Seorang karakter protagonis dengan nilai moral yang begitu lurus dan suci, berpetualang untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran, sudah berapa sering Anda bertemu dengan plot klise seperti ini di video game? Sebagai sebuah media hiburan interaktif, video game memang didesain untuk menawarkan sebuah kehidupan “alternatif” yang tak akan pernah Anda temukan di dunia maya, yang sebagian besar berakhir dengan kisah kepahlawan epik yang penuh dengan perang kolosal atau bahkan, beragam makhluk raksasa yang menunggu untuk ditundukkan. Tetapi untungnya, proses kreatif yang bergerak di belakangnya selalu mampu menghadirkan sesuatu yang mengejutkan. Tak sedikit developer yang berjuang untuk menawarkan sesuatu yang baru dan berbeda di produk yang mereka tawarkan. Salah satunya? Dengan meminta Anda menyelami sisi kehidupan di sisi sebaliknya.
Ada beberapa game yang justru meminta Anda untuk berperan sebagai seorang karakter antagonis, mereka yang tidak peduli dengan apapun yang mungkin terjadi dengan dunia dan hanya memikirkan apa yang menurut dia penting untuk diperjuangkan. Mereka yang tak berkeberatan untuk membunuh manusia yang lain, membinasakan kota, atau bahkan menghancurkan dunia itu sendiri untuk meraih apa yang menurutnya terbaik. Kerennya? Terlepas dari fakta bahwa ia mungkin menawarkan banyak latar belakang cerita sebagai justifikasi akan aksi yang Anda tempuh setelahnya, sulit untuk mengabaikan perasaan bahwa Anda memang tengah berperan lebih ke seorang karakter antagonis daripada protagonis.
Lantas, dari semua game yang tersedia di industri game saat ini, game-game mana saja yang berhasil menjadikan sebuah peran antagonis untuk karakter utama yang Anda gunakan? Berikut adalah list versi JagatPlay:
Catatan: Dengan membahas lebih dalam soal plot setiap game dan karakter yang kami masukkan, tentu saja artikel ini akan membuat banyak spoiler cerita yang mendalam. Jika Anda termasuk gamer yang anti-spoiler, terutama untuk game-game yang belum pernah Anda cicipi dan kebetulan berada di daftar ini, kami sarankan untuk melewatkannya.
-
Goat Simulator
Bayangkan sebuah skenario dimana Anda tengah menikmati akhir minggu Anda yang super tenang di pinggir kota, ketika tubuh yang selama seminggu terakhir penuh beban karena urusan pekerjaan sedang berusaha untuk menyantaikan diri. Lalu tiba-tiba, entah dari mana, seekor kambing dengan kekuatan super tiba-tiba datang menghancurkan seisi rumah tanpa alasan yang jelas. Tak hanya itu saja, tandukannya yang super kuat berhasil melambungkan istri Anda begitu tinggi hingga terperangkap di menara komunikasi terdekat. Anda mungkin tertawa lepas ketika menikmati Goat Simulator dan merasakan sendiri betapa absurdnya game yang satu ini. Namun jika melihatnya dari perspektif yang berbeda, apalagi dari kacamata NPC di dalam game, tampaknya ada keraguan bahwa Anda tengah berperan sebagai karakter antagonis di dalamnya. Seekor kambing dari neraka yang tak segan menghancurkan seisi kota untuk sekedar tawa dan kesenangan belaka. Terdengar super menyeramkan bukan jika ini sampai terjadi di dunia nyata?
-
Silent Hill 2
Silent Hill selalu dilihat sebagai sebuah game survival horror yang lebih menyeramkan dibandingkan Resident Evil, terutama ketika keduanya bersaing di awal eksistensi seri-seri awalnya. Terlepas dari fakta bahwa keduanya hadir sebagai game survival horror, Silent Hill mengusung tema yang gelap dan cerita yang lebih berat. Sesuatu yang terasa jauh lebih dewasa daripada sekedar anggota polisi khusus yang menembak zombie hasil eksperimen perusahaan raksasa. Awal beratnya tema ini bisa dibilang, dimulai dari Silent Hill 2 dimana Anda berperan sebagai seorang karakter pria bernama James Sunderland. Seiring progress cerita yang Anda dapatkan, Anda mulai memahami bahwa kota penuh kabut dengan begitu banyak monster menyeramkan yang harus Anda hadapi tak lebih dari manifestasi rasa bersalah James itu sendiri. Si kebenaran akhirnya terbuka. Di masa lalu, James telah membunuh istrinya sendiri karena rasa lelah dan kasihan yang bercampur ketika melihatnya terbaring sakit. Ciuman di kening yang harusnya jadi bukti cinta tersebut berakhir jadi awal dari bekapan bantal yang membuat Mary berhenti bernapas.
-
Hatred
Tidak cukup jelas untuk Anda? Jika game dengan karakter antagonis sebagai karakter utama lain biasanya butuh latar belakang cerita untuk memberikan justifikasi untuk aksi mereka, Hatred tak butuh itu sama sekali. Sejak awal permainan Anda benar-benar berperan sebagai seorang psycho yang sudah muak dengan kehidupan dunia dan memutuskan untuk membunuh orang-orang tak bersalah sebagai sebuah bentuk pernyataan. Hasilnya? Anda melontarkan peluru senjata mesin ke semua orang yang Anda temui, tak pandang bulu, sembari melemparkan satu atau dua buah granat untuk memaksimalkan korban secara instan. Sang karakter utama tanpa nama yang satu ini tak didesain untuk membuat Anda merasakan sensasi sebagai seorang pahlawan dan meraih kepuasan dari sana. Ia berusaha membuat Anda merasa seperti sampah. Namun sayangnya, Hatred berakhir menjadi proyek yang sekedar menjual kontroversi dengan kualitas gameplay yang tak seberapa menarik terlepas tema unik yang ia tawarkan.
-
God of War
Kratos adalah salah satu karakter paling ikonik di industri game, sebuah fakta yang tak terbantahkan. Namun sebagai protagonis? Hampir semua aksinya tak mencerminkan sedikitpun soal hal tersebut. Ada sedikit justifikasi memang bahwa ia punya “hak” untuk balas dendam setelah apa yang dilakukan oleh Dewa-Dewi Olympus ke keluarga dan masyarakatnya, namun tak sepantasnya hingga pada batas ia tak segan untuk menghancurkan dunia dan melenyapkan kehidupan di sana. Aksinya membunuh para dewa yang diceritakan menguasai gunung Olympus berakhir menghadirkan kiamat yang bisa diprediksi, membuat kehidupan tak mungkin lagi berlanjut. Matahari yang mati, air bah setinggi gunung, angin puting beliung di setiap sudut, Kratos tak pernah memikirkan konsekuensi dari aksi yang hendak ia lakukan. Di otaknya, apa yang ia butuhkan adalah yang paling penting.