Quantcast
Channel: Features – Jagat Review
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1742

10 Jenis Teman Paling Menyebalkan untuk Gamer!

$
0
0

feat-image

Gaming dan pertemanan sebenarnya bukan dua konsep yang bertolak belakang. Sebagai sebuah media yang diciptakan untuk menghadirkan rasa senang via beragam tantangan di ruang tamu, tidak sedikit game yang memang didesain untuk dinikmati bersama orang lain. Di saat sekarang, dengan popularitas internet yang terus tumbuh pesat, Anda bahkan tak perlu lagi bertemu dengan orang lain secara fisik untuk terlibat di dalam satu game yang sama, kooperatif ataupun kompetitif. Walaupun demikian, tidak sedikit game yang bertahan dengan cita rasa klasik terlepas dari tren yang satu ini. Game-game yang akan tetap lebih seru dinikmati jika Anda bertarung dan melihat reaksi teman Anda secara langsung. Anda bisa memasukkan game-game dengan genre sports dan party ke dalam kategori yang satu ini. Gamenya sendiri bisa menyenangkan, namun teman Anda tidak.

Bertemu dengan banyak orang dengan kepribadian dan isi otak yang berbeda-beda memang jadi pengalaman yang sangat menarik, tetapi juga berpotensi melelahkan di saat yang sama. Ada saatnya, ketika status “teman” sudah disandang, Anda selalu berakhir harus memberikan batas toleransi lebih tinggi untuk setiap tindak tanduk mereka, apalagi ketika sesi gaming yang seharusnya menyenangkan sekalipun, tengah berlangsung. Tetapi bisa juga, di sesi lain, Anda yang sebenarnya berperan sebagai “teman” yang tak begitu disukai ini namun tidak pernah Anda sadari sebelumnya. Teman-teman yang terlihat begitu “sempurna” ketika Anda terlibat dalam beragam aktivitas apapun, namun berubah menjadi “monster” yang tak lagi begitu disukai ketika hobi utama Anda – gaming mengemuka.

Dari semua jenis teman yang mungkin pernah Anda temui sepanjang hidup, terutama jika mereka memiliki hobi yang sama dengan Anda – yakni gaming, inilah 10 tipe yang paling menyebalkan menurut JagatPlay:

  1. King Oil

breaking bad money

Yang ini mungkin pernah Anda dan kami lakukan, secara sadar maupun tidak sadar. Namun bagi seorang gamer, sebuah game baru yang meluncur ke pasaran adalah hal yang sangat berharga. Masalahnya? Harganya sendiri terhitung sangat mahal, apalagi jika Anda membandingkan harga sebuah game original dengan rata-rata gaji karyawan per bulannya, misalnya.

Oleh karena itu, tidak sedikit gamer yang harus membuat skala prioritas game-game apa yang jadi target belanja bulanan mereka dan siap menangis di pojokan ketika bulan yang sama ternyata memuat 2-3 game yang hendak ia mainkan. Sementara di sisi lain, munculah para “Raja Minyak” yang tak ragu untuk berbagi game-game yang baru mereka beli di timeline Facebook, Instagram, atau Path Anda dengan segala macam hashtag yang ada. Ketika Anda masih berjuang untuk menabung, semua Collector Edition berharga 3-5 kali lipat yang baru mereka beli seolah menjadi garam yang dioleskan di atas luka. Perih, sakit, dan membuat rasa frustrasi muncul berkali-kali lipat. Para Raja Minyak ini mungkin tak berniat jahat, namun sedikit rasa narsistik mereka bisa jadi sesuatu yang sangat menyebalkan dan membuat rasa iri di saat yang sama. Ingat, bisa jadi Anda bukan korban, dan Anda justru jadi pelaku di list nomor 10 ini tanpa Anda sadari!

