Assassin’s Creed, mendengar nama yang satu ini saja, Anda sepertinya sudah mengerti daya tarik seperti apa yang ia tawarkan. Di awal eksistensinya, ia menawarkan cita rasa game berbasis stealth dalam skema open-world, lengkap dengan cerita utama yang membawa Anda pada masa-masa historis yang mengagumkan. Walaupun cita rasa stealth itu semakin memudar lewat keputusan untuk memberikan kebebasan bagi gamer memilih dan menikmati metode gameplay yang menurut mereka nyaman, cita rasa historisnya justru kian sempurna. Implementasi engine baru dan performa konsol generasi mendorong lompatan yang pertama kali muncul lewat Unity, kemudian diikuti dengan Syndicate tersebut. Namun kritik karena masalah konten akhirnya mendorong Ubisoft untuk mengistirahatkan franchise ini selama satu tahun. Kini lewat Origins, ia kembali.
Kesan Pertama
Setelah dua seri terakhir yang tidak bisa dibilang istimewa, Assassin’s Creed Origins hadir dengan satu misi utama: membuat Anda jatuh kembali dengan franchise yang satu ini. Percaya atau tidak, sejauh dari waktu gameplay ini, mereka sepertinya berhasil melakukannya. Ditangani oleh tim developer sama yang menangani seri keempat – Black Flag, perjalanan kembali ke era Mesir Kuno menghadirkan sebuah dunia dengan atmosfer yang fantastis. Padang pasir, tata cahaya matahari yang bersinar tanpa terhalang, hingga ekosistem binatang yang hidup di dalamnya membuat Anda seolah terserap ke dalam sebuah kebudayaan yang tidak hanya tua, tetapi juga mewah dan memanjakan mata di saat yang sama. Berita baiknya? Tidak hanya sekedar visual, mereka juga memperbaiki beberapa mekanik yang sempat dikeluhkan di seri sebelumnya.
Seperti yang sempat mereka terapkan di Watch Dogs 2, Assassin’s Creed Origins akhirnya tampil sebagai game open-world yang sesungguhnya. Sistem Tower kini tidak lagi diposisikan untuk membuka area, tetapi tak lebih dari sistem Fast Travel untuk dunia Origins yang memang benar-benar luas. Ia menjadi penting karena bergerak melintasinya dengan hanya berlari atau menggunakan kuda / unta yang Anda miliki tetap akan membutuhkan waktu tersendiri. Salah satu perubahan signifikan yang kami sambut dengan tangan terbuka adalah desain misi sampingan yang kini lebih solid. Tidak lagi sekedar meminta Anda untuk mengumpulkan beragam item atau menyelesaikan puzzle sederhana, Origins mengambil gaya misi sampingan yang mirip dengan The Witcher 3. Ini berarti, mereka akan disisipi dengan cerita, karakter, hingga cut-scene tersendiri. Kombinasi dunia yang luas dan desain misi seperti ini membuatnya menawarkan waktu gameplay yang panjang.
Perubahan lain yang tidak mungkin diabaikan begitu saja adalah pergeseran gameplay menjadi mekanik yang menyerupai game action RPG pada umumnya. Tidak lagi seperti seri-seri Assassin’s Creed sebelumnya yang lebih mengandalkan sistem counter dan ayunan pedang secara ritmik, ia kini mengadopsi sistem pertarungan yang lebih personal. Pertarungan dilakukan dengan sudut pandang 1 vs 1, bahkan ketika Anda bertarung melawan keramaian sekalipun. Menyerang, bertahan, dan menghindar dengan roll akan jadi kunci kemenangan, terutama ketika bertarung dengan musuh yang punya level lebih tinggi. Tentu saja, Anda tetap diberikan kebebasan untuk mencicipi game ini secara stealth jika Anda menginginkan gameplay yang minim resiko.
Sembari menunggu waktu yang lebih proporsional untuk melakukan review, apalagi mengingat kami bahkan belum “menyentuh” setengah dari dunia yang ditawarkan setelah memainkannya selama lebih dari 15 jam, izinkan kami melemparkan segudang screenshot fresh from oven ini membantu Anda mendapatkan gambaran lebih jelas soal apa itu Assassin’s Creed Origins. Welcome back, Assassin’s Creed!