Kecewa, itu yang mungkin gua rasaiin ketika ngelihat banyak banget berita di situs berita Indonesia, khususnya dari dunia maya yang semuanya ngabarin soal komentar Menteri Pendidikan kita yang terhormat – Bapak Anies Baswedan terhadap kasus begal yang memang lagi marak di Indonesia. Agak menyedihkan dan menjengkelkan di saat yang sama, mendengar berita kalau Bapak yang satu ini ternyata mutusin buat nyalahin video game sebagai sumber masalah. Bahwa semua tindak kekerasan yang terjadi tanpa rasa manusiawi ini terjadi karena permainan virtual yang kita gemari, untuk sebuah alasan yang tidak kuat.
Sementara di sisi lain, kita ngerti banget kalau logika ini absurd. Bagaimana begal yang makan saja sulit, bisa jadiin video game menjadi hobi? Apakah pernyataan ini memang berbasis data atau enggak? Atau Pak Anies Baswedan sekedar ngeluarin opini yang enggak populer di mata kita? Ada ketakutan dan kecemasan bahwa video game justru makin dapetin predikat super negatif di mata orang awam, bahwa seolah kita semua nikmatin hal yang begitu berdosa dan bertanggung jawab buat banyak aktivitas kriminal di luar. Opini, opini, dan opini. Beda sama NgeRacau ini yang mungkin dibaca cuman sama gamer doank, pernyataan seorang Menteri bisa ngehasilin dampak yang nakutin karena ia ngehasilin perspektif untuk kalangan umum, bahkan yang non-gamer sekalipun.
Sebagai perbandingan, inilah berita yang gua baca di salah satu situs berita nasional, yang mau diterjemahin gimana pun akan berujung pada kesimpulan yang sama – bahwa Pak Anies Baswedan baru aja jadiin video game sebagai kambing hitam. Dan sebagian besar situs berita nasional di luar sana memuat berita, gaya bahasa, dan alur yang serupa:
“Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan siap meneliti fenomena aksi begal yang kini marak dilakukan kelompok anak muda di Indonesia.
“Kekerasan yang terjadi terjadi ini, seperti tadi saya katakan pendidikan itu ada tiga, rumah, sekolah, lingkungan. Karena itu saya akan lihat yang sekolah, kita harus sama-sama dengan orang tua di rumah dan lingkungan,” katanya, di Bandung, Sabtu.
Ditemui setelah menjadi pembicara pada Seminar Pendidikan Karakter di Gedung KAA Bandung, Anies mengatakan kekerasan yang terjadi pada kelompok anak muda bisa disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya video game.
“Kita harus lihat model-model video game yang kekerasan, yang sekarang keberadaannya luar biasa masif,” kata dia.
Akibat pengaruh video game kekerasan tersebut, kata dia, anak-anak seringkali tidak bisa membedakan mana kekerasan yang virtual dengan kekerasan yang nyata.
“Ini harus kita kendalikan oleh kita semua pihak baik orang tua, guru ataupun lingkungan sekitar,” kata dia.”
↧