Transformers, sebagian besar dari kita tampaknya tidak asing lagi dengan franchise robot yang mampu berubah menjadi beragam kendaraan keren ini. Mereka yang tumbuh besar di era tahun 80 dan 90-an mungkin mengenalnya dari sebuah seri televisi mingguan yang sebenarnya tak bisa terbilang fantastis, namun tetap menyisakan memori yang tak mudah terlupakan. Sementara gamer-gamer generasi baru mungkin lebih mengenalnya dari film layar lebar penuh aksi dan ledakan racikan Michael Bay yang terlepas dari plot yang kian tak jelas, memang cukup untuk mata siapapun termanjakan. Transformers sebenarnya juga sempat diadaptasikan menjadi video game, bahkan di era generasi gaming pertama dengan grafis 8 bit ikoniknya. Dan kini, mereka kembali.
Ada beberapa hal menarik yang membuat Transformers: Devastastion langsung menarik perhatian ketika ia pertama kali diperkenalkan. Yang paling utama tentu gaya visual dua dimensi dengan atmosfer kartun era 80-an nya yang kentara. Namun daya tarik yang bahkan lebih menggoda? Ia ditangani oleh developer asal Jepang yang memang punya nama besar di genre game action – Platinum Games. Developer ini memang kawakan jika berbicara soal mekanisme game action yang cepat, menegangkan, dan menantang di saat yang sama. Ada rasa penasaran yang cukup kuat bagaimana mereka akan meracik sebuah game Transformers dengan identitas mereka selama ini. Sesuatu yang berbeda dengan War for Cybertron dan Fall of Cybertron dari High Moon Studios – dua seri game Transformers yang bisa dibilang sebagai yang terbaik sejauh ini.
Lantas, apa yang ditawarkan oleh Transformers Devastation ini? Mengapa kami menyebutnya sebuah game yang menawarkan bentuk klasik dengan rasa baru?
Plot
Berbeda dengan produk racikan High Moon Studios yang memberikan Anda “intipan” lebih dalam soal kehidupan para Transformers sebelum tiba di bumi, Transformers – Devastation tampaknya bisa dilihat tak berbeda dengan sebuah arc cerita pendek yang mungkin sering Anda temukan di versi film kartunnya dulu. Ini masih soal pertempuran antara dua ras robot – Autobots yang jadi protagonis dan para Decepticons – yang tampaknya tak pernah kehilangan alasan dan cara untuk membinasakan manusia dan mengembalikan kejayaan Cybertron di masa lalu. Plot bukanlah kekuatan utama Transformers – Devastation, itu yang pasti.
Tidak ada drama, tidak ada adegan emosional, Transformers – Devastation tampil begitu lugas dan menawarkan Anda pertempuran antar para robot dalam skala besar sebagai daya tarik utama. Seperti biasa, Megatron – pemimpin para Decepticons menemukan sebuah artifak masa lalu yang bisa ia gunakan untuk “mengubah” bumi kita tercinta. Ia ingin memanen kekuatan Plasma Energy yang begitu besar untuk menjadikan bumi tak ubahnya Cybertron, mengembalikan kejayaan planet metal tersebut seperti dulu kala. Maka seperti yang bisa diprediksi, Autobots tak tinggal diam. Optimus Prime bersama dengan Sideswipe, Wheeljack, Bumblebee, dan Grimlock berusaha menghentikan rencana busuk tersebut.
Maka seperti film-film kartun hari Minggu Anda pula, tampaknya tak sulit untuk menebak jalan cerita Transformers – Devastation ini. Ini adalah soal perperangan antara baik dan buruk, dan kebaikan, sesulit apapun, akan berakhir menjadi pemenang di akhir. Tak ada misteri di sini.
Review ini menggunakan testbed dari Roccat
Dikerjakan dan Dimainkan dengan Kave XTD, Roccat Kone XTD, Roccat Raivo, dan Roccat Ryos MK Pro