  1. Leecher

power leveling

Kita semua pasti punya teman seperti ini. Teman-teman yang ingin merasakan nikmatnya industri game dan seberapa menyenangkan sensasi yang ia tawarkan, namun tak pernah mau berkorban. Senang dengan game yang baru dirilis? Mereka akan dengan sabar menanti Anda menyelesaikan game yang baru Anda beli dan berakhir hanya meminjam. Tertarik dengan game bajakan? Meminta Anda untuk mengunduhnya dan memberikan datanya kepada mereka setelahnya. Terlalu sulit menyelesaikan sebuah tantangan di dalam game? Meminta Anda untuk berbagi save data agar mereka tak perlu repot-repot berhadapan dengan sumber frustrasi seperti ini. Atau ketika Anda memainkan game MMO dan setengah kepayahan mencapai level Anda yang tinggi sekarang? Maka tanpa seizin Anda, mereka dengan mata memelas dan suara yang begitu lembut meminta Anda untuk menjadi tameng damage Anda sembari menghisap exprience yang mereka butuhkan. Anda pasti punya teman seperti ini, yang bahasa kasarnya bisa didefinisikan dengan kalimat sederhana, “Gamer mau enaknya doank..”.

  1. 1001 Alasan

Pro Evolution Soccer 2016_20150921235327

Di dalam sebuah game kompetitif, menang dan kalah adalah sesuatu yang biasa. Sebuah pertandingan, apapun itu, baik game fighting, sepakbola, basket, racing, atau sekedar game party dengan banyak mini game, akan diakhiri dengan pemenang dan pecundang. Sebuah fakta yang tak akan bisa diubah dengan cara apapun. Namun Anda akan selalu menemukan seorang teman yang tidak pernah menerima fakta bahwa ia berada di sisi pecundang karena memang Anda punya skill lebih baik. Oh, Anda pernah bertemu dengan teman seperti ini. Teman yang secara konsisten mengeluarkan 1001 alasan untuk membuktikan bahwa ada faktor eksternal lain yang berpengaruh pada kekalahannya di luar skill, dan secara konsisten meminta Anda melakukan tanding ulang. “Ah, sticknya rusak ini..”, “Wah, tadi gua belum serius, bro. Nah sekarang gua mau serius nih.”, “Tadi gua cuman ngetes formasi doank, kali ini sungguhan deh”, “Ah..lu banyakan ngajakin gua ngomong sih, gua jadi enggak konsen..”, dan beragam alasan membosankan lainnya. Cara menanganinya? Yang terbaik adalah meladeni setiap tantang ulang yang mereka inginkan, dan melemparkan fakta lebih keras ke muka mereka bahwa Anda memang menang karena skill.

  1. Fanboy Garis Keras

fanboy

Industri game seharusnya adalah sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang kita nikmati sebagai seorang gamer secara keseluruhan. Namun selalu ada satu kelompok garis keras, terlepas dari apapun motivasinya, yang jatuh hati dan beraksi layaknya pasukan berbayar yang berdiri di bawah bendera produk tertentu. Kelompok tak rasional yang kita sebut sebagai “Fanboy”. Punya teman seorang fanboy menjadi sesuatu yang cukup menyebalkan ketika Anda berupaya untuk membangun sebuah percakapan yang lebih terbuka, menggali informasi lebih akurat dan dalam, tanpa menyuntikkan elemen emosi apapun di dalamnya. Proses tukar pikiran dan argumen yang diciptakan oleh seorang “bocah kipas” selalu berakhir dengan justifikasi, se-absurd apapun, untuk memastikan produk yang mereka bela menjadi yang paling superior dan terkuat. Sulit untuk diajak bertukar pikiran, sulit untuk diajak menikmati industri game sebagai sebuah keseluruhan. Mereka seringkali memperlihatkan diri sebagai gamer-gamer dengan pikiran tertutup, namun punya sensitivitas yang tinggi.

A: “Bro, lu udah main The Last of Us, belum?”
B: “Ihhhhhhhhh.. ngapain. Gambar sampah, cerita sampah. Overrated lah itu. Mending Crysis dimana-mana..”
A: “Ooo.. udah main emangnya?”
B: “Belum..”
*Flip table*


Viewing all articles
Browse latest Browse all 1742

Trending Articles