Tiga tahun lamanya kita terus menantikan dan membicarakan The Division. Bukan Ubisoft namanya jika ia tidak mampu membuat hype untuk proyek teranyar yang tengah mereka racik dengan begitu baiknya, terlepas apakah ia muncul dalam berita baik ataupun buruk. Ketika The Division pertama kali diperkenalkan kepada publik, hampir semua gamer terpesona dan tertarik dengan apa yang hendak disuntikkan Ubisoft di dalamnya. Sebuah game post-apocalyptic dengan genre action-RPG berbasis multiplayer yang dibungkus dengan kualitas visualisasi memesona yang pantas untuk mendefinisikan sebuah platform gaming generasi terbaru. Setelah beberapa kali mengalami penundaan, The Division akhirnya meluncur ke pasaran.
Anda yang sempat membaca artikel preview kami sebelumnya tentu sudah impresi pertama kami soal The Division. Keluhan pertama yang menjadi tema utamanya adalah “kebodohan” Ubisoft yang menurut kami melemparkan dua masa beta yang sama sekali tak mampu merepresentasikan daya tarik utama versi finalnya, sama sekali. Ada banyak keluhan di masa beta, seperti kota yang terlihat begitu sepi hingga kualitas visual yang ternyata tak terbukti sama sekali di versi final yang kami cicipi. Sejauh mata memandang, dengan konten gameplay yang ia tawarkan, kami merasa cukup puas dengan belasan jam pertama kami memainkannya. Namun selalu ada kekhawatiran bahwa game dengan tipe seperti ini, bisa berakhir mimpi buruk jika Ubisoft tak mampu membuatnya untuk tetap menarik dalam jangka waktu panjang.
Lantas, apa yang ditawarkan oleh The Division ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai sebuah game yang solid tapi tak terasa istimewa? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Plot
Terlepas dari semua gembar-gembor yang sempat meluncur jauh sebelum rilisnya, kami harus mengakui bahwa plot bukanlah kekuatan utama The Division itu sendiri. Ia sekedar membangun sebuah basis untuk merasionalisasi apa yang tengah Anda lakukan di tengah kota New York yang sudah porakporanda sebagai “tempat bermain”. Cerita The Division dibangun dari satu misi ke misi lainnya, yang masing-masing memberikan sedikit perspektif apa yang sebenarnya tengah terjadi. Rangkaian cerita juga dibangun dari ragam collectibles yang ada.
Intinya? New York kini seperti neraka di atas permukaan bumi. Event Black Friday – event belanja satu tahun sekali di Amerika Serikat yang biasanya dipenuhi dengan harga barang elektronik super murah ternyata dimanfaatkan oleh sebuah jaringan teroris misterius untuk memunculkan sebuah pandemik penyakit baru yang disebut sebagai “Dollar Flu”. Menyebar dari uang yang terdistribusi selama Black Friday, Dollar Flu menular dan membunuh begitu banyak orang – cukup untuk membuat Manhattan masuk dalam kondisi karantina. Pemerintah Amerika Serikat akhirnya mengaktifkan para agents yang selama ini bergerak rahasia bernama The Division.
Tujuannya tentu saja mengembalikan keteraturan di Manhattan yang kini kacau balau. Dengan absennya otoritas di sana, Manhattan dipenuhi dengan banyak faksi yang mulai berusaha bertahan hidup dengan berkelompok dan melakukan begitu banyak aksi kriminal di dalamnya. Ada sekedar preman kelas kacangan yang berkelompok untuk menguasai suatu area, ada The Cleaners – yang dipenuhi dengan ragam perlengkapan penyembur api yang percaya bahwa siapapun yang sudah terjangkit Dollar Flu harus mati dan dibakar agar penyakit ini tak tersebar, dan tentu saja ada para Division yang ternyata membangkang untuk alasan yang tak jelas. Sembari berupaya untuk mengembalikan keteraturan, Anda kini juga diminta untuk memperkuat markas utama para pekerja kesehatan dan keamanan yang jadi sumber pemulihan Manhattan itu sendiri dan tentu saja mencari tahu siapa yang sebenarnya bertanggung jawab atas tersebarnya senjata biologis yang satu ini.
Lantas, siapa yang menjadi sumber dari Dollar Flu ini? Faksi seperti apa saja yang harus dihadapi oleh karakter utama Anda? Mampukah Anda menyelamatkan Manhattan nantinya? Semua jawaban dari pertanyaan tersebut tentu saja bisa Anda jawab dengan memainkan The Division ini.