat skema semi open-worldnya terasa familiar dan repetitif di saat yang sama, mereka berhasil membuat setiap darinya terasa lebih emosional dan personal. Seberapa efektif metode cerita dengan ekstra cut-scene di tengah ini? Percaya atau tidak, cukup untuk membuat Anda membangun keterikatan emosional dengan sebuah tank. Benar sekali, Anda tidak salah baca, sebuah tank.
Semua screenshot fresh from oven yang Anda temukan di artikel preview ini berasal dari mode single player. Kami sendiri masih belum memutuskan apakah akan memuat artikel preview terpisah untuk mode multiplayer yang belum kami jajal atau langsung menggabungkannya di artikel review nantinya. Ekstra waktu review di minggu depan akan kami gunakan untuk berfokus di mode tersebut. Beautiful brutality..