Quantcast
Channel: Features – Jagat Review
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1742

10 Alasan Mengapa Final Fantasy X adalah JRPG Legendaris!

$
0
0

Apakah Anda termasuk gamer yang sempat mencicipi Final Fantasy X ketika ia pertama kali dilepas untuk Playstation 2? Bahwa rasa cinta Anda pada franchise ini di waktu itu, tidak membuat keterbatasan bahasa Jepang di awal rilis menjadi masalah? Jika jawaban  Anda adalah iya, maka selamat, karena Anda sudah menua setidaknya 20 tahun sejak momen menakjubkan itu terjadi. Benar sekali, Square Enix melepas Final Fantasy X untuk pertama kalinya di tanggal 19 Juli 2001 di Playstation 2 untuk pasar Jepang, yang lewat kekuatan bajakan di pasar Indonesia kala itu, juga tak sulit menemukan jalan ke tangan gamer pencinta JRPG di sana. Sebagai gamer pencinta Final Fantasy, Final Fantasy X adalah seri yang di mata kami butuh “waktu” untuk dicintai. Untuk waktu yang sangat lama, kami termasuk gamer yang tidak pernah mengkategorikannya sebagai salah satu seri Final Fantasy terbaik atau memprioritaskannya sebagai seri yang akan kami rekomendasikan untuk siapapun yang hendak terjun ke dunia Final Fantasy. Namun seiring dengan menuanya usia, semakin mantapnya kemampuan bahasa Inggris, semakin banyak seri Final Fantasy yang tersedia, yang terjadi adalah rasa apresiasi yang justru meninggi. Bahwa sebuah kualitas istimewa yang sebenarnya tak sulit untuk menempatkan Final Fantasy X sebagai seri Final Fantasy terbaik yang pernah ada. Sembari merayakan ulang tahunnya yang ke-20, maka menurut kami tidak ada lagi momen yang lebih tepat untuk mengembangkan sedikit rasa nostalgia untuk Final Fantasy X yang saat ini juga sudah tersedia dalam format HD Remaster untuk platform gaming lebih modern. Apa saja yang membuat game ini terasa begitu spesial? Inilah toplist alasannya menurut versi JagatPlay:
  1. Tantangan Gila

  Kami sebenarnya tidak cukup yakin untuk menyertakan hal yang satu ini, namun mau tidak mau harus diakui, bahwa konten seperti inilah yang pada akhirnya membuat FInal Fantasy X berujung memorable dan legendaris. Bahwa seri yang satu ini, terutama ketika Anda mengejar senjata-senjata terkuat yang tersedia atau dengan ambisi untuk mengalahkan monster-monster terkuat yang ada, harus berujung melakukan beberapa tantangan yang siap untuk membuat rasa frustrasi memuncak. Masih ingat kerja keras untuk menyelesaikan tantangan balap Chocobo dengan catatan waktu harus menyentuh angka 0.0? Atau bagaimana Anda harus menghindafi 200 petir di Thunder Plains, yang hadir tanpa counter sama sekali dan harus Anda hitung sendiri, di tengah konsentrasi super berat untuk memastikan bahwa Anda tidak gagal mengeksekusi aksi hindar satupun selama proses itu? Kita semua mungkin membencinya, namun harus diakui, sulit melupakannya begitu saja.
  1. Blitzball

Mengimplementasikan sebuah olahraga khusus di dalam sebuah video game, yang juga terikat pada kesempatan untuk mendapatkan senjata dan serangan lebih kuat? Kami yakin bahwa sebagian besar gamer yang sempat mencicipi Final Fantasy X berujung membenci Blitzball, termasuk kami. Namun begitu kami menikmatinya dalam format HD Remaster dan benar-benar memahami mekanik yang diusung, olahraga lempar bola di dalam stadium berisikan air ini ternyata berujung lebih seru daripada yang dibayangkan. Walaupun pada akhirnya Anda akan sangat mengandalkan Tidus untuk mencetak sebanyak mungkin goal, namun melihat tim Anda dan Wakka yang selama ini diremehkan berujung menjadi juara memang meninggalkan rasa puas yang tidak tergantikan. Saran kami untuk Anda yang membencinya? Beri ia kesempatan sekali lagi jika Anda berujung memainkan Final Fantasy X kembali di masa depan.
  1. Voice Acting

Dengan kapasitas blu-ray saat ini, tidak memiliki voice acting sama sekali di dalam sebuah game akan meninggalkan kesan aneh dan “malas” dari sisi developer. Padahal, game JRPG di masa lampau, khususnya untuk era Playstation 1 sedikit sekali yang memuat fitur yang satu ini karena keterbatasan ruang data yang ditawarkan oleh CD. Hanya beberapa game yang berujung menyuntikkan voice acting yang memorable, seperti suara serangan Tales of Destiny atau dialog di Thousand Arms. Baru ketika di era Playstation 2-lah, Final Fantasy X datang dengan voice acting penuh dari awal hingga akhir permainan. Ia mungkin tidak terasa istimewa saat ini, namun pada zamannya, keputusan ini memberikan ruang besar bagi kepribadian setiap karakter untuk direpresentasikan dengan lebih baik. Kami tidak bisa membayangkan bagaimana sensasi permainan Final Fantasy X kami sendiri, jika misalnya kami berujung menyuntikkan suara “bijak” untuk sosok Wakka atau suara manja untuk Yuna, misalnya.
  1. Sistem Baru yang Bekerja dengan Baik

Menawarkan sesuatu yang baru namun tidak lari dari pakem terlalu jauh, Final Fantasy X memang masih menawarkan konsep JRPG turn-based dengan sistem ATB sebagai basis. Walaupun demikian, ia menawarkan begitu banyak hal baru nan strategis juga di dalamnya. Tidak hanya dari sistem baca giliran yang membuat Anda bisa mempersiapkan diri,  tetapi juga sistem gonta-ganti karakter yang bisa dimaksimalkan untuk membasmi varian musuh tertentu dengan lebih efektif. Keputusan untuk menjadikan summon sebagai “benteng” sementara bagi party dan alih-alih hanya datang untuk mengeluarkan animasi serangan saja. Transisi sistem dari Final Fantasy IX ke X menawarkan banyak hal baru yang di mata kami, tampil memesona.

Viewing all articles
Browse latest Browse all 1742

Trending Articles